Wednesday 2 July 2014

triangle love part 2 (end)

haaaaaaaaiiiiiiiiiiiiiii sorry sorry sorry for the super late sequel.. school isn't easy yow...
so here is the sequel of my Triangle Love fanfiction dedicated for Rika. enjoy.
sorry for the typos and weird story. have fun!

cast: Kim Raekha, Luhan, Lee Donghae



Luhan pov

Aku sangat mencintai Raekha melebihi apapun didunia ini. Akhirnya aku dapat meyakinkannya untuk menikah denganku. Kami sekarang berada dipelaminan. Raekha cantik seperti bidadari dari kayangan disampingku. Mataku tak ingin aku alihkan darinya. Tapi apa daya, aku kan harus menatap para tamu yang datang. Satu per satu kerabat kami mengucapkan selamat dan berjabat tangan. Raekha seperti sedang memikirkan sesuatu. “chagi, gwaenchana?” “um, ne oppa, gwaenchana” “kau seperti sedang mencari sesuatu hm” “ani, sungguh, aku hanya terlalu bahagia oppa” ucapnya menutupi sesuatu, um mungkin temannya ada yang belum datang. Selang beberapa menit kemudian seorang yang aku tahu bernama Donghae datang, dia mengucapkan selamat kepada kami. Wajah Raekha bersemi tidak dapat dipungkiri, oh jadi ini yang istriku tunggu-tunggu. Siapa dia sebenarnya? Mengapa istriku tidak pernah bercerita? “oppa?” “ne?” “aku mencintaimu” “nado” sempatnya Raekha mengucapkan itu padaku ketika Donghae baru saja berlalu? Aku harus menanyakannya. “ige mwoya? Mengapa aku mencurigai istriku sendiri? Tetapi sepertinya aku memang harus menanyakannya kepada Raekha” batinku. Pesta berlangsung dengan lancar dan meriah. Kebahagiaan tersirat jelas diwajah Raekha juga anggota keluarga kami. Ucapan selamat dan puas akan pesta terlontar hampir dari setiap mulut tamu kami, kecuali Donghae. Kris, sahabatku hari ini menjadi MC acara pernikahanku, dia baru saja mengumumkan bahwa lempar bunga pengantin akan segera berlangsung. Tamu-tamu khususnya kerabat kami mendekat dan bersiap-siap mendekat kearah pelaminan untuk mendapatkan bunga dari Raekha. Aku membantu Raekha berjalan dan memunggungi tamu undangan. Kris mulai menghitung “hana……dul………set!”. Raekha dan aku melemparkan bunga ketamu, kami memutar arah berdiri kami dan ternyata sahabat Raekha, Sarang yang mendapatkannya. “aku tidak terkejut Sarang yang mendapatkannya” ucap Raekha setengah berbisik. “m..mwo? kau sudah tau?” tanyaku. “ne, Sarang sudah menceritakannya padaku dia akan segera menikah dengan Eunhyuk oppa” sahut Raekha tersenyum. Senyum yang sama juga terlihat dari Sarang dan kekasihnya, tetapi mereka lebih sumringah. Pesta terus berjalan sampai satu persatu tamu pulang berpamitan. Aku dan Raekha bergegas pulang, aku pulang kerumah Raekha karena sebelum menikah kami sudah berdiskusi siapa yang ikut siapa. Ini dikarenakan Raekha adalah anak terakhir dan semua kakak Raekha sudah menikah dan mempunyai rumah masing-masing, aku tidak sampai hati jika harus melihat orang tua Raekha sedih merasakan ‘ditinggalkan’ oleh anak terakhir mereka. “oppa” “ne, waeyo chagi?” “oppa mau makan?” “ne, boleh, apapun asalkan kau yang memasaknya” “ah arraseo, kajja” Raekha mengajakku kemeja makan dan aku menunggunya memasak sambil memainkan ponselku. Pesan ucapan selamat membanjiriku dari pesan singkat, twitter, weibo, dan aplikasi pesan lainnya. Sehun mengirimiku pesan unik “semoga malam pertamamu berkesan hahaha, omong-omong, selamat ya”. “hahahahaha orang gila” “ne oppa? Nugu?” “sehun-ssi, wah kelihatannya enak” Raekha datang sambil bertanya siapa yang aku bilang gila dan membawa dua piring nasi goreng yang kelihatannya sangat lezat. “memangnya kenapa dengan Sehun?” “ah aniya, jja makan” mana mungkin aku sampaikan pesan gila ini pada Raekha. Selesai kami makan malam kami berbincang dikamar. Lalu………….

/yadongan/ /maap ga gue bikin yadongnya, lagi ga mood./

Aku terbangun dari tidurku dengan rasa remuk disekujur tubuh. Aku tidak menemukan Raekha, seharusnya dia tidur disampingku. “chagi” “……..” “raekha-ya!” “……….” Tidak ada jawaban, dimana dia. Aku berusaha bangkit dengan susah payah. Aku mengambil baju handuk dan mulai melangkah keluar kamar untuk mencari Raekha.”raekha…chagi…. eodi?” “……..” “raekha-ya! Kamu dimana?” “…… ne oppa?” aku menemukannya didapur. Oh sedang masak rupanya. “mengapa tidak membangunkanku?” “oppa terlihat lelah” “lihat dirimu, kau pun juga terlihat lelah. Dimana eomma dan appa?” “makanya aku masak, aku lapar. Mereka baru saja pergi beberapa menit lalu, wae?” “ani, sepertinya masakanmu sudah matang, monster diperutku sudah tidak sabar” “oppa tidak boleh makan, oppa harus mandi dulu, lalu boleh makan” “jinjja? Aku lapar sekali. Ah geurae, aku akan mandi. Tunggu aku, jangan mulai makan tanpa aku”. Kemudian aku mandi dan segera bergegas kembali kemeja makan. “oppa, oppa masih berhutang 1 janji padaku” “ne? apa itu?” “jepang?” “aaah, bagaimana aku bisa melupakan itu. Aku sudah merencanakan itu semua chagi” “jinjja? Kapan kita pergi?” “secepatnya” “wah senang sekali! Aku tidak sabar!” aku dan raekha merencanakan liburan kami ke jepang bersama setelah ini.

/beberapa minggu kemudian/
Aku dan Raekha sudah berada dibandara untuk segera berangkat ke Jepang. Orang tua Raekhapun turut mengantar kami untuk pergi. “chagi, oppa ke toilet sebentar” “ne oppa” aku pergi ketoilet yang berjarak hanya beberapa meter dari ruang tunggu untuk masuk pesawat, sekeluarnya aku dari toilet aku menabrak seorang lelaki.*bruuk* “mi…mianhae, jeongmal mianhae” “hhmm” lelaki itu hanya menjawabku seperti itu. Lelaki itu berpakaian serba hitam, memakai topi dan syal yang menutupi setengah wajahnya lalu dia segera masuk ketoilet. “oppa, gwaenchana?” “ne, naneun gwaenchana, hanya tadi aku menabrak seorang lelaki dan aku meminta maaf tetapi dia hanya menjawabku dengan hhmm saja” “ah, aneh sekali, seperti apa rupanya?” “tidak tahu, aku tidak melihat wajahnya karena dia menutupi separuh wajahnya dengan syal” “ah geurae, kajja, sudah waktunya kita berangkat” “kajja” kami berjalan memasuki pesawat dan beberapa menit kemudian pesawat lepas landas menuju Jepang. Wajah bahagia dan bersemangat telihat jelas diwajah Raekha, kecantikkannya seperti terus menambah waktu demi waktu. Kami sampai di Jepang dengan selamat. “wah oppa! Indah sekali disini” “kau akan mengatakan kalimat itu jutaan kali jika aku ajak berkeliling nanti” “wah aku tidak sabar, aku ingin ketoilet dulu oppa” “baiklah, jangan lama-lama ya” “ne” aku menunggu Raekha keluar dari toilet sambil melihat keadaan bandara Jepang yang masih tidak berubah. Aku sudah menyiapkan semua akomodasi untuk perjalanan kami kali ini.
*luhan pov end*
*raekha pov*
Mungkin ini adalah liburan terbaikku. Mengunjungi negara impianku bersama suamiku yang aku cintai. Jepang terlalu indah untuk aku ucapkan dengan kata-kata, aku sampai kehilangan kata-kata. Sudah hampir seminggu kami berada diJepang, rasanya aku tidak ingin kembali ke Korea. “LUHAN! LUHAN!” suara perempuan yang tidak aku kenal memanggil suamiku. “oh suni! Kau disini juga?” jawab luhan oppa dan, mereka cium pipi kanan kiri. Dia siapa? Mengapa aku tidak mengenalnya? Sepertinya sewaktu pernikahan dia juga tidak ada. “ya, wah kita ketemu disini juga ya. Aku merindukanmu, sangat merindukanmu” wanita itu memeluk luhan oppa didepanku, dan membuat luhan oppa melepaskan pegangan tangannya dari tanganku dan balik memeluk perempuan itu. “ah kamu berlebihan, kita baru 1minggu tidak bertemu, bukan?” satu minggu? Tepat dimana hari pernikahanku, berarti luhan oppa bertemu dengan wanita ini satu hari sebelum pernikahan kami. “ehem ehem” aku mulai mengeluarkan suara karena mulai risih melihat ini semua. “oh, siapa dia Luhan? Adikmu? Ah senang berkenalan denganmu, kim suni imnida” ucapnya sambil kami berjabat tangan. “kim raekha imnida” ucapku tanpa mengucapkan apa statusku untuk luhan oppa. “o..oh di..dia istriku” ucap luhan oppa terbata, mengapa dia ragu mengucapkan aku istrinya? “jinjja? Kau bercanda ah, aku tidak mempercayainya…..*ddrrtt dddrrttt* yeoboseo, ne eomma, ya, aku segera kesana. Luhan, aku tidak bisa berlama-lama, aku duluan ya, bye” ucapnya dan mencium pipi luhan oppa. Apa dia wanita gila? “dia siapa?” sungguh aku kehilangan nafsu makanku. “te..teman lamaku” ucapnya terbata “oh teman lama tapi terakhir bertemu satu minggu yang lalu? Oh” “i..iya maksud oppa teman oppa dari lama sekali, dari oppa SMA” jawabnya masih terbata. “aku ingin pulang kekorea hari ini juga” ucapku mantap padahal aku baru saja bilang aku tidak ingin kembali ke Korea “tapi aku sudah mengatur ini semua hingga minggu depan Raekha” “aku bilang aku mau pulang! Ah geurae, aku akan pulang sendiri, biar saja aku hilang, toh oppa sudah ada suni-ssi” ucapku sambil bangkit dari tempat dudukku. “ah jebal chagi, dengarkan penjelasan oppa dulu” “aku bilang aku mau pulang!” “arra, ayo kita kehotel dulu”. Aku mengelak pegangan tangan luhan oppa, ih mengapa aku semarah ini? Tapi, wajar saja aku marah, suamiku, bahkan umur pernikahan kami baru satu minggu dan, wanita itu, hih. “chagi…” ucap luhan oppa “ne” jawabku sambil mengepak barang-barangku kedalam koper “kau benar-benar ingin pulang?” “ne” “ini salah paham, aku bisa menjelaskan ini semua, kau terlalu cepat mengambil kesimpulan chagi” “aku tidak butuh penjelasan apapun, semuanya terlalu jelas, aku sungguh tidak bisa mempercayai ini semua” “chagi, suni itu sahabatku mengapa kau menjadi seperti ini?” “oppa, 1, aku tidak pernah tahu kau punya sahabat bernama suni, 2, apa iya dua orang sahabat yang berlawanan jenis bertemu dengan seperti itu? 3, jika dia sahabatmu mengapa dia tidak ada dipernikahan kita dan mengapa dia tidak tahu aku istrimu? Bisa kau jawab semua itu oppa?” “i…itu ya a…aku bisa jelaskan” “dan mengapa kau menjadi terbata seperti itu? Haish jinjja, kita bahkan baru 1minggu menikah dan aku mendapat cobaan seperti ini?” “bisa kau membiarkan aku menjelaskan semua ini dulu? Aku ini suamimu, mengapa kau tidak bisa mempercayai aku?” “arra, jelaskan sekarang” “aku akui bahwa suni tertarik padaku, tapi aku hanya menganggapnya sahabatku, tidak lebih dari itu. Aku memang tidak pernah memberitahunya tentang dirimu, aku tidak ingin dia terluka…” “ne? kau tidak ingin dia terluka? Itu tandanya kau juga menaruh hati padanya oppa!” “aku belum berhenti bicara raekha, suni divonis mengidap kanker hati beberapa bulan setelah kita berpacaran, dokter bilang usianya tidak lebih dari satu tahun. Kini keadaan suni semakin parah, dia sudah mengidap hingga stadium 4, usianya tidak lebih dari 3bulan, tidakkah kau lihat betapa kurus badannya?” ya,memang yeoja tadi begitu kurus dan bertopeng-kan make up tebal dan ternyata dia menutupi kepucatan wajahnya. “jika itu semua benar, mengapa kau tidak pernah bercerita padaku tentang dia?” “karena itu tidak penting, aku sudah tidak bertemu dengannya 4bulan karena dia berobat ke swiss dan kami baru bertemu satu hari sebelum kita menikah, ingatkah ketika aku mengangkat telepon saat kita makan malam sebelum pernikahan kita?” “ne, aku ingat” “jadi semuanya sudah jelaskah? Kau masih marah padaku?” “ma…maafkan aku oppa” “kau tidak salah, ini salahku tidak pernah bercerita tentangnya padamu.maafkan aku chagi” “kita impas” lalu luhan oppa memelukku dengan erat, aku merasa bersalah mencemburuinya dari yeoja itu dan bahkan tidak bertanya dulu dia siapa, aku membalas pelukannya. “kau tetap ingin pulang ke korea?” “i..iya, aku tetap ingin pulang” “ah gwaenchana, kajja cepat bereskan, aku akan pesan tiket pesawat sekarang” “ne oppa”. Setelah luhan oppa memesan tiket pesawat dan aku selesai mengepak barang kami, kami langsung pergi kebandara dan bertolak kembali ke korea. “raekha? Bukannya kalian seharusnya pulang minggu depan?” sapa eomma yang kaget melihat kehadiran kami berdua yang tidak seharusnya. “ah tidak apa-apa eomma, kami hanya ingin pulang lebih cepat” jawab luhan oppa. “gwaenchana gwaenchana, kalian istirahat saja, pasti kalian lelah” ucap eomma. Makan malam tiba, aku yakin eomma kebingungan mengapa keadaan meja makan begitu dingin antara aku dan luhan oppa, tapi dia memendamnya dan akan menemuiku jika aku tidak bersama luhan oppa. Aku berusaha untuk tidak berpapasan dengan eomma, tapi kali ini gagal. “raekha, gwaencana?” “gwaenchana eomma, waeyo?” “seharusnya eomma yang bertanya , kamu baik-baik saja?” “ne eomma, nan jeongmal gwaenchana” “eomma tahu kau berbohong, kalau kau belum ingin berbicara, eomma tidak akan memaksamu” . satu minggu berlalu dengan masih sangat dingin antara aku dan Luhan oppa. Besok aku akan kembali bekerja, setidaknya aku bisa kembali dengan kesibukan lamaku. “apa kita akan terus seperti ini chagi?” “apa maksud oppa?” “kau masih belum memaafkanku ya?” “ti…tidak….hanya saja……” “ada apa?” “aku masih merasa tidak enak dengan oppa” “untuk apa?” “tuduhan ku sewaktu dijepang” “lho kan oppa sudah bilang itu bukan salahmu, tapi salahku, jadi aku mohon, jangan seperti ini terus, aku tidak tahan chagi” “ne oppa aku mengerti” “oh iya, besok kita kembali bekerja ya? Aku akan mengantarmu kekantor” “a..ani, tidak perlu oppa, aku akan menyetir sendiri” “tidak, mulai besok aku akan mengantar-jemputmu setiap hari” “terserah saja” aku bangun pagi-pagi sekali dan menyiapkan sarapan untuk keluargaku. Luhan oppa sedang bersiap untuk bekerja kembali, begitu juga aku. Tibatiba satupasang tangan kekar melingkar dipinggangku, aku merasakan deru nafas bergejolak dileherku. “op..oppa” “aku merindukanmu, merindukanmu yang dulu, aku merasakan menikah dengan sosok lain semenjak itu” “mi…mianhae” “aku sudah bilang, bukan salahmu. Ayo kita mulai hari ini dengan semua hal yang baru, aku tidak ingin ini terus berlarut-larut” “ne oppa, kajja”. Eomma melemparkan senyuman hangatnya dari pagar melihat kami sudah seperti sedia kala, aku berharap eomma tidak akan bertanya apa masalah kami. “oppa akan jemput jam 5 tapi mungkin agak telat 5-10menit, tidak apa-apa?” “jangan dipaksakan oppa, aku bisa naik kereta atau taksi” “tidak tidak apa-apa, kau tidak mengapa kan menunggu?” “tentu tidak apa-apa, annyeong” ucapku melambaikan tangan dan masuk kedalam kantor. “ya lihat, pengantin baru kita akhirnya kembali masuk kerja” teriak sarang sambil memelukku erat “ya, jeongmal bogoshipeunde raekha!” “nado sarang, kajja” aku dan sarang masuk kedalam kantor bersama. “ya raekha! Bogoshipo!” ucap hyejin eonni langsung memelukku dengan sangat erat. “eo..eonni, aku sulit bernafas” “ah mianhae, akhirnya kau kembali, 2minggu aku mengurus pekerjaanmu, wah gila juga ya client-clientmu hahaha” “mianhae eonni, gamshahamida” “gwaenchana, jika kau membelikanku oleh-oleh dari jepang” “ah itu sudah pasti, igo, semoga kau menyukainya” ucapku memberikan oleh-oleh padanya “ya, jeongmal gomawoyo, aku suka sekali” “cheonma eonni” sahutku lalu aku tenggelam kembali dengan rutinitasku yang dulu. Semua pegawai menyambut kembalinya aku dengan hangatnya. “ya raekha, kau bisa mati beku jika terlalu terlarut dalam pekerjaanmu” tegur sarang secara tiba-tiba “ne? hahaha gwaenchana, aku merindukan kesibukan ini” “kajja makan siang” “kajja” “aku dengar bulan madumu terpotong satu minggu, ada apa?” “aku tidak ingin membahas itu sarang” “haish jinjja? Arraseo” “raekha….” “ne…” “donghae dirawat dirumah sakit, sudah 5hari, dia kecelakaan mobil saat pulang dari bandara beberapa hari lalu, saat ini dia koma” “mwo?????? Me…mengapa kau baru memberitahuku???” “aku tidak ingin merusak bulan madumu” “ta..tapi donghae oppa sahabat kita! Dimana dia dirawat? Bisa kita kesana sore ini?” “aku sudah dari sana kemarin, dia dirawat di Rumah Sakit Harum Mewangi, dia masih di UGD saat ini, sore ini aku ada fitting baju dengan eunhyuk oppa. Aku bahkan hampir tidak tahu harus bagaimana sekarang” “chukae, geundae, aku akan telepon luhan oppa” lalu aku memijit layar ponselku segera menelepon luhan oppa. 5x panggilan gagal, dia tidak menggubris teleponku. Ada apa? “mungkin dia sedang meeting raekha, telepon saja lagi” “arra, aku akan tinggalkan pesan untuk tidak menjemputku, biar aku kesana sendiri saja”. Aku berusaha tenggelam lagi pada pekerjaanku, tapi rasanya sulit sekali setelah mendengar kabar dari sarang. Drrtttdrrtttt ah luhan oppa. “ne yeoboseo” “waeyo chagi? Tadi aku sedang meeting” “um oppa bisa menjemputku? “sepertinya aku terlambat, aku ada meeting sampai jam 7, kau ingin aku pesankan supir untuk menjemputmu?” “bisakah oppa menjemputku di rumah sakit Harum Mewangi saja?” “lho kau sakit? Sakit apa?” “aku jelaskan saja nanti disana setelah kita bertemu, bisa?” “arraseo, annyeong” “annyeong”. Hampir setiap menit aku menatap jam dilayar computer kerjaku, mengapa jam 5 begitu terasa lama sekali, 10 menit saja terasa 10 jam. Aku mulai mengepaki barangku dan melesat kemesin absen dan meluncur dengan taksi kerumah sakit. Secepat kilat aku sampai dirumah sakit dan melaju ke ruang UGD. “permisi suster, apa ada pasien bernama Lee Donghae didalam?” “ya ada, maaf anda siapanya pasien?” “saya sahabatnya, bisakah saya masuk?” “boleh, tapi tolong kenakan pakaian yang tersedia, karena keadaan tuan Donghae sangat kritis” “terima kasih suster” aku lalu masuk kedalam ugd dengan mengenakan pakaian khusus. Dunia berputar ketika aku melihat keadaannya. Selang ada dimulutnya, satu kantung infus, satu kantung darah, banyaknya kabel yang menempel didadanya. Aku bahkan rasanya tidak sanggup berdiri. Air mataku menetes begitu saja ketika aku melihatnya. “suster, sejak kapan donghae dirawat?” “sekitar 6hari lalu” “bagaimana dia bisa seperti ini?” “tuan donghae diantar orang lain dengan keadaan kehilangan banyak darah dan selaput darah yang mengalir keotak pecah, menurut kabar dari orang yang membawanya, tuan donghae mengalami kecelakaan mobil ketika dia pulang dari bandara” “bandara? Dia dari mana?” “menurut berkas yang ada didalam mobilnya, tuan donghae baru saja kembali dari Jepang” “jepang? Lalu sejak hari itu bagaimana keadaannya?” “sampai saat ini tuan donghae sama sekali belum menunjukkan kemajuan, dia tidak bereaksi apapun dengan semua pengobatan kami” “jinjja? Gamsahamida suster” “saya tinggal dulu nona raekha”. 6 hari lalu? Jepang? Mengapa sama sepertiku? Ah hanya kebetulan saja mungkin, donghae oppakan sangat sibuk dan punya perusahaan di jepang juga. “oppa, ireona… aku disini. Ireona ppali oppa” wajah pusat pasi terbaring didinginnya ranjang rumah sakit dihadapanku saat ini. Aku genggang tangannya yang berbalut perban dan infus. Tangan satunya terkulai tak bergerak diatas perutnya. “apa yang terjadi padamu oppa? Ireona ppali juseyo” secara tiba-tiba tangannya yang terkulai diatas perutnya bergerak, mesin penerka detak jantungnya bergerak tidak seperti tadi. Aku panic, aku melesat memanggil dokter. “nona bisa tunggu diluar, kami akan segera memeriksanya” ucap suster tadi. Pikiranku melayang, apa yang terjadi padanya sekarang Tuhan. Donghae oppaku. Selamatkan hidupnya ya Tuhan. Doaku terus terucap tanpa henti hingga secara mengejutkan luhan oppa datang. “chagi, gwaenchana? Kau sakit?” “do…donghae oppa” “do..donghae? donghae sahabatmu?” “i….ya” “ada apa dengannya? Dan mengapa kau menangis seperti ini?” aku menceritakan semuanya kepada luhan oppa. 10 menit kemudian dokter keluar. “nona raekha anggota keluarga tuan donghae?” “bukan dokter, saya sahabatnya sejak dulu, jika dokter ingin saya segera mengabari keluarganya, saya akan segera mengabari, bagaimana keadaannya dok?” “ya, nona bisa segera mengabari keluarga tuan donghae, karena tuan donghae sudah melewati masa kritisnya. Keadaan tuan donghae semakin membaik” “puji Tuhan……..saya bisa masuk dok?” “ya silahkan, ini bagai mukjizat, tuan donghae sudah siuman, tapi saya mohon jangan berikan pertanyaan atau apapun yang memberatkannya” “te…terima kasih dokter”  Tuhan mendengar doaku. Aku menghubungi eomma donghae oppa, menjelaskan semua yang dokter sampaikan. “oppa ikut masuk?” “baiklah”
Raekha pov end
Luhan pov
Jantungku berdebar ketika melihat reaksi raekha saat ini, sedih, terpukul sekaligus bersyukur. Aku tidak pernah melihatnya sesedih 15 menit lalu saat aku menemukannya duduk meringkuk dilantai sambil memeluk kedua lututnya. Bibirnya yang tidak berhenti mengucapkan doa untuk kesembuhan donghae, dan Tuhan mengabulkannya. Begitu dokter menyatakan donghae siuman, wajahnya berseri seperti anak yang baru saja bertemu ibunya dari kesesatan ramai kota. Sebenarnya seberapa berarti donghae bagi raekha? Pertanyaan yang dulu menghantuiku saat berada dipelaminan dan sempat kubuang jauh-jauh, sekarang menggelayuti pikiranku. Sekarang raekha memegang erat tangan donghae seakan takut kehilangan. “kami bersyukur kau sudah sadar donghae” aku tak tahan memecah keheningan dan kekakuan diruangan ini. Seketika raekha melepas pegangan erat itu, donghae kecewa. “sebenarnya ada banyak pertanyaan yang aku ingin tanyakan padamu oppa, tapi dokter melarangku hingga keadaanmu membaik” ucap raekha dan spontan lagi menggenggam tangan donghae. Ternyata benar apa kata eomma, tahun pertama pernikahan adalah yang yang terberat. Aku bahkan rasanya tak sanggup berdiri diruangan ini, menatap istriku menggenggam tangan orang lain, ya memang sahabatnya, tapi orang lain bagiku. “aku sudah menelepon ibumu, dia akan segera datang. Aku harus pulang karena ini sudah larut. Sampai bertemu lagi oppa” ucap raekha dan menggapai tanganku keluar dari ruangan itu, kekecewaan terpampang jelas diwajah donghae. Aku mulai melajukan mobilku, keheningan didalamnya. “jika kau kecewa dan cemburu dengan apa yang terjadi denganku bersama donghae oppa tadi, tolong pikirkan dulu untuk melakukan kecemburuan itu, bayangkan betapa perasaanku lebih sakit saat kau bertemu dengan suni-ssi” dar! Dia mengetahui semua yang ada dikepalaku, dan dia ternyata masih kecewa atas kejadian dijepang itu. Lalu suni muncul sedetik kemudian diotakku. Maafkan aku tidak jujur padamu dari awal raekha, maafkan aku.

Luhan pov end
Author pov
Luhan menyembunyikan sesuatu pada raekha, kejadian yang jika raekha tahu, semuanya akan meledak. Hari demi hari berlalu, kekakuan terus berlangsung diantara dua sejoli yang sebenarnya saling mencinta dan membutuhkan. Raekha adalah nafas luhan sedangkan luhan adalah detak jantung raekha. Semenjak kejadian di jepang dan kecelakaan donghae, semua kemesraan yang pernah terjadi, tak pernah muncul lagi. 1 bulan setelah pertemuan yang tidak mengenakan dijepang, raekha dan luhan datang kepemakaman Kim Suni, sahabat luhan. Luhan terpukul, raekha tak sampai hati melihat suaminya sesedih itu. Semua rekan luhan hadir dan mengucapkan bela sungkawa. “aku tahu ini berat untukmu, untuk kita, ikhlaskan kepergian Suni, luhan”  ucap sehun yang menyadari luhanlah yang paling kehilangan. Raekha hanya banyak diam dan tidak sedikit meneteskan air mata, yang dia sendiri bingung, air mata kesedihan akan sahabat suaminya yang pergi untuk selamanya atau kesedihan karena melihat betapa sedih suaminya mengantar sahabatnya keperistirahatan yang terakhir. Luhan terlalu tidak berdaya untuk menyetir pulang, raekha duduk dibelakang kemudi. “aku bingung, dan akupun bingung apa yang aku bingungkan” ucap raekha secara spontan menyadarkan luhan. “aku mengerti kebingunganmu, dan kau pantas untuk bingung. Jika kau menunggu jawaban atas kebingunganmu, akupun tak tahu caranya menjelaskan ini padamu”. Beberapa hari kemudian raekha mendapat telepon dari Sarang “yeoboseo” “ne sarang, waeyo?” “a..ani, raekha, aku baru saja mendapatkan kabar terbaru tentang kasus kecelakaan donghae” “m…mwo?” “jadi, setelah donghae mengalami kecelakaan, polisi segera bertolak ketempat kejadian, dan tadi pagi eunhyuk oppa menyampaikan pesan dari polisi bahwa ini bukan kesalahan supir truk yang menabrak donghae, tapi…..” “ya sarangie! Jangan separuh-separuh! Lanjutkan!” “polisi menemukan kabel rem mobil donghae putus, itulah yang menyebabkan donghae tertabrak truk” raekha kehilangan keseimbangan. “a…apa? Lalu apa lagi?” “polisi melakukan investigasi terhadap mobil donghae,dan mereka menyimpulkan seseorang sengaja memutuskan kabel tersebut karena kabel dalam keadaan putus disengaja, bukan tak sengaja” “sa..sarang, apa yang semua kau katakan itu benar?” “itulah yang eunhyuk oppa katakan padaku” “si….siapa yang melakukan ini semua?” “polisi masih menyelidikinya raekha, jadwal selanjutnya polisi akan segera ke bandara Incheon untuk meneliti cctv tempat parkir dan sekitarnya” “to…tolong segera kabari aku kelanjutan kasus ini” “baik raekha, maaf aku harus menyampaikan hal ini pada waktu ini” “g..gwaenchana. annyeong”. “ ya chagi! Gwaenchana?” luhan terkejut raekha dalam keadaan pucat. “gwaenchana oppa” “kau bohong, ada apa? Cerita padaku” “do….donghae oppa” “ya ada apa dengan dia?” “sarang meneleponku mengatakan kasus perkembangan kecelakaan donghae oppa” “ya, polisi bilang apa?” “rem mobil donghae oppa diputus oleh orang lain yang menyebabkan donghae oppa hilang kendali saat menyetir” “o..oh” “oppa?” “wah jahat sekali orang itu, lalu sarang bilang apa lagi? Lalu keadaan donghae saat ini bagamana?” “donghae oppa mengalami hilang ingatan ringan, dan saat ini polisi sedang mencari siapa pelakunya” “kau ingin menjenguknya?” “tidak, hatiku hancur jika melihat keadaannya sekarang” “baiklah, katakan jika kau ingin menjenguknya, aku akan mengantarkanmu” “arraseo oppa”. Sepanjang waktu berjalan, keadaan donghae semakin membaik, begitu juga dengan hubungan raekha dan luhan. Mereka menyadari mereka saling membutuhkan, lalu kecurigaan yang pernah ada entah hilang kemana. Hampir setiap sore raekha menjenguk donghae, membawakan buah atau sekedar mampir 5-10menit dan hampir tiap sore juga luhan menjemput raekha dirumah sakit. 2minggu sarang tidak mengabari raekha perkembangan kasus kecelakaan itu, hingga pada suatu hari. *ting tong* suara pintu rumah raekha bunyi, melesat raekha membukakan pintu dan dia membeku didepan pintu. “selamat sore, betul ini kediaman Tuan Luhan?” “i..iya, ada yang bisa saya bantu pak?” dengkul raekha bergetar saat tamu yang memencet bel rumahnya adalah kerumunan polisi. “saya dari kepolisian Seoul mendapat perintah untuk melakukan penangkapan Tuan Luhan atas tuduhan melakukan criminal atas Saudara Donghae” “a..apa??? tidak mungkin! Donghae sahabat saya, Luhan suami saya pak!” “siapa yang datang cha………” luhan lari, entah mengapa, raekha terdiam saat polisi memaksa masuk dan menyergap suaminya. Kakinya terlalu lemah untuk mencegah perginya polisi membawa detak jantungnya pergi atas tuduhan yang tidak perna terbersit dipikirannya. Eomma raekha terkejut melihat anak perempuannya berdiri termenung banjir air mata dengan keadaan pintu pagar terbuka. “raekha….siapa yang datang?” seperempat detik kemudian raekha pingsan. “a..apa yang terjadi?” ucap raekha begitu dia sadar dari pingsannya, yang terakhir dia ingat hanya eomma nya yang bertanya siapa yang datang, dan begitu dia sadar, semua sahabatnya ada disekitarnya. “kau pingsan” ucap sarang yang mengambil kompres dari dahinya. “ma…mana luhan oppa, mana dia???” raekha histeris dari tidurnya. “ra….raekha, tenang raekha tenang….” Ucap eunhyuk yang membantu sarang menenangkan raekha karena raekha hampir saja melonjak. “lu…luhan ditangkap polisi, ini baru tuduhan raekha, hakim belum ketuk palu” ucap sarang terus terang. “tidak mungkin, luhan oppa tidak mungkin melakukan itu, dia suamiku!” raekha histeris, menangis tidak karuan. “sebaiknya kita kesana sekarang, kita tanya langsung pada luhan” ucap eomma raekha. “kajja” sahut raekha. Ribuan bahkan pertanyaan menggelayuti kepala raekha, dia bahkan bingung harus mulai dari mana saat dia duduk berhadapan yang didakwa tersangka, suaminya. “kau….apa yang terjadi?” “aku tidak tahu chagi,aku tidak tahu apa-apa” “kau tidak bohong kan oppa?” “sungguh” “lalu mengapa kau lari saat melihat polisi-polisi itu?” “a…aku hanya terkejut makanya aku lari” “kau berbohong, aku tidak ingin membicarakan apapun saat ini, aku akan carikan pengacara, karena kau hanya boleh membicarakan ini dengan pengacaramu, aku pergi dulu, permisi” “raekha meninggalkan tempat itu, bersamaan juga dengan polisi yang mengawal suaminya masuk lagi kedalam jeruji besi. Raekha bahkan tidak mengeri apa yang sedang dia hadapi. Raekha, eommanya juga sarang bertolak keruang kepala polisi, “selamat siang nona raekha, ada yang bisa saya bantu?” “siang pak, sa…saya hanya ingin memastikan apakah bapak dan rekan lainnya menangkap orang yang tepat, karena suami saya tidak mungkin melakukan tindak sekriminal ini” raekha menyerocos karena masih tidak perduli suaminya ditangkap polisi. “saya mengerti perasaan nona, sebelumnya kami sudah mengirimkan 2surat panggilan saksi kepada saudara Luhan, tepatnya kealamat kantor, tapi saudara Luhan mangkir, jadi sesuai prosedur kami datang langsung menyergap kerumah nona karena ketika kami kekantor saudara luhan, kantor tutup mengingat hari ini adalah hari minggu. Selama kurang lebih satu bulan kami melakukan penyelidikan atas kasus tuan donghae ini, dari mulai dia terbang meninggalkan jepang bersamaan dengan pesawat yang nona dan saudara luhan tumpangi, dan pada akhirnya kami menemukan rekaman ini, nona bisa lihat. Direkaman ini nona masuk kekamar mandi dan pada saat yang bersamaan tuan luhan ada diparkiran, tepatnya didepan mobil tuan donghae dan disaat yang bersamaan tuan donghae sedang berada disupermarket mengenakan pakaian serba hitam” raekha membeku untuk kesekian kalinya. Dia tidak bisa benar-benar menyadari suaminyalah yang sangat jelas memutus kabel rem mobil donghae oppa-nya, sahabatnya sejak lama sekali jauh sebelum dia mengenal luhan. “ja…jadi sudah jelas bahwa luhan pelakunya?” tanya eomma raekha yang menyadari anak perempuannya tidak bisa berkata apapun saat ini. “untuk sementara saudara luhan sebagai saksi, nyonya sebaiknya segera mencari pengacara untuk kasus ini atau pengadilan akan memilihkan pengacara untuk saudara luhan, karena berkas kasus ini sudah kami limpahkan kepengadilan dan sidang pertama akan berlangsung 10 hari lagi” “terima kasih atas informasinya pak, kami permisi dulu. Selamat malam” ucap eomma raekha yang bantu menggandeng anak perempuannya yang dalam keadaan shock berat. Suaminya, detak jantungnya, melakukan itu semua? Kejamnya. Itulah yang ada dipikiran raekha saat ini.
Author pov end
Raekha pov
Mengapa ini semua terjadi padaku Tuhan. Mengapa Kau memberikan cobaan ini padaku? Apa yang aku lakukan padaMu sehingga kau memberikan ini semua? Tidak berhentinya aku memanjatkan doa dan memohon ini semua tidak nyata. Ingatan donghae oppa belum juga kembali, sudah 3hari aku tidak tidur, bahkan tanpa hujan aku melayangkan surat pengunduran diriku agar aku bisa focus dengan masalah ini. Secara tiba-tiba perutku sangat mual. Kepalaku pusing, semua yang ada didepanku berputar, aku ingin muntah. Aku memuntahkan semua isi perutku dikamar mandi. Apa aku sakit? Aku keluar kamar mandi dan terpampangla kalender dihadapanku. Bagus, aku telat 2minggu. Aku pergi ke apotek untuk membeli testpack, aku memakainya. Dua garis muncul dengan sangat jelas. Aku hamil, suamiku dipenjara, dan aku harus menjalani ini sendiri. Tuhan, bantu aku. Eomma menemuiku dengan seorang pengacara, sahabatnya. “ahjussi, aku buta hukum, aku bahkan hampir tidak mengenali suamiku sendiri saat ini. Aku mengandalkan semuanya padamu” “raekha, aku sebagai sahabat eomma mu yang dipercayai untuk menangani kasus ini merasa terhormat, tapi dengan bukti cctv itu dan kasus ini sudah aku pelajari, rasanya sulit aku bisa memenangi pengadilan itu. Luhan dijatuhkan vonis pembunuhan berencana karena dia membawa gunting yang dia bawa bersamanya” “ahjussi,peduli setan dengan vonis itu, aku hanya ingin kebenaran yang terungkap. Bantu aku” “aku akan melakukan semampuku raekha”. Park Taehwan, aku mempercayaimu. Hari ini aku ingin sekali menjenguk donghae oppa. Aku lekas merapihkan semua dan pergi ke rumah sakit. Dia pasti tidak mengenalku, seperti kemarin-kemarin. “buat apa kau kemari hah?” donghae eomma bahkan sudah sangat membenciku karena luhan oppa. “ahjumma, aku mohon, jangan membenciku” “pergi kau dari sini! Aku tidak sudi melihatmu lagi, sudah cukup banyak kau menyakiti donghae, raekha, mau kau sakiti apalagi dia hah?” “a……….” “eo…eomma” suara donghae oppa. “do…donghae, kau ingat eomma?” dia sadar, dia mengingat eommanya, lalu bagaimana denganku? “ra…raekha?” Puji Tuhan, ingatannya kembali! Donghae eomma langsung menceritakan semua kejadian tanpa terlewat sedikitpun. “ti…tidak mungkin luhan melakukan itu eomma” “semua terekam jelas di rekaman cctv bandara donghae, berhenti membela raekha dan suaminya yang mencoba membunuhmu!” sedikit terdengar berlebihan, hatiku teriris mendengarnya. “aku pamit, selamat sore”. Aku merasakan airmataku sudah habis, aku sudah tidak bisa menangis lagi. Bagaimana aku bisa melanjutkan ini semua Tuhan…… ddrrttrdrrttt “yeoboseo, ne taehwan ahjussi” “bisa kau datang ke kantor polisi sekarang?” “15menit lagi aku sampai” taehwan ahjussi terdengar sangat serius, ada apa? Aku melajukan mobilku dengan cepat. 13menit kemudian aku sudah duduk berhadapannya dengan 1 orang lagi. “perkenalkan raekha, dia Dr. Lee Yooil, rekanku untuk membantu menangani kasus ini.” “annyeong haseo, kim raekha imnida” “yooil imnida, nona raekha, aku dan taehwan-ssi baru saja berbicara dengan tuan luhan. Aku harus menyampaikan ini semua dengan berat hati. Awalnya tuan luhan bersikeras tidak mengakui dia melakukan pembunuhan ini, tapi anda harus tahu, mengakui atau tidak mengakui, suami anda pasti akan dijatuhkan hukuman seumur hidupnya, jadi kami sedang berusaha jika saja tuan luhan mengakui kesalahannya, kami akan mencoba membantu mengurangi hukuman yang divonis oleh pengadilan” “a..apa? pengadilankan belum dimulai? Mengapa negara sudah memvonis hukuman penjara seumur hidup?” “karena suami anda mengakui gunting yang ada ditangannya pada saat kejadian adalah miliknya pada wawancara penyelidikan pertama, tetapi dia bersikeras tidak mengakui dia melakukan pemotongan kabel rem tersebut, jadi saya memutuskan untuk menggunakan sodium amytal untuk membuatnya dia mengaku” “apa? Apa itu sodium amytal?” “sodium amytal sama seperti dengan hipnotis, dan anda harus melihat ini…”
“pada hitungan satu anda akan lemas, hitungan kedua, anda sangat rileks, hitungan ketiga anda tidur…. Siapa nama anda?” dr yooil membutuhkan waktu sekitar dua menit untuk membuat luhan oppa tertidur seperti itu, sama seperti dia tertidur disampingku “xiu luhan” “dimana anda tinggal?” “aku tinggal bersama istriku” “anda tahu siapa saya?” “dr. lee yooil” “siapa nama istri anda” “kim raekha” “anda kenal dengan Lee Donghae?” “sahabat istriku” “bagaimana dia sekarang?” “sekarat” dug! Hatiku terasa lepas dari tempatnya. “anda tahu mengapa dia bisa sekarat?” “jelas tahu, seharusnya dia mati, aku sudah memotong kabel remnya, Tuhan terlalu menyayanginya, sial dia tidak mati” apa????? Ja…jadi ini semua benar? Di..dia bahkan mengakuinya. Yang aku tahu jika seseorang dibawah pengaruh hipnotis dia tidak akan berbohong. “mengapa anda melakukan itu pada tuan donghae?” “karena dia melihatku bercumbu dengan suni dan dia mengancamku jika aku menyakiti raekha dia akan merebut raekha dariku. Aku mencintai raekha,tapi aku juga jatuh cinta pada suni, sahabatku” a………..apa, aku ini pasti bermimpi. Ini tidak real, ini tidak nyata. Dia bergurau apa???? “lalu apa lagi?” “dia bilang dia akan melaporkanku kepada raekha, makanya aku ingin menghabisinya, sial, dia tidak mati” “anda tahu sekarang ada dimana?” “di kantor polisi, karena aku tidak bermain rapi, aku harus berada disini” “jika saya hitung satu sampai tiga anda akan terbangun dan melupakan percakapan tadi, satu……….dua…………tiga, bangun”
lalu luhan oppa bangun. “brengsek” “ya raekha” “ahjussi, a….aku ingin pamit pulang, bisa aku kontak anda lagi nanti malam?” “tentu raekha, aku akan datang kerumah  nanti malam” “a…anyeong”. Hatiku rontok, jantungku berdetak ratusan kali lipat. Dia mengakuinya,dia mengakuinya! Air mataku terjatuh lagi, aku piker aku sudah kehabisan air mataku. Brengsek! Ja…jadi dari awal dia sudah berbohong padaku sejak awal. A…apa yang harus aku lakukan ya Tuhan? Haruskah aku tetap berjuang melawan negara atas apa yang sudah suamiku lakukan? Haruskah aku tetap membantunya keluar dari penjara? Jutaan pertanyaan bergelayut dikepalaku. Yang bahkan aku ragu apakah aku bisa menyelesaikan masalah ini atau tidak. Sialan! Mengapa ini harus terjadi padaku??? Aku salah apa? Aku setengah berlari dari garasi menuju eomma yang menantiku dipintu masuk. “eommaaaaa” “wae raekha, ada apa?” “ada dua kabar, baik sekaligus buruk” “ceritakan keduanya” aku menceritakan semuanya kepada eomma, dari keadaan donghae oppa hingga video yang dr yooil tunjukan padaku. Appa naik pitam, “bedebah si luhan! Jangan kau membelanya! Biar saja dia membusuk dipenjara!” “yeobo, luhan masih berstatus suami anak kita” “tak sudi aku mempunyai menantu brengsek seperti dia, katakan pada taehwan untuk menyampaikan apa adanya pada pengadilan, biar pengadilan segera menjatuhkan vonis” “appa, pengadilan memang sudah menjatuhkan vonis hukuman penjara seumur hidup atau hukum mati untuk luhan oppa, hanya saja belum resmi” “bagus! Biar dia membusuk disana, kau terlalu baik untuknya raekha sayang”. Aku tidak sanggup lagi. Aku semakin bingung apakah aku masih mencintainya atau tidak. Dia melakukan iu karena dia takut donghae mengadu padaku. Dia mencintaiku, tapi tidak hanya aku. Aku harus bagaimana? Tak lama kemudian taehwan ahjussi datang sesuai janjinya. “raekha, kau sudah menceritakan semua kepada orang tuamu?” “sudah ahjussi” “aku langsung saja, besok aku dan dr yooil akan berbicara lagi dengan luhan dan menunjukkan video rekaman hari ini, aku akan mencoba berunding dengannya dan memintanya untuk mengakui kesalahannya dipengadilan lusa, setelah itu aku akan mencoba meminta keringanan atas hukuman yang dijatuhkannya. Aku sudah menghubungi semua saksi untuk membantuku pada saat pengadilan, termasuk donghae, dia bersedia untuk hadir dipengadilan” “do..donghae oppa? Bukankah keadaannya terlalu lemah untuk datang kepengadilan?” “dia bersedia dengan senang hati, dan dia akan datang dikawal oleh beberapa orang rumah sakit jikalau terjadi sesuatu. Dan kau raekha, kau adalah saksi pertama yang akan dipanggil oleh pengadilan untuk kesaksianmu” “baik ahjussi, ada lagi?” “mau kah kau ikut denganku dan dr yooil untuk berbicara dengan luhan besok?” “baik, aku akan datang setelah jam makan siang” “sempurna, jadi itu saja. Sampai bertemu besok” mataku terus terjaga sepanjang malam. Aku lupa kapan terakhir kali aku tidur nyenyak setelah kejadian ini. Sarang mengirimkan puluhan pesan singkat menyemangatiku, begitu juga dengan sahabatku yang lainnya. “raekha, ayo sarapan” “ne eomma”. Eomma jarang sekali masak masakan seenak ini tapi entah dimana selera makanku pergi. “aku pamit dulu eomma” “hati-hati dijalan sayang, eomma mencintaimu” pelukan hangat eomma sungguh nyaman, membuatku sedikit tenang siang ini. 20menit aku melajukan mobilku, dan sekarang aku, taehwan ahjussi, dr yooil sudah berada dalam satu ruangan untuk menunggu kedatangan luhan oppa. “chagi, aku merindukanmu” ucapnya begitu datang dan memelukku, airmataku hampir terjatuh. “luhan, kita langsung saja. Aku ini pengacaramu, sesuai dengan prosedur hokum yang berlaku, kau seharusnya menceritakan sejujurnya padaku agar aku bisa dengan mudah memenangkan pengadilan ini. Jadi, kau melakukan pemotongan kabel rem mobil donghae atau tidak?” luhan oppa menunduk, memalingkan pandangannya dari kami. “katakan sejujurnya” sambung dr yooil. “tidak, aku tidak melakukannya” ucapnya lesu. “jadi kau tidak mau jujur, kau harus melihat ini” ucap dr yooil. Bulu kudukku berdiri, aku harus menyaksikan rekaman itu lagi. Luhan oppa membeku dikursinya. Tidak mengeluarkan suara apapun. “mengakulah” ucapku dan plak. Secara reflek aku menamparnya. “raekha, dengarkan penjelasan aku dulu” “sudah cukup oppa, rekaman itu sudah cukup jelas! Aku tidak membutuhkan penjelasan apapun. Mengakulah dipengadilan agar taehwan ahjussi bisa membantumu mengurangi vonismu oppa! Aku mohon!” “i…iya, aku mengakuinya, aku melakukan itu semua”. “bagus, nyatakan hal yang sama pada pengadilan besok, setelahnya akan aku urus kepada pak hakim. Kami permisi luhan”. Kami meninggalkan ruangan itu dan digiringnya lagi luhan oppa masuk kedalam jeruji besi itu. Perasaanku terkoyak lagi. Entah apa yang akan terjadi setelah ini.
Keesokan harinya…

Entah sudah berapa malam aku terjaga. Hari ini adalah hari perdana sidang suamiku, detak jantungku. Semua anggota keluargaku ikut, termasuk sahabatku. Jadwal sidang pukul 10.00, lima menit lagi sidang dimulai. Ditengah ruangan terdapat kursi, kursi terdakwa. Tuhan, tolong bantu aku ini mimpi, bukan, bukan suamiku yang akan duduk disitu, bukan luhan oppa, bantu aku, aku mohon Tuhan. Dan dua orang polisi menggandeng luhan oppa dan mendudukinya disitu. Tuhan tidak mengabulkan doaku. Persidangan ini dipimpin oleh hakim Cho Eunkwang, seorang wanita yang luar biasa terlihat berwibawa dan jaksa penuntut umum Song Gajoon, lelaki tinggi besar dan tegap yang siap melindas habis aku dan suamiku, dan aku sadar, aku masih mencintai luhan oppa. “ Selamat Pagi, saya Cho Eunkwang untuk hakim kasus pembunuhan berencana yang dituduhkan kepada Xiu Luhan atas Lee Donghae, mari kita segera mulai. Song Gajoon-ssi, ada kata pembuka atau langsung saja?” ibu hakim melirikku, seakan dia akan memakanku hidup-hidup. Tuhan, bantu kuatkan aku dan Luhan oppa. “terima kasih sebelumnya hakim Eunkwang, saya akan langsung saja. Selama Pagi semuanya, para juri, dan hadirin sekalian. Saya Song Gajoon sebagai jaksa penuntut hokum untuk kasus Xiu Luhan. Saudara Luhan saat ini duduk dikursi terdakwa atas tuduhan pembunuhan berencana atas saudara Lee Donghae, yang dimana bukti sudah terlihat jelas oleh rekaman cctv…” “maaf, keberatan, saudara gajoon mengarahkan juri” ucap taehwan ahjussi mengoreksi tindakan gajoon-ssi. “diterima, hati-hati gajoon-ssi” sahut hakim eunkwang. “maaf ketua hakim, sekian”. “taehwan-ssi, ada sambutan?” tanya hakim pada taehwan ahjussi. “tidak, yang mulia, terima kasih.” Jantungku terus berdegup ratusan kalilipat perdetiknya. Luhan oppa hanya duduk menunduk. Jaksa penuntut umum menghadirkan saksi-saksi yang memberatkan luhan oppa, aku seperti menemui jalan buntu. Pada akhirnya giliran taehwan ahjussi memanggilku. “kim raekha, nawa juseo” aku berdiri, semua mata dan bidikan kamera mengarah padaku, media tidak ingin tertinggal berita sedikitpun akan kasus ini, aku baru menyadari kasus ini sedang menjadi incaran warga korea. “ucapkan sumpahmu” “saya kim raekha, bersumpah akan mengatakan semuanya dengan jujur” lalu aku duduk dibangku saksi. “raekha, apakah anda datang kesini atas paksaan?” “tidak taehwan ahjussi, saya datang dengan ikhlas sukarela untuk membela suami saya” “suami anda, ya, sudah berapa lama anda kenal dengan suami anda?” “hampir 4tahun” “pernahkah anda mendapat perlakuan kasar dari saudara luhan?” “tidak sama sekali, luhan oppa selalu bersikap manis pada saya, hampir tidak pernah berbuat buruk kepada saya” “cukup yang mulia, terima kasih. Dari apa yang nona raekha sampaikan, saudara luhan tidak pernah melakukan hal kasar atau buruk terhadap istrinya, dan apa yang dia lakukan atas tuan donghae hanyalah khilaf, terima kasih.” “terima kasih taehwan-ssi, saksi lain?” “saya ingin menunjuk luhan untuk duduk dibangku saksi” “ti..tidak bisa…” “negara tidak keberatan yang mulia” “terima kasih gajoon-ssi”. Luhan oppa digiring kekursi dimana aku duduk tadi, dan diambil sumpahnya. “saudara luhan, apakah anda tahu mengapa anda dinyatakan sebagai terdakwa pada kasus ini?” “saya diduga melakukan pembunuhan berencana atas saudara lee donghae, dan saya mengakuinya” begitu luhan oppa menyelesaikan kalimatnya, ruangan sidang gaduh. “harap tenang semua mohon harap tenang atau sidang saya batalkan” ucap hakim eunkwang. “anda mengakui anda melakukan percobaan pembunuhan? Atas dasar apa?” “baiklah, saya akan menyelesaikan ini hari ini juga. Saya menyelingkuhi istri saya, dan donghae memergoki saya dan memberitahu saya jika saya menyakiti hati istri saya, dia akan merebut istri saya. Saya naik pitam, saya tahu kami berada dalam satu penerbangan sepulang dari jepang, maka dari itu saya segera memotong kabel rem mobil donghae dengan gegabah karena saya membencinya dan saya tidak menyadari ada cctv yang merekam saya. Dari dalam hati saya mengucapkan maaf untuk istri saya juga donghae yang sudah berkenan hadir dalam sidang ini. Saya, Xiu Luhan, mengharapkan hukuman mati untuk saya. Sekian.” Dia berbicara apa??? Dia ingin meninggalkanku atas semua pengorbananku yang ingin mengeluarkannya dari penjara. Apa dia sudah gila? Ruangan kembali gaduh, belasan kali lipat lebih gaduh. Aku membeku dikursiku. Eomma memelukku. “diam! Sidang ditunda 10 menit, taehwan-ssi, gajoon-ssi, tolong ikut saya” ucap hakim eunkwang. Eomma membawaku menemui luhan oppa bersama donghae oppa. “berengsek kamu oppa! Berengsek! Bajingan! Apa maksudmu mengucapkan kalimat itu tadi hah? Aku berusaha mengeluarkanmu dari sini tapi kau memilih untuk meninggalkanku selamanya??? Kau ingin mati? Kau gila!” ucapku mengeluarkan semua kata-kata kasar yang seumur hidup tidak pernah aku ucapkan sebelum kasus ini terjadi. “aku minta maaf chagi, aku mencintaimu, aku tahu kau juga mencintaiku, donghaepun mencintaimu. Aku melakukan kesalahan yang negara tidak akan memaafkanku, dan juga Tuhan. Aku sudah memikirkan ini semua dengan matang. Aku tidak akan bisa hidup bersamamu lagi. Aku tidak sanggup melihatmu bersama lelaki lain, maka dari itu aku memilih untuk mengakhiri ini saja. Ini surat wasiatku, seluruh perusahaan aku berikan padamu dan untuk anak kita. Aku tahu kau hamil, eomma membertitahuku. aku minta maaf tidak bisa mendampingimu malah membuatmu stress. Donghae-ssi, aku memberikan raekha padamu. Tolong jaga dia untukku, dia nafasku. Aku tahu kau bisa menjaganya lebih baik dariku. Aku berterima kasih” dan polisi menyudahi pembicaraan kami karena sidang akan segera dilanjutkan. Air mataku menetes tidak karuan. Di…dia… dia melakukan ini semua? Ya Tuhan, tamparan macam apa ini? “sidang segera dimulai” ucap hakim eunkwang. Kepalaku berdenyut keras. “hakim dan para juri sudah memutuskan,bahwa, terdakwa bernama Xiu Luhan bersalah atas pembunuhan berencana kepada korban Lee Donghae. Dan negara memvonis hukuman mati untuk terdakwa Xiu Luhan atas permintaannya. Hukuman akan dilakukan besok dan kerabat dilarang untuk melihat secara langsung dan hanya boleh melihat setela eksekusi berlangsung. Sidang selesai, selamat siang.” Dunia berputar lagi. Luhan oppaku, akan dihukum mati. Tuhan, jika ini yang terbaik, ikhlaskan aku untuk melepasnya pergi. Dia memilih meninggalkanku dengan keadaan seperti ini, dalam keadaan aku mengandung anaknya, anak kami berdua.
Dua hari kemudian…
Mengapa hari berlalu begitu cepat. Hari ini hari eksekusi luhan oppa. Donghae oppa bilang dia akan menemaniku. Ya Tuhan….mengapa ini harus terjadi. Betapa aku berharap ini semua adalah mimpi, mimpi buruk. Dia, suamiku, sekarang terkulai tak bernyawa didalam peti mati. Dia pergi selamanya, selamanya, kami tidak akan pernah bertemu lagi. Selamat tinggal Luhan oppaku. Aku mencintaimu, selamanya. Pada akhirnya tanah mengubur jiwaku yang lain beristirahat untuk selamanya. Selamat tinggal oppa……… aku mencintaimu selamanya…..
Raekha pov end
Author pov
Raekha menjalani hari-harinya dengan donghae, sebulan setelah perginya luhan untuk selamanya, mereka melaksanakan pernikahan sederhana yang sakral dan dihadiri kerabat dekat mereka.
Tujuh bulan kemudian………
“terus sayang, dorong terus, kau bisa, ayo tarik nafas, keluarkan, kau bisa” “eeeeeennnnnnnngggggghhhhhhh aaaaaaaaaarrrrrrrggggghhhhhhhhh opppp…….pppppppaaaaaa” “ya aku disisimu, terus, aku tahu kau bisa, terus, ya Tuhan, lancarkan ini semua” “aaaaaaaaaaaarrrrrrrrrggggggggggghhhhhhhhhh” “puji tuhan” raekha baru saja melahirkan anak pertamanya, anaknya bersama luhan, anak itu laki-laki dan mempunyai mata indah seindah ayahnya. Donghae mencintai anak itu selayaknya anaknya sendiri. Raekha terus memanjatkan puji syukur kepada Tuhan atas semua ujian dan karunia yang sudah diberikan padanya. Raekha dan Donghae memberi nama anak itu Lee Donghan. Lalu mereka hidup dengan bahagia………..

END

No comments:

Post a Comment