Hellow everyone!!! wadap! here i come for fulfill my promise!
sequel FF of Mine... enjoy the FF.. im sure there are a lot of typos...
cast: Lee Sarang & Lee Hyukjae....
okay jangan banyak bacot, enjoy ^^
Hyukjae Pov
Semua berjalan mulus,
semua sesuai rencana. Tidak ada halangan berarti sampai sejauh ini tentang
hubunganku dan Sarang. Kami seperti dua sejoli yang paling bahagia di dunia. Dia
mampu menaklukanku, dia melengkapi hidupku. Meski banyak orang mengatakan tidak
ada yang sempurna didunia, tapi sepertinya dengan kehadiran Sarang dihidupku,
sekarang semuanya sempurna. Rasanya ingin sekali segera menjadikannya istriku,
tapi tidak mungkin untuk saat ini. Kami belum mengenal penuh satu sama lain.
Junsu pun sepertinya belum mengetahui bahwa adiknya memadu kasih dengan sahabat
musuhnya. Aku tidak tahu apakah Junsu juga menganggap Donghae sebagai musuhnya.
Mengapa aku terus memikirkan Donghae? Haish, jelas-jelas dia sudah
terang-terangan bahwa dia mundur. Ddrrttt ddrrtt “oppa, kau dimana? Kau bilang
kau akan menjemputku pukul 5? Sekarang sudah pukul6. Atau kau lupa? Aku pulang
sendiri saja atau bagaimana?” pesan dari Sarang. Astaga, aku lupa aku harus
menjemput dia dibandara karena dia baru saja pulang dari Jepang. “chagiya,
tunggu sebentar ya, jalanan macet, aku segera menjemputmu, jangan kemana-mana”
aku terpaksa harus berbohong. Ini pertama kalinya aku lupa untuk urusan
antar-jemput Sarang. Aku menyambar dompet dan kunci mobil, lalu secepat kilat
menuju mobil dan pamit pada eomma seadanya. Aku menyetir secepat mungkin,
untung saja jalanan tidak macet. Sesampainya dibandara aku mencari-cari dimana
Sarang berada.
Hyukjae Pov End
Sarang Pov
Tumben sekali Hyukjae oppa
telat… biasanya satu jam sebelum perjanjian dia sudah standby. “Sarang, oppa
ketoilet sebentar” ucap Junsu oppa. Ya, aku bersama Junsu oppa. Aku baru saja
pulang dari Jepang, tepatnya Osaka. Kunjungan rutin museum sedunia. Museum
tempatku bekerja mengirimku kesana, biasanya Donghae karena dia berhalangan aku
yang pergi. Dan di museum tidak banyak yang fasih berbahasa Inggris, jadi
Hyukjae oppa mengutusku satu minggu di Osaka. Hari kedua kegiatan tidak kuduga
aku bertemu Junsu oppa. Semenjak hari itu sampai hari ini aku terus bersama
dia. Tidak lama ada pesan di ponselku “kamu dimana? Aku sudah sampai” tanya
Hyukjae oppa. “kedatangan luar negeri, cepat, aku lelah” jawabku. 3 menit
kemudian nampaklah sosok yang sangat aku cintai beberapa bulan terakhir ini.
“chagiya!!!” pemilik suara emas itu berteriak sambil melambaikan tangannya. Aku
pun hanya membalas lambaian tangannya. Beberapa detik kemudian dia sudah
dihadapanku dan mengecup keningku lembut. “bohosipho” ucapku pelan. “nado
chagi” jawabnya. “kajja!” ajak Hyukjae oppa sambil memegang tanganku dan tangan
lainnya menarik koperku. “ani, tunggu, ada seseorang, dia sedang ke toilet”
ucapku mengingat Junsu oppa masih di toilet. “ah arraseo” sahut Hyukjae oppa
lalu duduk disebelahku. “ah, kajja oppa” ajakku pada Junsu oppa. “perkenalkan,
kekasihku” ucapku pada Junsu oppa. “oppa, ini dia. Junsu oppa, kakak sepupuku”
ucapku pada Hyukjae oppa. “m…mwo? Kau berpacaran dengan dia?” tanya Junsu oppa
kaget. “n…ne? waeyo oppa?” tanyaku balik. “a…ani, lupakan. Ah oppa lupa, oppa
ada urusan, jadi kalian pulang saja berdua, aku naik taksi saja karena beda
arah. Annyeong” ucap Junsu oppa terburu-buru. Semenjak pertemuan tadi Hyukjae
oppa tidak banyak berbicara, hanya menjawab pertanyaanku seperlunya saja.
Apakah dia tidak tahu aku merindukannya? Ada apa dengan dia sebenarnya?
Sarang Pov End
Junsu Pov
Jinjja? Jeongmal? Mworago?
Sarang menjalin hubungan dengan Hyukjae? Sahabat Donghae? Sahabat orang yang
selalu membenciku? Yang selalu iri denganku? Yang selalu menyimpan dendam
denganku? Tidak. Ini tidak bisa dibiarkan? Bagaimana jika Hyukjae bersekongkol
dengan Donghae? Menggunakan Sarang sebagai ‘senjata’ mereka? Aniyoooo adik
sepupu kesayanganku. Bahkan aku sudah menganggapnya adik kandungku sendiri. Aku
kenal betul siapa Donghae. Aku tahu apa yang ada diotaknya untuk urusan balas
dendam. Donghae itu bengis, tidak mungkin dia melepaskan umpan lezat begitu
saja. Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus memberitahu eomma dan appa
Sarang agar melarang Sarang berhubungan dengan Hyukjae? Aish jinjja… tidak
mungkin, yang ada mereka malah mencuriagiku. Bagaimana ini jadinya?
Junsu Pov End
Author Pov
Semenjak pertemuan itu
Sarang merasa ada yang aneh. Dia merasa kakak sepupunya menjauhi dirinya,
bahkan untuk diajak makan siang bersamapun Junsu menolak. Sarang terus berpikir
apakah dia melakukan suatu kesalahan fatal sampai kakak sepupu yang dia sayangi
itu menjauh darinya, seakan tidak ingin kenal lagi. Dua minggu berlalu, suatu
pagi Junsu mengirimi Sarang pesan singkat berisikan ingin bertemu berdua saja
dengan Sarang lalu tanpa fikir panjang Sarang menyetujuinya lalu bergegas
menuju café yang dimaksud kakak sepupunya yang sudah dia anggap kakak
kandungnya sendiri itu. Sesampainya disana, Sarang melemparkan pandangan
kekanan kekiri mencari dimana kakaknya berada, beberapa detik kemudian dia
sudah duduk dihadapan kakaknya yang rupanya duduk membelakangi pintu masuk
café. “pesanlah dulu” ucap Junsu, kemudian Sarang memesan ice cappuccino dan
Junsu sudah merubah raut wajahnya menjadi amat serius. “wajahmu mengerikan”
ucap Sarang sambil meminum pesanannya. “aku ingin bicara serius, aku harap kau
mengerti” ucap Junsu mencondongkan badannya. “sebentar, mengapa oppa tidak bisa
dihubungi sama sekali sebelumnya?” Sarang bertanya. “itu karena aku sedang
memikirkan bagaimana cara membicarakan tentang semua ini kepadamu, aku harap
kau mau mendengarkanku, kali ini saja” ucap Junsu panjang. “a…arraseo, jelaskan
saja dulu, sepertinya penting sekali” ucap Sarang tegang. “ini memang penting
sekali, aku ingin kau putus hubungan dengan Hyukjae” ucap Junsu. “m…mwo? Maksud
oppa? Ti..tidak mungkin, aku mencintainya” sahut Sarang terkejut. “ah, jebal
Sarang, dia itu pria jahat, a…ani, dia sahabat Donghae, Donghae itu orang
jahat, aku mengenal mereka, jebal Sarang, putuskan hubunganmu” ucap Junsu
sambil menggenggam tangan adiknya itu. “apa maksudnya sih? Aku tidak mengerti
oppa…. Yang jahat Donghae, mengapa kamu menyuruhku memutuskan hubungan dengan Hyukjae?
Aku mencintainya oppa” sahut Sarang bingung. “aku mohon kali ini saja Sarang,
dengarkan aku, jebal” ucap Junsu memohon. “be…berikan aku waktu” ucap Sarang.
Kemudian Sarang menceritakan semua tentang pekerjaan termasuk Hyukjae dan
Donghae di museum. “apa aku bilang? Dia saja sudah seperti itu kepadamu, kau
harus segera memutuskan Hyukjae dan mengundurkan diri dari museum itu Sarang,
oppa memohon padamu, demi keselamatanmu juga” ucap Junsu panjang. “ta..tapi
oppa, aku mencintainya, aku sangat mencintainya, alasan apa yang akan ku
katakan kepada Hyukjae dengan tiba-tiba aku memutuskannya lalu mengundurkan
diri dari museum?” tanya Sarang. “aku bisa bantu itu nanti, yang penting kau
memutuskan dia dulu” sahut Junsu. “tapi oppa, aku tidak bisa, aku tidak mungkin
meninggalkan museum itu” ucap Sarang. Junsu terus membujuk Sarang dengan
berbagai alasan dan cara agar adiknya itu mau mendengarkannya. 2 jam sudah
Junsu berbicara kepada Sarang, hasilnya nihil. “oppa, aku tidak bisa. Sungguh”
ucap Sarang tegas. “baiklah, akupun sudah lelah, terserah kau. Intinya aku
sudah memeringatimu siapa Donghae&Hyukjae” ucap Junsu lesu. Junsu sudah
kehabisan ide dan kata-kata. Setidaknya Junsu sudah berusaha sekeras mungkin
untuk melindungi adiknya, untuk kedepannya
Junsu hanya berserah kepada Tuhan agar adiknya tetap dalam keadaan baik
selamanya. Sepulang dari pertemuannya dengan kakak sepupunya, Sarang terus
memikirkan percakapan tersebut, sampai dia tidak menyadari ada 50 missed call
di ponselnya. Telepon ke 51 akhirnya dia mengangkatnya. “YA CHAGIYA!!! DARI
MANA SAJA KAU BARU MENGANGKAT TELEPONKU” teriak Hyukjae dari ujung telepon yang
mengharuskan Sarang menjauhkan ponsel dari telinganya. “paboya oppa! Haruskah
kau berteriak seperti itu?” tanya Sarang. “mi..mianhae, dari mana saja kau hah?
Aku ini mengkhawatirkanmu” ucap Hyukjae cemas, terdengar jelas dari warna
suaranya menurut Sarang. “mianhae oppa, a…aku baru saja bertemu dengan sahabat
lamaku” ucap Sarang terbata. “mengapa kau gugup? Dari mana kamu? Jangan
berbohong, sekarang dimana? Biar aku jemput” ucap Hyukjae curiga. “aku sedang
dijalan, tidak usah menjemputku oppa” tangkis Sarang. “tidak, aku ingin bertemu
denganmu, sekarang dimana?” Hyukjae ngotot. “baiklah, sekarang aku didepan Kona
Beans, aku menunggu didalam ne?” sahut Sarang akhirnya mengalah. “arraseo, aku
akan sampai dalam 15menit. Saranghae” ucap Hyukjae. “jangan terburu-buru, nado
oppa” ucap Sarang sangat ragu untuk mengucapkan kata ‘Nado’. 20menit kemudian
Hyukjae sudah duduk dihadapan kekasihnya itu. Mereka bercengkrama begitu
hangatnya, meski Sarang berbohong menyatakan baru saja bertemu sahabat lamanya
padahal dia bertemu dengan Junsu dengan obrolan tadi. Seiring berjalannya
waktu, Sarang tidak memusingkan percakapannya dengan Junsu beberapa bulan yang
lalu, tetapi dia tetap berhati-hati dan berjaga akan Donghae. Hubungan Sarang
dan Hyukjae semakin serius, dengan waktu hubungan mereka yang menginjak bulan
10, Hyukjae ingin segera menikahi Sarang.
Author Pov End
Hyukjae Pov
Hari ini hari jadi
hubunganku dengan Sarang yang ke 10 bulan. Sungguh tidak terasa, sepanjang 10
bulan terlalu banyak kenangan indah untuk dilupakan, kami hampir tidak pernah
bertengkar, Sarang selalu mengertiku, selalu mendengarkanku bahkan aku tidak
pernah mendengar dia mengeluh tentang hubungan kami. Hari ini aku berniat
merayakan hari jadi kami dan segera melamarnya. Kami sudah membuat janji untuk
makan malam bersama di sebuah café. Sekarang aku sedang bersiap-siap untuk
segera menjemputnya. “anak eomma sudah tampan, semoga sukses ya” ucap eomma
membantuku merapihkan pakaian. Aku sudah merasa mantap, aku kirim pesan kepada
Sarang bahwa aku sudah dijalan. 15 menit kemudian aku sudah sampai, aku menekan
klakson mobilku, beberapa detiknya Sarang keluar dari rumahnya mengenakan dress
berwarna merah marun yang sangat anggun. Cocok sekali ditubuhnya. Kemudian dia
pamit pada eommanya lalu sudah duduk dengan anggung disebelahku. Aku melajukan
mobilku ke suatu restaurant yang sudah aku pesan sebelumnya. 30menit kemudian
kami berdua sampai. Sarang menyelipkan tangannya ditanganku. Seorang pegawai
restaurant menuntun kami ketempat yang sudah aku pesan sebelumnya. Aku harap
Sarang menyukai candle light dinner kali ini, mengingat Sarang kurang menyukai
sesuatu yang berbau romantic. Kami makan malam dengan hangatnya. Lalu kemudian
aku mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah yang berisikan cincin didalamnya.
“Sarang, mau kah kau menikah denganku?” tanyaku sambil menjulurkan sebuah
cincin emas putih. Wajahnya memucat, seterkejut itukah? Tangannya menutupi
sebagian dari wajah cantiknya. “mau kah kau?” tanyaku sekali lagi. “i…iya”
jawabnya gugup. Aku mendesah lega dalam hati, aku takut dia menolak
permintaanku. Makan malam kami terus berlanjut. Sarang terus menatapi cincin
pemberianku. Schedule selanjutnya adalah kedatanganku kerumahnya. Kami
menikmati sisa malam kami berdua. Raut bahagia memenuhi wajahnya. Semakin
cantik saja yeojachingu-ku ini.
Minggu berikutnya… (maaf
di cepetin, pusing cuy)
Hari ini hari pertemuan
antara keluargaku dan keluarga Sarang. Aku sudah siap. Aku, eomma, appa dan
Sora noona akan segera berangkat. Kami sampai dirumah Sarang hanya butuh waktu
15 menit. Sarang membukakan pintu rumahnya. Rumahnya di tata sedemikian
rapihnya, karena tidak biasanya rumahnya serapih ini. Di akhir pertemuan
keluarga kami sepakat agar pernikahan kami dilaksanakan tanggal 10 April, dekat
dengan ulang tahunku, sekitar 5 bulan lagi. Kami tidak akan mengundang terlalu
banyak orang, hanya kerabat dekat kami. Aku mencoba menghubungi Junsu, Sarang
bilang Junsu sama sekali tidak bisa dikabari. Hasil yang kudapat nol besar. Aku
tidak tahu dimana dia berada, apa dia juga menyimpan dendam kepadaku?
Hyukjae Pov End
Sarang Pov
Sebentar lagi aku akan
meresmikan hubungan aku dan Hyukjae oppa. Tidak disangka dia seserius ini dalam
menjalani hubungan. “Junsu oppa lihat? Dia serius” gumamku dalam hati sambil
melihat fotoku dan Junsu oppa dipinggir sungai Han yang indah pada malam hari. Setelah
percakapan kami malam itu, aku sulit sekali menghubungi Junsu oppa. Bahkan
orang-tuanya pun seperti ikut menghilang, aku hanya dapat meninggalkan pesan
bahwa aku akan segera menikah dengan Hyukjae oppa kepada eommanya yang tidak
sengaja bertemu di lotte mart. Aku sudah tidak lagi bekerja dimuseum, karena
museum tidak mengizinkan adanya suami-istri kerja dalam satu perusahaan, sedangkan
aku? Jelas-jelas assisten Hyukjae oppa. Posisiku digantikan dengan pegawai baru
yang aku kenal dengan nama Kim Nara. Sekarang aku dan Hyukjae oppa sedang dalam
perjalanan kesebuah butik usul dari sahabatku Eungyo yang menikah dengan Siwon
beberapa bulan lalu. Aku tertarik dengan gaun yang dia pakai, dia terlihat
begitu cantik di hari pernikahannya, maka dari itu aku dan Hyukjae oppa ingin
coba melihat-lihat. Sesampainya di butik gaun pengantin ini, betapa terkejutnya
aku dengan gaun-gaun yang begitu cantik. Pemiliknya, Hyejin eonnie begitu
ramah, dia memberi banyak masukan tentang gaun yang aku inginkan. Aku
menginginkan gaun yang simple tetapi tetap terlihat elegant sedangkan Hyukjae
oppa sedikit berlebihan dia ingin semua terlihat glamour. Eungyo bilang cekcok
pasti akan terjadi ditengah persiapan pernikahan, tapi ini menurutku sudah
berlebihan. Mungkin ini pertama kalinya aku dan Hyukjae oppa rebut besar. Aku
tidak ingin semua terlalu glamour, aku mau sederhana saja. Tetapi Hyukjae oppa
ngotot semua harus terlihat sangat elegant. Pertengkaran kami mungkin dengan
dasar sepele, tatapi dia marah begitu besarnya. Sampai dia menampar pipiku.
“siapa kau?” tanyaku sambil memegangi pipiku yang membekas telapak tangannya. Aku
sungguh tidak menyangka Hyukjae oppa bisa sampai sekasar ini, aku tidak
mengenali sosoknya jika sedang marah besar seperti ini. Dia hanya mondar-mandir
setelah menamparku. “mi..mianhae” hanya satu kata itu yang terlontar dari
bibirnya kemudian dia berusaha menghapus air mataku yang mengalir deras. Aku
menangkis tangannya, aku terlalu terkejut dan takut dengan dirinya yang
sekarang. Dia bangkit dari aku yang tersungkur dilantai. Dia menggenggam
tangannya sendiri kemudian meninju tembok rumahnya. Aku semakin takut, Tuhan,
aku tidak mengenali siapa lelaki yang ada dihadapanku ini. Beberapa menit
kemudian salah satu pekerja rumah Hyukjae oppa datang menghampiri kami. Dia
terkejut melihat keadaan kami. “apa yang terjadi?” tanya Kwon ahjumma. Aku
sudah menganggapnya seperti bibiku sendiri. “tinggalkan kami berdua” ucap
Hyukjae oppa dingin. “apa kamu gila Hyukjae? Kau menyakiti calon istrimu
sendiri? Sarang, lebih baik kamu pulang sekarang, ahjumma akan panggilkan
taksi, ayo pergi dari tempat ini” ucap Kwon ahjumma kepada kami. “aku bilang
tinggalkan kami berdua ahjumma” geram Hyukjae oppa lalu meraih tanganku dan
menjatuhkan aku lagi kelantai. Aku histeris, aku sungguh tidak mengenali siapa
dia. Kwon ahjumma bergidik ditempatnya berdiri. Hyukjae oppa berdiri mematung
menatapku dengan tatapan paling mengerikan. Dia siapa? Ada apa dengan dirinya?
Aku bertanya sendiri kepada diriku. Kwon ahjumma sudah meninggalkan kami. Aku
terlalu takut dan terlalu kaku untuk bergerak. Aku hanya diam tersungkur
dilantai, terus menolak sentuhan Hyukjae oppa yang terus meminta maaf. Bukannya
aku tidak memaafkannya, tetapi aku masih terlalu takut. Aku tidak mengenalinya.
“mianhae” hanya kata itu yang terus dia ucapkan. Berkali-kali, mungkin jutaan. “kamu
siapa?” aku bertanya lagi kepadanya. “mianhae” itu lagi yang dia katakan. “kamu
siapa?” tanyaku lagi. “aku tidak tahu tadi itu siapa” dia menjawab. “mianhae
sarang mianhae, aku tidak seharusnya seperti itu kepadamu” sambungnya lagi. Dia
meraih wajahku yang banjir airmata dan terjiplak jelas telapak tangannya yang
memerah dipipiku. Aku meringis. “aku berjanji tidak akan melakukan itu lagi”
dia memohon, dia menyesal, aku melihat dari sorot matanya. Tangannya masih
diwajahku, perih. Aku menyambut tangannya. “jangan hanya berjanji, buktikan”
sahutku pelan. Beruntung tidak ada orang tua Hyukjae oppa dan Sora eonnie
ataupun suaminya. Jika salah satu dari mereka disini, melihat ini, aku yakin
Hyukjae oppa akan dihajar habis, atau justru Hyukjae oppa yang akan menghajar
siapapun yang mengganggu kami seperti Kwon ahjumma tadi? Kami masih saling
menatap. Kening kami bertemu, aku bisa merasakan nafasnya yang memburu, begitu
juga nafasku yang sedikit menunjukkan kegugupan. Kemudian Hyukjae oppa mengecup
bibirku lembut. Ciuman pertama kami, ciuman pertamaku. Mengapa moment bahagia
setiap perempuan harus kurasakan disaat seperti ini? Disaat pertengkaran
pertama dan pertengkaran hebat begini? Tuhan? Mengapa aku merasa Kau tidak adil
disaat seperti ini. Ciumannya lembut, air mata kami menetes, bercampur diantara
ciuman kami. Ciuman kami tidak menggunakan nafsu, aku lebih merasakan kekesalan
berkecamuk permintaan maaf. Aku melepasnya. Hyukjae oppa menatapku intens,
“mianhae, jeongmal mianhae” ucapnya lagi. “aku memaafkanmu oppa” sahutku berat.
Jujur, aku menjadi sangat takut, takut dia akan mengulanginya lagi. Akankah dia
menepatinya untuk tidak melakukannya lagi? Hanya dia dan Tuhan yang tahu. Dia
bangkit, menjulurkan tangannya kepadaku, aku menyambutnya. Aku berhadapan
dengannya. Sedetik kemudian kami sudah berpelukan. Pelukannya begitu erat, aku
sempat ragu untuk membalas pelukannya atau tidak. Tetapi aku justru memeluknya
begitu erat. “mianhae, saranghae” bisiknya ditelingaku. “nado. Aku mau pulang”
ucapku melepas pelukannya. Aku akan merasa aman jika ada didekat eomma saat
ini. “kau pulang naik taksi saja, supaya Hyukjae juga merenungi kesalahannya
dulu” tiba-tiba Kwon ahjumma sudah didekat kami. “baiklah ahjumma” sahutku.
Sejam kemudian aku sudah dirumah. Sesampainya dirumah aku hanya mengucap salam
seadanya lalu masuk kedalam kamar dan menguncinya rapat-rapat. Aku belum siap
untuk cerita kepada eomma. Aku masih memegangi pipiku, masih terasa panas. Lalu
air mataku menetes lagi. “kamu tidak apa-apa?” tanya eomma dibalik pintu. “aku
baik-baik saja eomma, aku hanya lelah dan ingin tidur” sahutku. “arraseo,
jaljayo” ucap eomma. Hari semakin larut, mataku terasa sangat lelah, kemudian
aku tertidur. Keesokan harinya aku menemukan ponselku dengan puluhan panggilan
tidak terjawab dan puluhan pesan dari Hyukjae oppa dan Sora eonnie? Mengapa
Sora eonnie meninggalkan pesan dan panggilan tidak terjawab sebanyak ini? Aku
membaca semua pesan darinya, semua isinya menanyakan keadaanku dan ingin aku mengangkat
teleponnya. Sepertinya Kwon ahjumma cerita kepada Sora eonnie. Aku akan merasa
tidak enak jika tidak memberinya kabar. “yeoboseo” “yeoboseo, ya Sarang!
Mengapa baru mengabariku sekarang?” “aku baru terbangun dari tidur, aku
baik-baik saja eonnie” “jinja? Kau yakin? Tidak ingin aku temani ke rumah sakit
atau klinik?” “ani, gwaenchana eonnie” “Kwon ahjumma sudah menceritakan semua
kepadaku, eomma dan appa tidak mengetahuinya. Kamu yakin baik-baik saja?” “ah
sudah kuduga, jangan sampai eomma dan appa mengetahui ini eonnie, ne, aku
baik-baik saja” aku berbicara sambil mengarah kemeja riasku, aku terkejut,
lebam diwajah dan mataku yang membengkak dan hitam, bagaimana aku keluar kamar
jika seperti ini? “Sarang…Sarang, mengapa diam saja?” “ah…mian, aku baik-baik
saja eonnie, hanya sedikit terpukul, aku tidak mengenali Hyukjae tadi malam”
“atas namanya, aku meminta maaf. Satu kelemahannya yang perlu kau ketahui
Sarang, ya itu dia. Dia sulit mengendalikan kemarahannya, yang aku tidak
mengerti adalah dasar kalian bertengkar hanya karena tema gaun pernikahan?
Sungguh konyol Hyukjae, kekanakan. Aku meminta maaf Sarang” “gwaenchana eonnie,
kau tidak perlu meminta maaf, aku sudah memaafkannya sebelum dia meminta maaf.
Sejak kapan Hyukjae seperti itu? Mengapa aku baru mengetahuinya?” “entahlah,
sejak kecil dia memang emosional, apakah semalam adalah pertengkaran pertama
kalian sampai kau baru mengetahuinya?” “ne eonnie, aku sungguh tidak menyangka,
tetapi dia sudah berjanji tidak akan mengulanginya lagi” “aku yakin dengan
janjinya dia tidak akan mengulanginya lagi” “eonnie, aku ingin menanyakan
sesuatu” “silahkan” “ah ani, tidak jadi” “arraseo, aku hanya ingin meyakinkan
bahwa kau baik-baik saja” “gamsahabnida eonnie, sampai nanti” “annyeong”
setelah percakapan itu aku berpikir bagaimana cara mengembalikan wajahku
seperti semula. Aku mencari kain, kemudian aku basahkan dengan air dingin, lalu
aku basuh dan aku kompres wajahku, begitu beberapa kali. “Sarang, kau sudah
bangun?” tanya eomma “sudah eomma, aku malas untuk melakukan apapun, aku ingin
dikamar saja” sahutku dari balik pintu. “kau ingin eomma antarkan sarapan
kekamar?” tanya eomma lagi “letakkan saja didepan pintu eomma” sahutku. “mwo?
Ah arraseo” ucap eomma kaget, aku yakin dia sekarang sedang berpikir seakan aku
tidak ingin bertatap muka dengannya. “mianhae eomma” gumamku dalam hati. Aku
bercermin, “setidaknya lebih baik, aku harus terus melakukannya sebelum keluar
kamar” ucapku pada pantulanku di cermin. 10 menit kemudian eomma mengetuk
menandakan sarapanku sudah didepan pintu. Aku intip dari dalam kamar melalui
lubang kunci, takut eomma masih ada didepan kamar, secepat kilat aku mengambil
sarapan tanpa seorangpun melihat. Aku kelaparan, sejak semalam aku tidak makan.
Aku habiskan semua sarapanku kemudian melanjutkan mengompres wajahku begitu
terus sampai 2 jam. Ponselku bordering “aku sudah didepan rumah, ayo kita
pergi” pesan singkat dari Hyukjae oppa? Apa? Dia didepan rumah, aku intip dari
jendela kamarku yang memang menghadap keluar, benar saja. Aduh bagaimana ini
aku belum mandi? Aku membalas pesannya “15menit lagi oppa” kemudian aku melesat
kekamar mandi hanya dalam hitungan detik mungkin. Mataku belum kembali 100%
seperti semula, aku mengakalinya dengan eyeliner dan segala tetek bengek untuk
menutupi lingkar hitamnya. 12 menit aku sudah rapih, aku mencari dimana eomma
dan mendapatinya dimeja makan sedang memilih kartu undangan untuk pernikahanku.
Lalu aku pamit aku katakan akan pergi dengan Hyukjae oppa, satu menit kemudian
aku sudah duduk disebelahnya. “tepat 15 menit, chagi aku mau minta maaf atas
kejadian kemarin” sapanya begitu aku masuk. “sstt jangan pernah bahas itu lagi,
anggap tidak pernah terjadi, mau pergi kemana kita hari ini?” tanyaku yang
tidak ingin membahas masalah kemarin. “kita ke butik gaun kemarin, kau pilih
mana saja yang kau mau untuk menebus kesalahanku” ucapnya panjang. Aku
mengiyakannya, sesampainya dibutik aku bertemu dengan Hyejin eonnie lagi, dia
mengerti mauku. Dia tahu aku akan memilih gaun pilihannya. Gaun sederhana yang
cantik dan sungguh sulit untuk aku jelaskan dengan kata-kata. Aku sumringan
dengan gaun ini kemudian aku memandang kearah Hyukjae oppa. Dia tersenyum
manis, senyumnya yang dulu, senyum yang aku kenal. “terima kasih Tuhan sudah
mengembalikan dia yang dulu” gumamku dalam hati. Aku mencoba gaunnya,lalu aku
keluar dari kamar pas, Hyukjae oppa sudah menunggu juga dengan setelan jasnya
yang sangat mengagumkan, dia terlihat begitu tampan dan gagah bak pangeran
dikayangan. Kami bercermin, apakah ini benar-benar kami? “ah jinjja, kalian
begitu sangat serasi, aku iri sekali” ucap Hyejin eonnie kepada kami. Aku dan
Hyukjae oppa bertukar pandangan lalu tersenyum, senyumnya yang dulu yang
memabukkan.
Beberapa minggu kemudian
Semua berjalan baik,
lancar, aku sangat berterima kasih kepada Tuhan berkat campur tanganNya semua
berjalan dengan lancar. Pernikahanku hari ini berjalan dengan mulus, tamu
undanganpun menyampaikan mereka puas. Semuanya sempurna sekarang. Aku sedang sibuk
melepaskan gaun pengantin yang cukup rumit ini dibantu oleh Sora eonnie. “kau
sudah siap melakukan tugas barumu?” tanyanya “siap tidak siap aku harus siap
eonnie” sahutku “aku mendoakan kalian yang terbaik” sambungnya lagi dan aku
balas dengan senyum. Kemudian Hyukjae oppa sudah dengan santainya dengan kaus
dan celana pendeknya. Make-up tipis masih melekat diwajahnya menutupi sedikit
ketampanan aslinya. “butuh bantuan?” tanyanya “ani, aniya” jawab Sora eonnie
“ah arra aku tunggu dilobby” ucapnya keluar dari kamar hotelku. Orangtua kami
sudah pulang terlebih dahulu. Malam ini aku sudah resmi menjadi istrinya, aku
harap ini pernikahanku yang pertama dan terakhir. Sora eonnie terlalu sibuk
merapihkan segalanya, sedangkan aku terlalu canggung untuk menyadari ini semua.
Mulai malam ini juga aku akan tinggal bersama Hyukjae oppa. Eomma berlinang
airmata untuk ‘melepasku’, padahal aku bisa saja mengatakan untuk tinggal
dirumah eomma ketimbang dirumah Hyukjae oppa karena aku anak satu-satunya. Tapi
justru eomma menawarkan untuk menghadiahiku rumah baru, begitu juga eommanya
Hyukjae oppa menawarkan hal yang sama. Tapi karena semua pernikahan ini
ditanggung keluarga Hyukjae oppa, jadi aku memilih untuk menerima pemberian
eommaku, biar adil hahaha. Sesampainya dirumah Hyukjae oppa aku langsung masuk
kekamar kami, “mengapa aku tegang sekali?” gumamku dalam hati. Aku masuk
kekamar mandi dan membasuh wajahku, lebih tepatnya menghapus make-up ku yang
cukup tebal ini. Aku mencari dimana tas jinjingku, kemudian aku mengganti
pakaianku dengan pakaian tidur. Ketika aku hendak memakai pakaian tidurku,
tiba-tiba Hyukjae oppa masuk kedalam kamar mandi. “KYAAAAAAAA OPPA PABO”
jeritku histeris langsung menutup tubuhku dengan pakaian tidurku, aku belum
sempat memakainya. “ya! Sarang-ah, mengapa harus teriak?” tanya Hyukjae oppa
kaget. “aku malu, cepat keluar!!!!” ujarku tegas. “cih, kita ini suami istri,
kau lupa?” sahutnya dengan seringaian nakalnya. Mengapa aku gugup? Aish jinjja.
“yak! Mundur, oppa, aku mohon, mundur atau aku…” aku menengok kekanan-kiri. “aku
lempar kau dengan pasta gigi ini” ucapku meraih pasta gigiku. “hahahah, jinjja?
Aku tidak takut” ucapnya semakin mendekat. “kyaaaaaaaaaaa” aku teriak, segesit
mungkin aku justru keluar dari kamar mandi masih berusaha menutupi tubuhku yang
hanya menggunakan pakaian dalam dengan pakaian tidurku dan menutup pintu kamar
mandi. Secepat kilat juga aku memakai pakaian tidurku. Sekeluarnya Hyukjae oppa
dari kamar mandi, dia melihatku sudah berpakaian rapih. “yak! Kau kalah! Hahaha”
ucapku bahagia. “lihat saja nanti” sahutnya masih dengan seringaian nakalnya. Sedetik
kemudian dia memelukku dari belakang dan membawaku ketempat tidur. “YAK OPPA!
PABO! ISH” jeritku memukul-mukul dia sebisa diriku. “YAK!!!!!!! APA YANG KALIAN
LAKUKAN, BERISIK SEKALI!” ucap Sora eonni tiba-tiba sudah didepan pintu kamar
kami. Dekapan Hyukjae oppa melonggar, aku melesat lari kearah Sora eonni. “noona-ya……….”
Ucapnya lesu. “kau kalah lagi hahaha” ejekku pada hyukjae oppa. “mwo? Kalian sedang
apa sih?” tanya Sora eonni. Kemudian Hyukjae oppa memberikan kode-kode kepada
kakak perempuannya ini dan diakhiri dengan seringaian nakalnya. “m..mwo? apa
yang kalian bicarakan?” tanyaku bingung. “eo…eonni-ya… jebal…” aku sedikit panic.
“kau harus melayaninya, ini tugasmu” ucapnya lalu meninggalkan kami berdua. Aku
masih di pintu kamar yang sudah ditutup Sora eonni, aku tidak berani menatap
Hyukjae oppa. “mengapa harus seperti ini? Mengapa aku sangat gugup? Aish”
gumamku dalam hati. “chagiya….” Ucap Hyukjae oppa, aku dengar suara tapak kaki
mendekat, bulu kudukku berdiri. “mengapa sangat menyeramkan sih?” lagi-lagi aku
bergumam. “n..ne?” sahutku. “aku tidak akan memaksamu untuk melakukannya malam
ini kok chagi” ucapnya semakin mendekat. Sedetik kemudian dia sudah memelukku
dari belakang. “kau tidak perlu takut, aku tidak akan memaksamu” ucapnya
meletakkan dagunya dibahuku. “mi..mianhae oppa, aku lelah, aku tidak bisa melakukannya
malam ini, mianhae” sahutku. “arraseo, jja tidur, kau terlihat sangat lelah”
ajak hyukjae oppa menarikku ke tempat tidur. Lalu…………………..
Sarang pov end
Mereka melakukannya
akhirnya…. I wont share this moment, just go to my other blog HAHAHA SO SORRY
Author pov
Sinar matahari menyeruak
memasuki celah-celah jendela persis mengenai Sarang yang sedang tertidur pulas
dalam dekapan suaminya. “eemmhh” desah Sarang yang sadar bahwa tangan sang
suami melingkar diperutnya. “argh.. tubuhku mengapa rasanya ngilu semua?” gumam
Sarang dalam hati. Sarang merasa sakit disekujur tubuhnya. Dia baru saja
menjalani salah satu ‘tugas penting sebagai istri’ tadi malam. “aish jam berapa
ini?” ucapnya kaget dan melihat kearah jam di meja sebelah ranjangnya. “mwo? Jam
9?” ucapnya kaget. “op..oppa…ireona! kau kesiangan, kau harus bekerja!” ucap
Sarang sambil menggoyangkan badan suaminya yang tidak bergemin dari memeluknya.
“aish jinjja, aku kan cuti 1 minggu” ucapnya semakin menenggelamkan wajahnya. “jinjja?
Arra arra, lepaskan dekapanmu, aku ingin mandi” ucap Sarang sambil berusaha melepaskan
dekapan suaminya yang semakin mengerat. “ish, paboya!!! Badanku lengket oppa! Jebal!”
ucap Sarang setengah memohon. Dengan sekuat tenaga Sarang berhasil melepaskan
pelukannya dan berjalan menuju kamar mandi dan menggunakan baju handuk. Sarang menatap
dirinya dicermin. “setidaknya aku sudah melakukannya dengan baik” ucapnya pada
pantulan dirinya di cermin. Sarang masih merasakan sakit disekujur tubuhnya
yang sangat terasa. Kemudian Sarang mandi dengan kucuran air hangat agar
tubuhnya terasa lebih relax, dia tidak lupa mengunci pintu kamar mandinya
mengingat kejadian tadi malam. Selesai mandi, Sarang langsung berpakaian rapih
dan keluar dari kamar mandi. Dia menemukan suaminya masih dengan wajahnya yang
menawan ditempat tidur. “dasar monyet mesum” gumam Sarang dalam hati. Sarang berjalan
keluar kamar dan tidak menemukan dimana anggota keluarganya. “dimana
orang-orang ahjumma?” tanya Sarang kepada Kwon ahjumma. “Sora-ssi sudah
meninggalkan Korea pagi-pagi sekali, tuan dan nyonya Lee bertolak ke Busan
untuk urusan bisnis” ucap Kwon ahjumma kepada Sarang. “mau kumasakan sesuatu
nona?” tanya Kwon ahjumma. “ah ani, biar aku memasak sendiri” ucap Sarang. Lalu
Sarang menyiapkan sarapan untuk dia dan Hyukjae. Selesai dengan memasaknya,
Sarang membangunkan suaminya. Sungguh sulit membangunkan Hyukjae bagi Sarang. Mereka
sarapan berdua dengan mesranya. Kemudian menghabiskan hari-hari berdua dengan
indahnya, serasa dunia milik mereka berdua. Hyukjae selalu bisa ‘merayu’ Sarang
untuk ‘melakukan itu’ walau Sarang juga pasti menolak melakukannya disaat dia
tidak ingin. Sebulan tinggal bersama orang tua Hyukjae, bulan berikutnya
Hyukjae dan Sarang memutuskan untuk pindah kerumah mereka sendiri, pemberian
orang tua Sarang. Setelah seminggu dibenahi, rumah itu sudah siap dihuni. Rumahnya
tidak cukup besar, tetapi cukup nyaman bagi keduanya. Terdiri 3 kamar tidur, 5
kamar mandi, ruang tamu, ruang keluarga dan dapur. Garasi yang menampung 2
mobil dan taman kecil. “aku rasa rumahnya terlalu besar” ucap Sarang. “ani,
nantinya akan ramai oleh suara anak-anak kita” ucap Hyukjae merangkul sang
istri. “ish, monyet mesum” ucap Sarang pelan. Hari demi hari dilalui dua sejoli
ini dengan perasaan cinta, mereka mulai kesepian karena sudah usia perkawinan
mendekati bulan ke 5 Sarang tidak juga mengandung sedangkan Hyukjae ingin
sekali memiliki anak lelaki. “kita kedokter saja ne?” ajak Hyukjae kepada
Sarang. “kapan?” tanyanya. “besok, arra?” sahutnya “arraseo” ucap Sarang.
Keesokan harinya
Sarang dan Hyukjae sedang
duduk diruang tunggu untuk segera konsultasi kepada dokter kandungan. Menurut nomor
antrian, setelah pasien yang sedang didalam keluar nama merekalah yang akan
dipanggil. “Tuan dan Nyonya Lee” ucap seorang suster. Lalu dua pasangan suami
istri itu masuk keruang konsultasi. Mereka menjelaskan keinginan mereka kepada
Dokter Choi. Kemudian sang dokter mengambil sample sel telur dan sperma Sarang
dan Hyukjae untuk di cek di laboratorium dan mereka harus menunggu sekitar satu
jam untuk masuk lagi kedalam ruangan tersebut. Selagi menunggu hasil test,
Hyukjae dan Sarang makan siang bersama di kantin Rumah Sakit lalu kembali
ketempat antrian dimana nama mereka akan dipanggil lagi. 15 menit menunnggu,
akhirnya nama mereka dipanggil. Wajah Dokter Choi sedikit berbeda dari
pertemuan sebelumnya beberapa jam yang lalu. “dok, bagaimana hasilnya?” tanya
Hyukjae antusias. “dengan sangat menyesal saya mengatakan, Tuan dan Nyonya mengidap
Infertilitas” ucap dokter Choi. “m..mwo? maksud dokter?” tanya Sarang bingung. “infertilitas
adalah bahasa medis dari mandul” ucap dokter Choi dalam satu hembusan nafas. Expresi
wajah pasangan suami istri ini berubah 180 derajat. “saya sangat menyesal
mengatakan hal ini kepada anda, tapi itu memang adanya. Kemungkinan Nyonya Lee
dapat mengandung hanya sekitar 20% begitu juga kualitas sperma Tuan Lee untuk
membuahi sekitar 23% saja” lanjut dokter Choi. “anda tidak salah prediksi kan
dokter?” tanya Hyukjae tidak percaya. “hasil laboratorium menunjukan keakuratan
99% Tuan” jawab dokter Choi sambil memberikan lembaran hasil test laboratorium.
Sarang mengambilnya dengan tangan gemetar dan menahan air mata dipelupuk
matanya. Kemudian Hyukjae menggandeng sang istri meninggalkan ruangan dokter
Choi. Genggaman tangan Hyukjae begitu erat bahkan terkesan sakit bagi Sarang. Sarang
menahannya, dia tahu sang suami sedang terpukul begitu juga dirinya. Didalam mobil,
tidak ada percakapan berarti, Hyukjae menyetir dengan brutalnya, bahkan nyaris
menabrak truk. Sarang berpegang kencang dengan sabuk pengamannya. Sesampainya dirumah,
tidak ada Hyukjae yang manis seperti dulu, membukakan pintu mobil saja tidak. Diam.
Hanya itu yang banyak terjadi dirumah mereka. Tidak ada lagi kemesraan mereka
seperti dulu. Mereka masih terlampau shock dengan vonis dokter Choi. Tidak ada lagi
pertengkaran-pertengkaran konyol diantara mereka, tidak ada jeritan-jeritan manja
Sarang, tidak ada lagi seringaian nakal Hyukjae, untuk sekedar makan bersama
saja jarang sekali. Hyukjae pun sering sekali pulang malam dalam keadaan mabuk,
itu membuat hati Sarang semakin tersayat. Wangi parfum wanita lain melekat
ditubuh suaminya. Tidak jarang bekas lipstick menempel dianggota badan
suaminya. Dilihatnya jam menunjukan pukul 2 dini hari, dia menunggu suaminya
pulang. Tin tin tiiin!!!!! Suara klakson mobil suaminya terdengar keras, tidak
lama bunyi bel rumah itu berdenting. Dibukanya pintu rumah dan mendapati
Hyukjae dibopong Donghae, sahabat karibnya. “dimana kamar kalian?” tanya
Donghae. Sarang tidak mampu berbicara sepatah katapun, hanya menunjukan pintu
kamar mereka. Kemudian Donghae berpamitan setelah menaruh Hyukjae diranjang
mereka berdua. Dengan cekatan Sarang melepas atribut yang melekat dibadan
Hyukjae. “aish, apa yang kau lakukan hah?!?!?!?” tanya Hyukjae kasar. “kau
mabuk, tidurlah oppa” ucap Sarang. “oppa? Siapa kamu memanggilku oppa hah?”
tanya hyukjae yang bangkit dari tempat tidur sempoyongan. “aku ini istrimu!!! Kau
mabuk berat oppa, sebaiknya kau istirahat!!!” ucap Sarang menahan air matanya. “istri
kau bilang? Hahaha.. aku tidak punya istri mandul sepertimu hei wanita….” Ucap Hyukjae
mabuk sambil membelai wajah Sarang. “k….kau…. kau pun sama!!!!!!!” sahut
Sarang, tumpah juga air matanya. PLAK! Ditamparnya dengan keras pipi Hyukjae
oleh Sarang. “berani-beraninya kau menamparku, kau bilang kau istriku hah!!!!!!”
ucap Hyukjae marah dan memegangi pipinya yang memerah walau wajahnya memang
sudah merah karena pengaruh alcohol. PLAK! PLAK! PLAK! Tiga tamparan mendarat
di pipi Sarang ‘hadiah’ dari Hyukjae dengan apa yang dilakukan Sarang
sebelumnya. “KAU TAHU? ISTRIKU MANDUL! AKUPUN MANDUL! AKU KAU TIDAK BERPIKIR
BETAPA TIDAK BERGUNANYA AKU DAN ISTRIKU HAH?” bentak Hyukjae dan mendaratkan
tamparan lagi dipipi Sarang. Tumpahlah air mata dua manusia itu. Keduanya masih
tidak bisa menerima kenyataan bahwa keduanya divonis mandul oleh dokter. “KAU
PIKIR AKU TIDAK SEDIH DENGAN SEMUA YANG DOKTER KATAKAN OPPA? DIMANA OTAKMU ITU
YANG DULU AKU PUJI HAH?” bentak Sarang. PLAK! Tamparan terus dirasakan Sarang,
entah sudah berapa kali Hyukjae menghujamkan tamparan dipipi Sarang. “MANA
JANJIMU DULU YANG TIDAK AKAN MELAKUKAN HAL INI KEPADAKU MANA?” bentak Sarang
lagi dan tamparan lagi juga yang dia dapatkan. Hyukjae benar-benar dibawah
pengaruh alcohol dan berada di titik stress dalam hidupnya, begitu juga Sarang
yang masih belum bisa menerima keadaan suaminya saat ini. “KAU SEDIH? MANA
WAJAH SEDIHMU KEMARIN-KEMARIN SARANG? MANAAAA? KAU TERLALU TIDAK PERDULI DENGAN
AKU! KITA INI GAGAL SARANG, GAGAL!” bentak Hyukjae dan menghardik istrinya
dengan kekuatan penuh. Setelah menghardik istrinya dia membalikkan diri dan
tidak menyadari istrinya yang jatuh tersungkur dengan keadaan kepala terhantam dan
tertancap beling bingkai foto pernikahan mereka. Lantai mulai bersimbah darah,
Hyukjae masih belum menyadarinya. “sekarang kau diam kan? Hanya bisa diam saja
hah?” ucap Hyukjae mengharap ada suara atau bentakan lagi dari sang istri. “cih,
hanya diam seperti itu hah? Hanya diam yang kau bisa? Istri bodoh!” ucap
Hyukjae terus memaki istrinya dan dia masih belum menyadarinya. Hyukjae bangkit
dan menoleh. “SARANG!!!!!!” jerit Hyukjae ketika menyadari keadaan istrinya
sekarang. Dia melesat meraih istrinya yang bersimbah darah itu. Seakan lenyap
kemana pengaruh alcohol itu hilang. Dia sadar betul apa yang sudah dibicarakan
dengan istrinya. Tidak ada lagi denyut nadi ditubuh istrinya. Dia pikir
istrinya sudah tiada. “AAAARRRRRGGGGGGHHHHHHH!!!!!!!!! SARANG!!!!!!!! KAU TIDAK
BOLEH MENINGGALKANKU” teriak Hyukjae menggerakkan badan istrinya berharap
istrinya kembali. Dia memeriksa lagi denyut nadi istrinya. Ada harapan. “Sarang, aku mohon, jangan
tinggalkan aku, aku mohon Sarang” ucap Hyukjae masih menggerakan badan
istrinya. “uhuk uhuk” Sarang membuka matanya dan batuk mengeluarkan darah. “mi…mianhae
op..oppa..” ucap Sarang terbata “untuk apa bodoh, kau tidak salah, aku yang
salah. Aku mohon bertahanlah” ucap Hyukjae menggenggam erat tangan istrinya. “aku
tidak bisa menjadi istri…uhuk..yang baik bagimu……..” ucapan terakhir Sarang. Kali
ini denyut nadi Sarang benar benar berhenti. Dunia seakan berhenti berputar. Hyukjae
hilang kendali. Dia panic, dia tidak tahu harus berbuat apa. Dilihatnya beling
yang tertancap dipergelangan tangan istrinya, dicabut olehnya. Dia berpikir dia
sudah membunuh istrinya, tidak ada lagi yang bisa dilakukan Hyukjae,
dipikirannya. Dia mengarahkan bagian tajam beling itu ke pergelangan tangannya.
Ditancap dan digoresnya ditangannya. Darah mengucur dengan derasnya dari
pergelangan tangan Hyukjae. Dia melakukan hal yang sama dipergelangan tangan
satunya. Kepalanya berdenyut keras seakan ingin meledak. Didekapnya jasad
istrinya itu. Tidak cukup melukai dua tangannya, Hyukjae terus menyayat-nyayat
bagian tubuhnya yang lain. Keadaan kamar itu seperti banjir darah. Ada darah
dimana-mana. Gelap, itu yang Hyukjae rasakan terakhir kalinya. Nyawanya pun
melayang. Keadaan terakhirnya adalah mendekap sang istri.
Keesokan harinya.
“HYUKJAE!!!!!!!!
SARANG!!!!!!! AKU DATANG MAMPIR!!!” suara Sora. “kalian dimana sih?” Sora terus
berucap karena tidak mendapat tanggapan dari adik dan istri adiknya itu. Kemudian
Sora bertolak kearah kamar adiknya itu. Dia kaget karena terdapat darah
mengalir didepan pintu kamar adiknya. Dibuka perlahan pintu itu. “MWO?” ucap
Sora kaget melihat keadaan mengenaskan itu. Sora bergidik melihat banjir darah
dikamar itu. Air matanya tumpah begitu melihat posisi kedua adiknya itu. Secepat
mungkin Sora menghubungi orang tuanya dan orang tua Sarang. 10 menit kemudian
mereka berkumpul bersamaan dengan datangnya ambulans. Sesampainya dirumah
sakit, nyawa Hyukjae dan Sarang sudah tidak dapat tertolong. Bagai tertimpa
batu beton perasaan anggota keluarga Hyukjae dan Sarang. Mereka kehilangan dua
orang sekaligus dengan keadaan yang sangat mengenaskan. Sora masih tidak
percaya akan kematian adik yang sangat dia sayangi itu. Dia kembali ke rumah
adiknya itu untuk mencari tahu. Dia mencari apa yang bisa dia temukan, apa
saja. Lalu setelah beberapa jam mencari apa yang tidak tahu apa yang sedang dia
cari, dia menemukan lembaran vonis dokter yang menyatakan bahwa Hyukjae dan
Sarang tidak bisa mempunyai anak. Lagi-lagi air mata tumpah dan mengalir dipipi
Sora. Jadi ini penyebab kematian kedua adiknya. Sora bergegas kepemakaman
menyusul kedua orang tuanya. Dipeluknya sang ibu yang sedang menatap kedua
makam anak dan menantunya itu. Tak lama kemudian, ada orang yang ingin bertemu
dengannya. “saya hanya kurir rumah sakit, ingin mengantarkan ini. Saya turut
berduka cita nona, permisi” ucap sang kurir meninggalkannya. Dibuka surat itu,
betapa kagetnya surat tersebut adalah pernyataan bahwa hasil laboratorium
sebelumnya tertukar dengan pasien lain, bahwa intinya Hyukjae dan Sarang tidak
mengidap Infertilitas. Semuanya sudah terlambat, adiknya sudah tiada. “BRENGSEK!”
geram Sora.
END!
No comments:
Post a Comment