Friday, 7 June 2013

FF-SEQUEL-MINE

YOHOOOOOOOOOOOOOOOOO!!!
Hellow everyone!!! wadap! here i come for fulfill my promise!
sequel FF of Mine... enjoy the FF.. im sure there are a lot of typos...
cast: Lee Sarang & Lee Hyukjae....
okay jangan banyak bacot, enjoy ^^



Hyukjae Pov

Semua berjalan mulus, semua sesuai rencana. Tidak ada halangan berarti sampai sejauh ini tentang hubunganku dan Sarang. Kami seperti dua sejoli yang paling bahagia di dunia. Dia mampu menaklukanku, dia melengkapi hidupku. Meski banyak orang mengatakan tidak ada yang sempurna didunia, tapi sepertinya dengan kehadiran Sarang dihidupku, sekarang semuanya sempurna. Rasanya ingin sekali segera menjadikannya istriku, tapi tidak mungkin untuk saat ini. Kami belum mengenal penuh satu sama lain. Junsu pun sepertinya belum mengetahui bahwa adiknya memadu kasih dengan sahabat musuhnya. Aku tidak tahu apakah Junsu juga menganggap Donghae sebagai musuhnya. Mengapa aku terus memikirkan Donghae? Haish, jelas-jelas dia sudah terang-terangan bahwa dia mundur. Ddrrttt ddrrtt “oppa, kau dimana? Kau bilang kau akan menjemputku pukul 5? Sekarang sudah pukul6. Atau kau lupa? Aku pulang sendiri saja atau bagaimana?” pesan dari Sarang. Astaga, aku lupa aku harus menjemput dia dibandara karena dia baru saja pulang dari Jepang. “chagiya, tunggu sebentar ya, jalanan macet, aku segera menjemputmu, jangan kemana-mana” aku terpaksa harus berbohong. Ini pertama kalinya aku lupa untuk urusan antar-jemput Sarang. Aku menyambar dompet dan kunci mobil, lalu secepat kilat menuju mobil dan pamit pada eomma seadanya. Aku menyetir secepat mungkin, untung saja jalanan tidak macet. Sesampainya dibandara aku mencari-cari dimana Sarang berada.

Hyukjae Pov End

Sarang Pov

Tumben sekali Hyukjae oppa telat… biasanya satu jam sebelum perjanjian dia sudah standby. “Sarang, oppa ketoilet sebentar” ucap Junsu oppa. Ya, aku bersama Junsu oppa. Aku baru saja pulang dari Jepang, tepatnya Osaka. Kunjungan rutin museum sedunia. Museum tempatku bekerja mengirimku kesana, biasanya Donghae karena dia berhalangan aku yang pergi. Dan di museum tidak banyak yang fasih berbahasa Inggris, jadi Hyukjae oppa mengutusku satu minggu di Osaka. Hari kedua kegiatan tidak kuduga aku bertemu Junsu oppa. Semenjak hari itu sampai hari ini aku terus bersama dia. Tidak lama ada pesan di ponselku “kamu dimana? Aku sudah sampai” tanya Hyukjae oppa. “kedatangan luar negeri, cepat, aku lelah” jawabku. 3 menit kemudian nampaklah sosok yang sangat aku cintai beberapa bulan terakhir ini. “chagiya!!!” pemilik suara emas itu berteriak sambil melambaikan tangannya. Aku pun hanya membalas lambaian tangannya. Beberapa detik kemudian dia sudah dihadapanku dan mengecup keningku lembut. “bohosipho” ucapku pelan. “nado chagi” jawabnya. “kajja!” ajak Hyukjae oppa sambil memegang tanganku dan tangan lainnya menarik koperku. “ani, tunggu, ada seseorang, dia sedang ke toilet” ucapku mengingat Junsu oppa masih di toilet. “ah arraseo” sahut Hyukjae oppa lalu duduk disebelahku. “ah, kajja oppa” ajakku pada Junsu oppa. “perkenalkan, kekasihku” ucapku pada Junsu oppa. “oppa, ini dia. Junsu oppa, kakak sepupuku” ucapku pada Hyukjae oppa. “m…mwo? Kau berpacaran dengan dia?” tanya Junsu oppa kaget. “n…ne? waeyo oppa?” tanyaku balik. “a…ani, lupakan. Ah oppa lupa, oppa ada urusan, jadi kalian pulang saja berdua, aku naik taksi saja karena beda arah. Annyeong” ucap Junsu oppa terburu-buru. Semenjak pertemuan tadi Hyukjae oppa tidak banyak berbicara, hanya menjawab pertanyaanku seperlunya saja. Apakah dia tidak tahu aku merindukannya? Ada apa dengan dia sebenarnya?

Sarang Pov End

Junsu Pov

Jinjja? Jeongmal? Mworago? Sarang menjalin hubungan dengan Hyukjae? Sahabat Donghae? Sahabat orang yang selalu membenciku? Yang selalu iri denganku? Yang selalu menyimpan dendam denganku? Tidak. Ini tidak bisa dibiarkan? Bagaimana jika Hyukjae bersekongkol dengan Donghae? Menggunakan Sarang sebagai ‘senjata’ mereka? Aniyoooo adik sepupu kesayanganku. Bahkan aku sudah menganggapnya adik kandungku sendiri. Aku kenal betul siapa Donghae. Aku tahu apa yang ada diotaknya untuk urusan balas dendam. Donghae itu bengis, tidak mungkin dia melepaskan umpan lezat begitu saja. Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus memberitahu eomma dan appa Sarang agar melarang Sarang berhubungan dengan Hyukjae? Aish jinjja… tidak mungkin, yang ada mereka malah mencuriagiku. Bagaimana ini jadinya?

Junsu Pov End

Author Pov

Semenjak pertemuan itu Sarang merasa ada yang aneh. Dia merasa kakak sepupunya menjauhi dirinya, bahkan untuk diajak makan siang bersamapun Junsu menolak. Sarang terus berpikir apakah dia melakukan suatu kesalahan fatal sampai kakak sepupu yang dia sayangi itu menjauh darinya, seakan tidak ingin kenal lagi. Dua minggu berlalu, suatu pagi Junsu mengirimi Sarang pesan singkat berisikan ingin bertemu berdua saja dengan Sarang lalu tanpa fikir panjang Sarang menyetujuinya lalu bergegas menuju café yang dimaksud kakak sepupunya yang sudah dia anggap kakak kandungnya sendiri itu. Sesampainya disana, Sarang melemparkan pandangan kekanan kekiri mencari dimana kakaknya berada, beberapa detik kemudian dia sudah duduk dihadapan kakaknya yang rupanya duduk membelakangi pintu masuk café. “pesanlah dulu” ucap Junsu, kemudian Sarang memesan ice cappuccino dan Junsu sudah merubah raut wajahnya menjadi amat serius. “wajahmu mengerikan” ucap Sarang sambil meminum pesanannya. “aku ingin bicara serius, aku harap kau mengerti” ucap Junsu mencondongkan badannya. “sebentar, mengapa oppa tidak bisa dihubungi sama sekali sebelumnya?” Sarang bertanya. “itu karena aku sedang memikirkan bagaimana cara membicarakan tentang semua ini kepadamu, aku harap kau mau mendengarkanku, kali ini saja” ucap Junsu panjang. “a…arraseo, jelaskan saja dulu, sepertinya penting sekali” ucap Sarang tegang. “ini memang penting sekali, aku ingin kau putus hubungan dengan Hyukjae” ucap Junsu. “m…mwo? Maksud oppa? Ti..tidak mungkin, aku mencintainya” sahut Sarang terkejut. “ah, jebal Sarang, dia itu pria jahat, a…ani, dia sahabat Donghae, Donghae itu orang jahat, aku mengenal mereka, jebal Sarang, putuskan hubunganmu” ucap Junsu sambil menggenggam tangan adiknya itu. “apa maksudnya sih? Aku tidak mengerti oppa…. Yang jahat Donghae, mengapa kamu menyuruhku memutuskan hubungan dengan Hyukjae? Aku mencintainya oppa” sahut Sarang bingung. “aku mohon kali ini saja Sarang, dengarkan aku, jebal” ucap Junsu memohon. “be…berikan aku waktu” ucap Sarang. Kemudian Sarang menceritakan semua tentang pekerjaan termasuk Hyukjae dan Donghae di museum. “apa aku bilang? Dia saja sudah seperti itu kepadamu, kau harus segera memutuskan Hyukjae dan mengundurkan diri dari museum itu Sarang, oppa memohon padamu, demi keselamatanmu juga” ucap Junsu panjang. “ta..tapi oppa, aku mencintainya, aku sangat mencintainya, alasan apa yang akan ku katakan kepada Hyukjae dengan tiba-tiba aku memutuskannya lalu mengundurkan diri dari museum?” tanya Sarang. “aku bisa bantu itu nanti, yang penting kau memutuskan dia dulu” sahut Junsu. “tapi oppa, aku tidak bisa, aku tidak mungkin meninggalkan museum itu” ucap Sarang. Junsu terus membujuk Sarang dengan berbagai alasan dan cara agar adiknya itu mau mendengarkannya. 2 jam sudah Junsu berbicara kepada Sarang, hasilnya nihil. “oppa, aku tidak bisa. Sungguh” ucap Sarang tegas. “baiklah, akupun sudah lelah, terserah kau. Intinya aku sudah memeringatimu siapa Donghae&Hyukjae” ucap Junsu lesu. Junsu sudah kehabisan ide dan kata-kata. Setidaknya Junsu sudah berusaha sekeras mungkin untuk melindungi adiknya, untuk kedepannya Junsu hanya berserah kepada Tuhan agar adiknya tetap dalam keadaan baik selamanya. Sepulang dari pertemuannya dengan kakak sepupunya, Sarang terus memikirkan percakapan tersebut, sampai dia tidak menyadari ada 50 missed call di ponselnya. Telepon ke 51 akhirnya dia mengangkatnya. “YA CHAGIYA!!! DARI MANA SAJA KAU BARU MENGANGKAT TELEPONKU” teriak Hyukjae dari ujung telepon yang mengharuskan Sarang menjauhkan ponsel dari telinganya. “paboya oppa! Haruskah kau berteriak seperti itu?” tanya Sarang. “mi..mianhae, dari mana saja kau hah? Aku ini mengkhawatirkanmu” ucap Hyukjae cemas, terdengar jelas dari warna suaranya menurut Sarang. “mianhae oppa, a…aku baru saja bertemu dengan sahabat lamaku” ucap Sarang terbata. “mengapa kau gugup? Dari mana kamu? Jangan berbohong, sekarang dimana? Biar aku jemput” ucap Hyukjae curiga. “aku sedang dijalan, tidak usah menjemputku oppa” tangkis Sarang. “tidak, aku ingin bertemu denganmu, sekarang dimana?” Hyukjae ngotot. “baiklah, sekarang aku didepan Kona Beans, aku menunggu didalam ne?” sahut Sarang akhirnya mengalah. “arraseo, aku akan sampai dalam 15menit. Saranghae” ucap Hyukjae. “jangan terburu-buru, nado oppa” ucap Sarang sangat ragu untuk mengucapkan kata ‘Nado’. 20menit kemudian Hyukjae sudah duduk dihadapan kekasihnya itu. Mereka bercengkrama begitu hangatnya, meski Sarang berbohong menyatakan baru saja bertemu sahabat lamanya padahal dia bertemu dengan Junsu dengan obrolan tadi. Seiring berjalannya waktu, Sarang tidak memusingkan percakapannya dengan Junsu beberapa bulan yang lalu, tetapi dia tetap berhati-hati dan berjaga akan Donghae. Hubungan Sarang dan Hyukjae semakin serius, dengan waktu hubungan mereka yang menginjak bulan 10, Hyukjae ingin segera menikahi Sarang.

Author Pov End

Hyukjae Pov

Hari ini hari jadi hubunganku dengan Sarang yang ke 10 bulan. Sungguh tidak terasa, sepanjang 10 bulan terlalu banyak kenangan indah untuk dilupakan, kami hampir tidak pernah bertengkar, Sarang selalu mengertiku, selalu mendengarkanku bahkan aku tidak pernah mendengar dia mengeluh tentang hubungan kami. Hari ini aku berniat merayakan hari jadi kami dan segera melamarnya. Kami sudah membuat janji untuk makan malam bersama di sebuah café. Sekarang aku sedang bersiap-siap untuk segera menjemputnya. “anak eomma sudah tampan, semoga sukses ya” ucap eomma membantuku merapihkan pakaian. Aku sudah merasa mantap, aku kirim pesan kepada Sarang bahwa aku sudah dijalan. 15 menit kemudian aku sudah sampai, aku menekan klakson mobilku, beberapa detiknya Sarang keluar dari rumahnya mengenakan dress berwarna merah marun yang sangat anggun. Cocok sekali ditubuhnya. Kemudian dia pamit pada eommanya lalu sudah duduk dengan anggung disebelahku. Aku melajukan mobilku ke suatu restaurant yang sudah aku pesan sebelumnya. 30menit kemudian kami berdua sampai. Sarang menyelipkan tangannya ditanganku. Seorang pegawai restaurant menuntun kami ketempat yang sudah aku pesan sebelumnya. Aku harap Sarang menyukai candle light dinner kali ini, mengingat Sarang kurang menyukai sesuatu yang berbau romantic. Kami makan malam dengan hangatnya. Lalu kemudian aku mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah yang berisikan cincin didalamnya. “Sarang, mau kah kau menikah denganku?” tanyaku sambil menjulurkan sebuah cincin emas putih. Wajahnya memucat, seterkejut itukah? Tangannya menutupi sebagian dari wajah cantiknya. “mau kah kau?” tanyaku sekali lagi. “i…iya” jawabnya gugup. Aku mendesah lega dalam hati, aku takut dia menolak permintaanku. Makan malam kami terus berlanjut. Sarang terus menatapi cincin pemberianku. Schedule selanjutnya adalah kedatanganku kerumahnya. Kami menikmati sisa malam kami berdua. Raut bahagia memenuhi wajahnya. Semakin cantik saja yeojachingu-ku ini.

Minggu berikutnya… (maaf di cepetin, pusing cuy)

Hari ini hari pertemuan antara keluargaku dan keluarga Sarang. Aku sudah siap. Aku, eomma, appa dan Sora noona akan segera berangkat. Kami sampai dirumah Sarang hanya butuh waktu 15 menit. Sarang membukakan pintu rumahnya. Rumahnya di tata sedemikian rapihnya, karena tidak biasanya rumahnya serapih ini. Di akhir pertemuan keluarga kami sepakat agar pernikahan kami dilaksanakan tanggal 10 April, dekat dengan ulang tahunku, sekitar 5 bulan lagi. Kami tidak akan mengundang terlalu banyak orang, hanya kerabat dekat kami. Aku mencoba menghubungi Junsu, Sarang bilang Junsu sama sekali tidak bisa dikabari. Hasil yang kudapat nol besar. Aku tidak tahu dimana dia berada, apa dia juga menyimpan dendam kepadaku?

Hyukjae Pov End

Sarang Pov

Sebentar lagi aku akan meresmikan hubungan aku dan Hyukjae oppa. Tidak disangka dia seserius ini dalam menjalani hubungan. “Junsu oppa lihat? Dia serius” gumamku dalam hati sambil melihat fotoku dan Junsu oppa dipinggir sungai Han yang indah pada malam hari. Setelah percakapan kami malam itu, aku sulit sekali menghubungi Junsu oppa. Bahkan orang-tuanya pun seperti ikut menghilang, aku hanya dapat meninggalkan pesan bahwa aku akan segera menikah dengan Hyukjae oppa kepada eommanya yang tidak sengaja bertemu di lotte mart. Aku sudah tidak lagi bekerja dimuseum, karena museum tidak mengizinkan adanya suami-istri kerja dalam satu perusahaan, sedangkan aku? Jelas-jelas assisten Hyukjae oppa. Posisiku digantikan dengan pegawai baru yang aku kenal dengan nama Kim Nara. Sekarang aku dan Hyukjae oppa sedang dalam perjalanan kesebuah butik usul dari sahabatku Eungyo yang menikah dengan Siwon beberapa bulan lalu. Aku tertarik dengan gaun yang dia pakai, dia terlihat begitu cantik di hari pernikahannya, maka dari itu aku dan Hyukjae oppa ingin coba melihat-lihat. Sesampainya di butik gaun pengantin ini, betapa terkejutnya aku dengan gaun-gaun yang begitu cantik. Pemiliknya, Hyejin eonnie begitu ramah, dia memberi banyak masukan tentang gaun yang aku inginkan. Aku menginginkan gaun yang simple tetapi tetap terlihat elegant sedangkan Hyukjae oppa sedikit berlebihan dia ingin semua terlihat glamour. Eungyo bilang cekcok pasti akan terjadi ditengah persiapan pernikahan, tapi ini menurutku sudah berlebihan. Mungkin ini pertama kalinya aku dan Hyukjae oppa rebut besar. Aku tidak ingin semua terlalu glamour, aku mau sederhana saja. Tetapi Hyukjae oppa ngotot semua harus terlihat sangat elegant. Pertengkaran kami mungkin dengan dasar sepele, tatapi dia marah begitu besarnya. Sampai dia menampar pipiku. “siapa kau?” tanyaku sambil memegangi pipiku yang membekas telapak tangannya. Aku sungguh tidak menyangka Hyukjae oppa bisa sampai sekasar ini, aku tidak mengenali sosoknya jika sedang marah besar seperti ini. Dia hanya mondar-mandir setelah menamparku. “mi..mianhae” hanya satu kata itu yang terlontar dari bibirnya kemudian dia berusaha menghapus air mataku yang mengalir deras. Aku menangkis tangannya, aku terlalu terkejut dan takut dengan dirinya yang sekarang. Dia bangkit dari aku yang tersungkur dilantai. Dia menggenggam tangannya sendiri kemudian meninju tembok rumahnya. Aku semakin takut, Tuhan, aku tidak mengenali siapa lelaki yang ada dihadapanku ini. Beberapa menit kemudian salah satu pekerja rumah Hyukjae oppa datang menghampiri kami. Dia terkejut melihat keadaan kami. “apa yang terjadi?” tanya Kwon ahjumma. Aku sudah menganggapnya seperti bibiku sendiri. “tinggalkan kami berdua” ucap Hyukjae oppa dingin. “apa kamu gila Hyukjae? Kau menyakiti calon istrimu sendiri? Sarang, lebih baik kamu pulang sekarang, ahjumma akan panggilkan taksi, ayo pergi dari tempat ini” ucap Kwon ahjumma kepada kami. “aku bilang tinggalkan kami berdua ahjumma” geram Hyukjae oppa lalu meraih tanganku dan menjatuhkan aku lagi kelantai. Aku histeris, aku sungguh tidak mengenali siapa dia. Kwon ahjumma bergidik ditempatnya berdiri. Hyukjae oppa berdiri mematung menatapku dengan tatapan paling mengerikan. Dia siapa? Ada apa dengan dirinya? Aku bertanya sendiri kepada diriku. Kwon ahjumma sudah meninggalkan kami. Aku terlalu takut dan terlalu kaku untuk bergerak. Aku hanya diam tersungkur dilantai, terus menolak sentuhan Hyukjae oppa yang terus meminta maaf. Bukannya aku tidak memaafkannya, tetapi aku masih terlalu takut. Aku tidak mengenalinya. “mianhae” hanya kata itu yang terus dia ucapkan. Berkali-kali, mungkin jutaan. “kamu siapa?” aku bertanya lagi kepadanya. “mianhae” itu lagi yang dia katakan. “kamu siapa?” tanyaku lagi. “aku tidak tahu tadi itu siapa” dia menjawab. “mianhae sarang mianhae, aku tidak seharusnya seperti itu kepadamu” sambungnya lagi. Dia meraih wajahku yang banjir airmata dan terjiplak jelas telapak tangannya yang memerah dipipiku. Aku meringis. “aku berjanji tidak akan melakukan itu lagi” dia memohon, dia menyesal, aku melihat dari sorot matanya. Tangannya masih diwajahku, perih. Aku menyambut tangannya. “jangan hanya berjanji, buktikan” sahutku pelan. Beruntung tidak ada orang tua Hyukjae oppa dan Sora eonnie ataupun suaminya. Jika salah satu dari mereka disini, melihat ini, aku yakin Hyukjae oppa akan dihajar habis, atau justru Hyukjae oppa yang akan menghajar siapapun yang mengganggu kami seperti Kwon ahjumma tadi? Kami masih saling menatap. Kening kami bertemu, aku bisa merasakan nafasnya yang memburu, begitu juga nafasku yang sedikit menunjukkan kegugupan. Kemudian Hyukjae oppa mengecup bibirku lembut. Ciuman pertama kami, ciuman pertamaku. Mengapa moment bahagia setiap perempuan harus kurasakan disaat seperti ini? Disaat pertengkaran pertama dan pertengkaran hebat begini? Tuhan? Mengapa aku merasa Kau tidak adil disaat seperti ini. Ciumannya lembut, air mata kami menetes, bercampur diantara ciuman kami. Ciuman kami tidak menggunakan nafsu, aku lebih merasakan kekesalan berkecamuk permintaan maaf. Aku melepasnya. Hyukjae oppa menatapku intens, “mianhae, jeongmal mianhae” ucapnya lagi. “aku memaafkanmu oppa” sahutku berat. Jujur, aku menjadi sangat takut, takut dia akan mengulanginya lagi. Akankah dia menepatinya untuk tidak melakukannya lagi? Hanya dia dan Tuhan yang tahu. Dia bangkit, menjulurkan tangannya kepadaku, aku menyambutnya. Aku berhadapan dengannya. Sedetik kemudian kami sudah berpelukan. Pelukannya begitu erat, aku sempat ragu untuk membalas pelukannya atau tidak. Tetapi aku justru memeluknya begitu erat. “mianhae, saranghae” bisiknya ditelingaku. “nado. Aku mau pulang” ucapku melepas pelukannya. Aku akan merasa aman jika ada didekat eomma saat ini. “kau pulang naik taksi saja, supaya Hyukjae juga merenungi kesalahannya dulu” tiba-tiba Kwon ahjumma sudah didekat kami. “baiklah ahjumma” sahutku. Sejam kemudian aku sudah dirumah. Sesampainya dirumah aku hanya mengucap salam seadanya lalu masuk kedalam kamar dan menguncinya rapat-rapat. Aku belum siap untuk cerita kepada eomma. Aku masih memegangi pipiku, masih terasa panas. Lalu air mataku menetes lagi. “kamu tidak apa-apa?” tanya eomma dibalik pintu. “aku baik-baik saja eomma, aku hanya lelah dan ingin tidur” sahutku. “arraseo, jaljayo” ucap eomma. Hari semakin larut, mataku terasa sangat lelah, kemudian aku tertidur. Keesokan harinya aku menemukan ponselku dengan puluhan panggilan tidak terjawab dan puluhan pesan dari Hyukjae oppa dan Sora eonnie? Mengapa Sora eonnie meninggalkan pesan dan panggilan tidak terjawab sebanyak ini? Aku membaca semua pesan darinya, semua isinya menanyakan keadaanku dan ingin aku mengangkat teleponnya. Sepertinya Kwon ahjumma cerita kepada Sora eonnie. Aku akan merasa tidak enak jika tidak memberinya kabar. “yeoboseo” “yeoboseo, ya Sarang! Mengapa baru mengabariku sekarang?” “aku baru terbangun dari tidur, aku baik-baik saja eonnie” “jinja? Kau yakin? Tidak ingin aku temani ke rumah sakit atau klinik?” “ani, gwaenchana eonnie” “Kwon ahjumma sudah menceritakan semua kepadaku, eomma dan appa tidak mengetahuinya. Kamu yakin baik-baik saja?” “ah sudah kuduga, jangan sampai eomma dan appa mengetahui ini eonnie, ne, aku baik-baik saja” aku berbicara sambil mengarah kemeja riasku, aku terkejut, lebam diwajah dan mataku yang membengkak dan hitam, bagaimana aku keluar kamar jika seperti ini? “Sarang…Sarang, mengapa diam saja?” “ah…mian, aku baik-baik saja eonnie, hanya sedikit terpukul, aku tidak mengenali Hyukjae tadi malam” “atas namanya, aku meminta maaf. Satu kelemahannya yang perlu kau ketahui Sarang, ya itu dia. Dia sulit mengendalikan kemarahannya, yang aku tidak mengerti adalah dasar kalian bertengkar hanya karena tema gaun pernikahan? Sungguh konyol Hyukjae, kekanakan. Aku meminta maaf Sarang” “gwaenchana eonnie, kau tidak perlu meminta maaf, aku sudah memaafkannya sebelum dia meminta maaf. Sejak kapan Hyukjae seperti itu? Mengapa aku baru mengetahuinya?” “entahlah, sejak kecil dia memang emosional, apakah semalam adalah pertengkaran pertama kalian sampai kau baru mengetahuinya?” “ne eonnie, aku sungguh tidak menyangka, tetapi dia sudah berjanji tidak akan mengulanginya lagi” “aku yakin dengan janjinya dia tidak akan mengulanginya lagi” “eonnie, aku ingin menanyakan sesuatu” “silahkan” “ah ani, tidak jadi” “arraseo, aku hanya ingin meyakinkan bahwa kau baik-baik saja” “gamsahabnida eonnie, sampai nanti” “annyeong” setelah percakapan itu aku berpikir bagaimana cara mengembalikan wajahku seperti semula. Aku mencari kain, kemudian aku basahkan dengan air dingin, lalu aku basuh dan aku kompres wajahku, begitu beberapa kali. “Sarang, kau sudah bangun?” tanya eomma “sudah eomma, aku malas untuk melakukan apapun, aku ingin dikamar saja” sahutku dari balik pintu. “kau ingin eomma antarkan sarapan kekamar?” tanya eomma lagi “letakkan saja didepan pintu eomma” sahutku. “mwo? Ah arraseo” ucap eomma kaget, aku yakin dia sekarang sedang berpikir seakan aku tidak ingin bertatap muka dengannya. “mianhae eomma” gumamku dalam hati. Aku bercermin, “setidaknya lebih baik, aku harus terus melakukannya sebelum keluar kamar” ucapku pada pantulanku di cermin. 10 menit kemudian eomma mengetuk menandakan sarapanku sudah didepan pintu. Aku intip dari dalam kamar melalui lubang kunci, takut eomma masih ada didepan kamar, secepat kilat aku mengambil sarapan tanpa seorangpun melihat. Aku kelaparan, sejak semalam aku tidak makan. Aku habiskan semua sarapanku kemudian melanjutkan mengompres wajahku begitu terus sampai 2 jam. Ponselku bordering “aku sudah didepan rumah, ayo kita pergi” pesan singkat dari Hyukjae oppa? Apa? Dia didepan rumah, aku intip dari jendela kamarku yang memang menghadap keluar, benar saja. Aduh bagaimana ini aku belum mandi? Aku membalas pesannya “15menit lagi oppa” kemudian aku melesat kekamar mandi hanya dalam hitungan detik mungkin. Mataku belum kembali 100% seperti semula, aku mengakalinya dengan eyeliner dan segala tetek bengek untuk menutupi lingkar hitamnya. 12 menit aku sudah rapih, aku mencari dimana eomma dan mendapatinya dimeja makan sedang memilih kartu undangan untuk pernikahanku. Lalu aku pamit aku katakan akan pergi dengan Hyukjae oppa, satu menit kemudian aku sudah duduk disebelahnya. “tepat 15 menit, chagi aku mau minta maaf atas kejadian kemarin” sapanya begitu aku masuk. “sstt jangan pernah bahas itu lagi, anggap tidak pernah terjadi, mau pergi kemana kita hari ini?” tanyaku yang tidak ingin membahas masalah kemarin. “kita ke butik gaun kemarin, kau pilih mana saja yang kau mau untuk menebus kesalahanku” ucapnya panjang. Aku mengiyakannya, sesampainya dibutik aku bertemu dengan Hyejin eonnie lagi, dia mengerti mauku. Dia tahu aku akan memilih gaun pilihannya. Gaun sederhana yang cantik dan sungguh sulit untuk aku jelaskan dengan kata-kata. Aku sumringan dengan gaun ini kemudian aku memandang kearah Hyukjae oppa. Dia tersenyum manis, senyumnya yang dulu, senyum yang aku kenal. “terima kasih Tuhan sudah mengembalikan dia yang dulu” gumamku dalam hati. Aku mencoba gaunnya,lalu aku keluar dari kamar pas, Hyukjae oppa sudah menunggu juga dengan setelan jasnya yang sangat mengagumkan, dia terlihat begitu tampan dan gagah bak pangeran dikayangan. Kami bercermin, apakah ini benar-benar kami? “ah jinjja, kalian begitu sangat serasi, aku iri sekali” ucap Hyejin eonnie kepada kami. Aku dan Hyukjae oppa bertukar pandangan lalu tersenyum, senyumnya yang dulu yang memabukkan.

Beberapa minggu kemudian

Semua berjalan baik, lancar, aku sangat berterima kasih kepada Tuhan berkat campur tanganNya semua berjalan dengan lancar. Pernikahanku hari ini berjalan dengan mulus, tamu undanganpun menyampaikan mereka puas. Semuanya sempurna sekarang. Aku sedang sibuk melepaskan gaun pengantin yang cukup rumit ini dibantu oleh Sora eonnie. “kau sudah siap melakukan tugas barumu?” tanyanya “siap tidak siap aku harus siap eonnie” sahutku “aku mendoakan kalian yang terbaik” sambungnya lagi dan aku balas dengan senyum. Kemudian Hyukjae oppa sudah dengan santainya dengan kaus dan celana pendeknya. Make-up tipis masih melekat diwajahnya menutupi sedikit ketampanan aslinya. “butuh bantuan?” tanyanya “ani, aniya” jawab Sora eonnie “ah arra aku tunggu dilobby” ucapnya keluar dari kamar hotelku. Orangtua kami sudah pulang terlebih dahulu. Malam ini aku sudah resmi menjadi istrinya, aku harap ini pernikahanku yang pertama dan terakhir. Sora eonnie terlalu sibuk merapihkan segalanya, sedangkan aku terlalu canggung untuk menyadari ini semua. Mulai malam ini juga aku akan tinggal bersama Hyukjae oppa. Eomma berlinang airmata untuk ‘melepasku’, padahal aku bisa saja mengatakan untuk tinggal dirumah eomma ketimbang dirumah Hyukjae oppa karena aku anak satu-satunya. Tapi justru eomma menawarkan untuk menghadiahiku rumah baru, begitu juga eommanya Hyukjae oppa menawarkan hal yang sama. Tapi karena semua pernikahan ini ditanggung keluarga Hyukjae oppa, jadi aku memilih untuk menerima pemberian eommaku, biar adil hahaha. Sesampainya dirumah Hyukjae oppa aku langsung masuk kekamar kami, “mengapa aku tegang sekali?” gumamku dalam hati. Aku masuk kekamar mandi dan membasuh wajahku, lebih tepatnya menghapus make-up ku yang cukup tebal ini. Aku mencari dimana tas jinjingku, kemudian aku mengganti pakaianku dengan pakaian tidur. Ketika aku hendak memakai pakaian tidurku, tiba-tiba Hyukjae oppa masuk kedalam kamar mandi. “KYAAAAAAAA OPPA PABO” jeritku histeris langsung menutup tubuhku dengan pakaian tidurku, aku belum sempat memakainya. “ya! Sarang-ah, mengapa harus teriak?” tanya Hyukjae oppa kaget. “aku malu, cepat keluar!!!!” ujarku tegas. “cih, kita ini suami istri, kau lupa?” sahutnya dengan seringaian nakalnya. Mengapa aku gugup? Aish jinjja. “yak! Mundur, oppa, aku mohon, mundur atau aku…” aku menengok kekanan-kiri. “aku lempar kau dengan pasta gigi ini” ucapku meraih pasta gigiku. “hahahah, jinjja? Aku tidak takut” ucapnya semakin mendekat. “kyaaaaaaaaaaa” aku teriak, segesit mungkin aku justru keluar dari kamar mandi masih berusaha menutupi tubuhku yang hanya menggunakan pakaian dalam dengan pakaian tidurku dan menutup pintu kamar mandi. Secepat kilat juga aku memakai pakaian tidurku. Sekeluarnya Hyukjae oppa dari kamar mandi, dia melihatku sudah berpakaian rapih. “yak! Kau kalah! Hahaha” ucapku bahagia. “lihat saja nanti” sahutnya masih dengan seringaian nakalnya. Sedetik kemudian dia memelukku dari belakang dan membawaku ketempat tidur. “YAK OPPA! PABO! ISH” jeritku memukul-mukul dia sebisa diriku. “YAK!!!!!!! APA YANG KALIAN LAKUKAN, BERISIK SEKALI!” ucap Sora eonni tiba-tiba sudah didepan pintu kamar kami. Dekapan Hyukjae oppa melonggar, aku melesat lari kearah Sora eonni. “noona-ya……….” Ucapnya lesu. “kau kalah lagi hahaha” ejekku pada hyukjae oppa. “mwo? Kalian sedang apa sih?” tanya Sora eonni. Kemudian Hyukjae oppa memberikan kode-kode kepada kakak perempuannya ini dan diakhiri dengan seringaian nakalnya. “m..mwo? apa yang kalian bicarakan?” tanyaku bingung. “eo…eonni-ya… jebal…” aku sedikit panic. “kau harus melayaninya, ini tugasmu” ucapnya lalu meninggalkan kami berdua. Aku masih di pintu kamar yang sudah ditutup Sora eonni, aku tidak berani menatap Hyukjae oppa. “mengapa harus seperti ini? Mengapa aku sangat gugup? Aish” gumamku dalam hati. “chagiya….” Ucap Hyukjae oppa, aku dengar suara tapak kaki mendekat, bulu kudukku berdiri. “mengapa sangat menyeramkan sih?” lagi-lagi aku bergumam. “n..ne?” sahutku. “aku tidak akan memaksamu untuk melakukannya malam ini kok chagi” ucapnya semakin mendekat. Sedetik kemudian dia sudah memelukku dari belakang. “kau tidak perlu takut, aku tidak akan memaksamu” ucapnya meletakkan dagunya dibahuku. “mi..mianhae oppa, aku lelah, aku tidak bisa melakukannya malam ini, mianhae” sahutku. “arraseo, jja tidur, kau terlihat sangat lelah” ajak hyukjae oppa menarikku ke tempat tidur. Lalu…………………..

Sarang pov end

Mereka melakukannya akhirnya…. I wont share this moment, just go to my other blog HAHAHA SO SORRY


Author pov

Sinar matahari menyeruak memasuki celah-celah jendela persis mengenai Sarang yang sedang tertidur pulas dalam dekapan suaminya. “eemmhh” desah Sarang yang sadar bahwa tangan sang suami melingkar diperutnya. “argh.. tubuhku mengapa rasanya ngilu semua?” gumam Sarang dalam hati. Sarang merasa sakit disekujur tubuhnya. Dia baru saja menjalani salah satu ‘tugas penting sebagai istri’ tadi malam. “aish jam berapa ini?” ucapnya kaget dan melihat kearah jam di meja sebelah ranjangnya. “mwo? Jam 9?” ucapnya kaget. “op..oppa…ireona! kau kesiangan, kau harus bekerja!” ucap Sarang sambil menggoyangkan badan suaminya yang tidak bergemin dari memeluknya. “aish jinjja, aku kan cuti 1 minggu” ucapnya semakin menenggelamkan wajahnya. “jinjja? Arra arra, lepaskan dekapanmu, aku ingin mandi” ucap Sarang sambil berusaha melepaskan dekapan suaminya yang semakin mengerat. “ish, paboya!!! Badanku lengket oppa! Jebal!” ucap Sarang setengah memohon. Dengan sekuat tenaga Sarang berhasil melepaskan pelukannya dan berjalan menuju kamar mandi dan menggunakan baju handuk. Sarang menatap dirinya dicermin. “setidaknya aku sudah melakukannya dengan baik” ucapnya pada pantulan dirinya di cermin. Sarang masih merasakan sakit disekujur tubuhnya yang sangat terasa. Kemudian Sarang mandi dengan kucuran air hangat agar tubuhnya terasa lebih relax, dia tidak lupa mengunci pintu kamar mandinya mengingat kejadian tadi malam. Selesai mandi, Sarang langsung berpakaian rapih dan keluar dari kamar mandi. Dia menemukan suaminya masih dengan wajahnya yang menawan ditempat tidur. “dasar monyet mesum” gumam Sarang dalam hati. Sarang berjalan keluar kamar dan tidak menemukan dimana anggota keluarganya. “dimana orang-orang ahjumma?” tanya Sarang kepada Kwon ahjumma. “Sora-ssi sudah meninggalkan Korea pagi-pagi sekali, tuan dan nyonya Lee bertolak ke Busan untuk urusan bisnis” ucap Kwon ahjumma kepada Sarang. “mau kumasakan sesuatu nona?” tanya Kwon ahjumma. “ah ani, biar aku memasak sendiri” ucap Sarang. Lalu Sarang menyiapkan sarapan untuk dia dan Hyukjae. Selesai dengan memasaknya, Sarang membangunkan suaminya. Sungguh sulit membangunkan Hyukjae bagi Sarang. Mereka sarapan berdua dengan mesranya. Kemudian menghabiskan hari-hari berdua dengan indahnya, serasa dunia milik mereka berdua. Hyukjae selalu bisa ‘merayu’ Sarang untuk ‘melakukan itu’ walau Sarang juga pasti menolak melakukannya disaat dia tidak ingin. Sebulan tinggal bersama orang tua Hyukjae, bulan berikutnya Hyukjae dan Sarang memutuskan untuk pindah kerumah mereka sendiri, pemberian orang tua Sarang. Setelah seminggu dibenahi, rumah itu sudah siap dihuni. Rumahnya tidak cukup besar, tetapi cukup nyaman bagi keduanya. Terdiri 3 kamar tidur, 5 kamar mandi, ruang tamu, ruang keluarga dan dapur. Garasi yang menampung 2 mobil dan taman kecil. “aku rasa rumahnya terlalu besar” ucap Sarang. “ani, nantinya akan ramai oleh suara anak-anak kita” ucap Hyukjae merangkul sang istri. “ish, monyet mesum” ucap Sarang pelan. Hari demi hari dilalui dua sejoli ini dengan perasaan cinta, mereka mulai kesepian karena sudah usia perkawinan mendekati bulan ke 5 Sarang tidak juga mengandung sedangkan Hyukjae ingin sekali memiliki anak lelaki. “kita kedokter saja ne?” ajak Hyukjae kepada Sarang. “kapan?” tanyanya. “besok, arra?” sahutnya “arraseo” ucap Sarang.

Keesokan harinya

Sarang dan Hyukjae sedang duduk diruang tunggu untuk segera konsultasi kepada dokter kandungan. Menurut nomor antrian, setelah pasien yang sedang didalam keluar nama merekalah yang akan dipanggil. “Tuan dan Nyonya Lee” ucap seorang suster. Lalu dua pasangan suami istri itu masuk keruang konsultasi. Mereka menjelaskan keinginan mereka kepada Dokter Choi. Kemudian sang dokter mengambil sample sel telur dan sperma Sarang dan Hyukjae untuk di cek di laboratorium dan mereka harus menunggu sekitar satu jam untuk masuk lagi kedalam ruangan tersebut. Selagi menunggu hasil test, Hyukjae dan Sarang makan siang bersama di kantin Rumah Sakit lalu kembali ketempat antrian dimana nama mereka akan dipanggil lagi. 15 menit menunnggu, akhirnya nama mereka dipanggil. Wajah Dokter Choi sedikit berbeda dari pertemuan sebelumnya beberapa jam yang lalu. “dok, bagaimana hasilnya?” tanya Hyukjae antusias. “dengan sangat menyesal saya mengatakan, Tuan dan Nyonya mengidap Infertilitas” ucap dokter Choi. “m..mwo? maksud dokter?” tanya Sarang bingung. “infertilitas adalah bahasa medis dari mandul” ucap dokter Choi dalam satu hembusan nafas. Expresi wajah pasangan suami istri ini berubah 180 derajat. “saya sangat menyesal mengatakan hal ini kepada anda, tapi itu memang adanya. Kemungkinan Nyonya Lee dapat mengandung hanya sekitar 20% begitu juga kualitas sperma Tuan Lee untuk membuahi sekitar 23% saja” lanjut dokter Choi. “anda tidak salah prediksi kan dokter?” tanya Hyukjae tidak percaya. “hasil laboratorium menunjukan keakuratan 99% Tuan” jawab dokter Choi sambil memberikan lembaran hasil test laboratorium. Sarang mengambilnya dengan tangan gemetar dan menahan air mata dipelupuk matanya. Kemudian Hyukjae menggandeng sang istri meninggalkan ruangan dokter Choi. Genggaman tangan Hyukjae begitu erat bahkan terkesan sakit bagi Sarang. Sarang menahannya, dia tahu sang suami sedang terpukul begitu juga dirinya. Didalam mobil, tidak ada percakapan berarti, Hyukjae menyetir dengan brutalnya, bahkan nyaris menabrak truk. Sarang berpegang kencang dengan sabuk pengamannya. Sesampainya dirumah, tidak ada Hyukjae yang manis seperti dulu, membukakan pintu mobil saja tidak. Diam. Hanya itu yang banyak terjadi dirumah mereka. Tidak ada lagi kemesraan mereka seperti dulu. Mereka masih terlampau shock dengan vonis dokter Choi. Tidak ada lagi pertengkaran-pertengkaran konyol diantara mereka, tidak ada jeritan-jeritan manja Sarang, tidak ada lagi seringaian nakal Hyukjae, untuk sekedar makan bersama saja jarang sekali. Hyukjae pun sering sekali pulang malam dalam keadaan mabuk, itu membuat hati Sarang semakin tersayat. Wangi parfum wanita lain melekat ditubuh suaminya. Tidak jarang bekas lipstick menempel dianggota badan suaminya. Dilihatnya jam menunjukan pukul 2 dini hari, dia menunggu suaminya pulang. Tin tin tiiin!!!!! Suara klakson mobil suaminya terdengar keras, tidak lama bunyi bel rumah itu berdenting. Dibukanya pintu rumah dan mendapati Hyukjae dibopong Donghae, sahabat karibnya. “dimana kamar kalian?” tanya Donghae. Sarang tidak mampu berbicara sepatah katapun, hanya menunjukan pintu kamar mereka. Kemudian Donghae berpamitan setelah menaruh Hyukjae diranjang mereka berdua. Dengan cekatan Sarang melepas atribut yang melekat dibadan Hyukjae. “aish, apa yang kau lakukan hah?!?!?!?” tanya Hyukjae kasar. “kau mabuk, tidurlah oppa” ucap Sarang. “oppa? Siapa kamu memanggilku oppa hah?” tanya hyukjae yang bangkit dari tempat tidur sempoyongan. “aku ini istrimu!!! Kau mabuk berat oppa, sebaiknya kau istirahat!!!” ucap Sarang menahan air matanya. “istri kau bilang? Hahaha.. aku tidak punya istri mandul sepertimu hei wanita….” Ucap Hyukjae mabuk sambil membelai wajah Sarang. “k….kau…. kau pun sama!!!!!!!” sahut Sarang, tumpah juga air matanya. PLAK! Ditamparnya dengan keras pipi Hyukjae oleh Sarang. “berani-beraninya kau menamparku, kau bilang kau istriku hah!!!!!!” ucap Hyukjae marah dan memegangi pipinya yang memerah walau wajahnya memang sudah merah karena pengaruh alcohol. PLAK! PLAK! PLAK! Tiga tamparan mendarat di pipi Sarang ‘hadiah’ dari Hyukjae dengan apa yang dilakukan Sarang sebelumnya. “KAU TAHU? ISTRIKU MANDUL! AKUPUN MANDUL! AKU KAU TIDAK BERPIKIR BETAPA TIDAK BERGUNANYA AKU DAN ISTRIKU HAH?” bentak Hyukjae dan mendaratkan tamparan lagi dipipi Sarang. Tumpahlah air mata dua manusia itu. Keduanya masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa keduanya divonis mandul oleh dokter. “KAU PIKIR AKU TIDAK SEDIH DENGAN SEMUA YANG DOKTER KATAKAN OPPA? DIMANA OTAKMU ITU YANG DULU AKU PUJI HAH?” bentak Sarang. PLAK! Tamparan terus dirasakan Sarang, entah sudah berapa kali Hyukjae menghujamkan tamparan dipipi Sarang. “MANA JANJIMU DULU YANG TIDAK AKAN MELAKUKAN HAL INI KEPADAKU MANA?” bentak Sarang lagi dan tamparan lagi juga yang dia dapatkan. Hyukjae benar-benar dibawah pengaruh alcohol dan berada di titik stress dalam hidupnya, begitu juga Sarang yang masih belum bisa menerima keadaan suaminya saat ini. “KAU SEDIH? MANA WAJAH SEDIHMU KEMARIN-KEMARIN SARANG? MANAAAA? KAU TERLALU TIDAK PERDULI DENGAN AKU! KITA INI GAGAL SARANG, GAGAL!” bentak Hyukjae dan menghardik istrinya dengan kekuatan penuh. Setelah menghardik istrinya dia membalikkan diri dan tidak menyadari istrinya yang jatuh tersungkur dengan keadaan kepala terhantam dan tertancap beling bingkai foto pernikahan mereka. Lantai mulai bersimbah darah, Hyukjae masih belum menyadarinya. “sekarang kau diam kan? Hanya bisa diam saja hah?” ucap Hyukjae mengharap ada suara atau bentakan lagi dari sang istri. “cih, hanya diam seperti itu hah? Hanya diam yang kau bisa? Istri bodoh!” ucap Hyukjae terus memaki istrinya dan dia masih belum menyadarinya. Hyukjae bangkit dan menoleh. “SARANG!!!!!!” jerit Hyukjae ketika menyadari keadaan istrinya sekarang. Dia melesat meraih istrinya yang bersimbah darah itu. Seakan lenyap kemana pengaruh alcohol itu hilang. Dia sadar betul apa yang sudah dibicarakan dengan istrinya. Tidak ada lagi denyut nadi ditubuh istrinya. Dia pikir istrinya sudah tiada. “AAAARRRRRGGGGGGHHHHHHH!!!!!!!!! SARANG!!!!!!!! KAU TIDAK BOLEH MENINGGALKANKU” teriak Hyukjae menggerakkan badan istrinya berharap istrinya kembali. Dia memeriksa lagi denyut nadi istrinya.  Ada harapan. “Sarang, aku mohon, jangan tinggalkan aku, aku mohon Sarang” ucap Hyukjae masih menggerakan badan istrinya. “uhuk uhuk” Sarang membuka matanya dan batuk mengeluarkan darah. “mi…mianhae op..oppa..” ucap Sarang terbata “untuk apa bodoh, kau tidak salah, aku yang salah. Aku mohon bertahanlah” ucap Hyukjae menggenggam erat tangan istrinya. “aku tidak bisa menjadi istri…uhuk..yang baik bagimu……..” ucapan terakhir Sarang. Kali ini denyut nadi Sarang benar benar berhenti. Dunia seakan berhenti berputar. Hyukjae hilang kendali. Dia panic, dia tidak tahu harus berbuat apa. Dilihatnya beling yang tertancap dipergelangan tangan istrinya, dicabut olehnya. Dia berpikir dia sudah membunuh istrinya, tidak ada lagi yang bisa dilakukan Hyukjae, dipikirannya. Dia mengarahkan bagian tajam beling itu ke pergelangan tangannya. Ditancap dan digoresnya ditangannya. Darah mengucur dengan derasnya dari pergelangan tangan Hyukjae. Dia melakukan hal yang sama dipergelangan tangan satunya. Kepalanya berdenyut keras seakan ingin meledak. Didekapnya jasad istrinya itu. Tidak cukup melukai dua tangannya, Hyukjae terus menyayat-nyayat bagian tubuhnya yang lain. Keadaan kamar itu seperti banjir darah. Ada darah dimana-mana. Gelap, itu yang Hyukjae rasakan terakhir kalinya. Nyawanya pun melayang. Keadaan terakhirnya adalah mendekap sang istri.

Keesokan harinya.

“HYUKJAE!!!!!!!! SARANG!!!!!!! AKU DATANG MAMPIR!!!” suara Sora. “kalian dimana sih?” Sora terus berucap karena tidak mendapat tanggapan dari adik dan istri adiknya itu. Kemudian Sora bertolak kearah kamar adiknya itu. Dia kaget karena terdapat darah mengalir didepan pintu kamar adiknya. Dibuka perlahan pintu itu. “MWO?” ucap Sora kaget melihat keadaan mengenaskan itu. Sora bergidik melihat banjir darah dikamar itu. Air matanya tumpah begitu melihat posisi kedua adiknya itu. Secepat mungkin Sora menghubungi orang tuanya dan orang tua Sarang. 10 menit kemudian mereka berkumpul bersamaan dengan datangnya ambulans. Sesampainya dirumah sakit, nyawa Hyukjae dan Sarang sudah tidak dapat tertolong. Bagai tertimpa batu beton perasaan anggota keluarga Hyukjae dan Sarang. Mereka kehilangan dua orang sekaligus dengan keadaan yang sangat mengenaskan. Sora masih tidak percaya akan kematian adik yang sangat dia sayangi itu. Dia kembali ke rumah adiknya itu untuk mencari tahu. Dia mencari apa yang bisa dia temukan, apa saja. Lalu setelah beberapa jam mencari apa yang tidak tahu apa yang sedang dia cari, dia menemukan lembaran vonis dokter yang menyatakan bahwa Hyukjae dan Sarang tidak bisa mempunyai anak. Lagi-lagi air mata tumpah dan mengalir dipipi Sora. Jadi ini penyebab kematian kedua adiknya. Sora bergegas kepemakaman menyusul kedua orang tuanya. Dipeluknya sang ibu yang sedang menatap kedua makam anak dan menantunya itu. Tak lama kemudian, ada orang yang ingin bertemu dengannya. “saya hanya kurir rumah sakit, ingin mengantarkan ini. Saya turut berduka cita nona, permisi” ucap sang kurir meninggalkannya. Dibuka surat itu, betapa kagetnya surat tersebut adalah pernyataan bahwa hasil laboratorium sebelumnya tertukar dengan pasien lain, bahwa intinya Hyukjae dan Sarang tidak mengidap Infertilitas. Semuanya sudah terlambat, adiknya sudah tiada. “BRENGSEK!” geram Sora.


END! 

No comments:

Post a Comment