Raekha Pov
Hai, perkenalkan,
namaku Kim Raekha panggil saja aku Raekha. Usiaku baru mau menginjak 20.
Sekarang aku bekerja di salah satu travel agent ternama di Korea. Mengapa aku
bekerja dan tidak melanjutkan kuliah saja? Aku masih belum ada hasrat untuk
melakukan itu. “raekha-ya! Mengapa kau melamun? Wae?” tanya Sarang, sahabatku.
“ani, aku hanya mengantuk” jawabku seadanya. “jinjja? Apa kau kurang tidur?”
tanyanya lagi sambil menyantap makan siangnya “ya, aku rasa dia kurang tidur,
lihat lingkar hitam matanya yang mengerikan” sahut Habyung yang juga sahabatku.
“haish, ne, aku kurang tidur” jawabku lesu, aku malas sekali hari ini rasanya. Pekerjaanku
cukup mudah, ya sebagaimana bekerja di travel agent lainnya saja. Aku anak
terakhir dari 3 bersaudara. Semua kakakku sudah menikah, jadi aku hanya bersama
appa dan eommaku saja dirumah. Sekarang aku sedang makan siang bersama dua
sahabatku dan satu seniorku, Hyejin eonni. “raekha-ya, sebaiknya kamu
menambahkan lagi jam tidurmu, tidak baik untuk kesehatanmu jika kamu
terus-terusan kurang tidur seperti itu” ucap Hyejin eonni menasihatiku. “haish,
arra arra aku mengerti. Ah aku duluan ne?” ucapku meninggalkan mereka.
Raekha Pov End
Author Pov
“sarang ya… minggu
depan bukan ulang tahun Raekha bukan?” tanya Habyung pada Sarang. “ne, waeyo
Byung?” tanya Sarang. “ani, bagaimana kita adakan kejutan untuk Raekha?” usul
Habyung. “ah, ide bagus, aku mau ikut berpartisipasi” sambung Hyejin.
“eonni-ya, adakah ide?” tanya Sarang kepada Hyejin. “bagaimana kalau………..” usul
Hyejin. “ah arra! Ide bagus, aku akan hubungi Eungyo, siapa tahu dia juga mau
ikut” ucap Sarang. “jangan lupa Nara, dan juga Hyunjae” sambung Habyung.
“arraseo” sahut Sarang. Sarang, Habyung dan Hyejin melanjutkan makan siang
mereka dan segera kembali kekantor untuk melanjutkan kerja mereka. Sekembalinya
ke meja kerja masing-masing, Sarang segera menghubungi Eungyo, Nara dan Hyunjae
untuk memberitahu mereka akan membuat pesta kejutan ulang tahun untuk Raekha. Sedangkan
Habyung dan Hyejin sudah mulai melaksanakan rencana tersebut. Sampai saat ini
Raekha sendiri belum ingat bahwa sebentar lagi usianya bertambah semakin tua.
Dia terlalu sibuk untuk menggapai target pada pekerjaannya. Dia tidak ingin
mengecewakan kedua orangtuanya yang sangat membanggakan dirinya. Setelah
menghubungi teman-temannya, dan semua setuju dengan rencana, mulailah
sahabat-sahabat tercinta Raekha ‘bekerja’ untuk pesta kejutan tersebut. Tidak
lupa, Sarang menghubungi kedua orang tua Raekha agar ikut membantu pesta
kejutan tersebut. “yeoboseo” “ne, yeoboseo. Waeyo Sarang?” “Donghae-ya, bisa
bantu aku memesan barang-barang ini untuk pesta kejutan untuk Raekha?” “mwo?
Raekha? Jinjja? Apa saja untuk dia” “hahaha arraseo, bisa kita ketemu malam
ini, jemput aku dikantor ne?” “mengapa dikantor? Bagaimana jika Raekha tau?”
“jemput aku tepat waktu, karena sepertinya Raekha akan lembur malam ini”
“arraseo, jam 5 sore tepat didepan kantormu, semoga kau masih ingat mobilku
ne?” “arraseo, annyeong”. Percakapan singkat Sarang dan Donghae. Donghae sudah
lama menyukai Raekha, hanya saja Raekha sepertinya hanya menganggap Donghae
sebagai teman baiknya. Itu membuat Donghae merasa sedih, tetapi Donghae merasa
yakin akan cintanya suatu saat nanti akan terbalaskan oleh Raekha. 15 menit
sebelum jam kerja Sarang berakhir, Donghae sudah sampai untuk menjemput
temannya itu. Kemudian mereka pergi ke suatu tempat untuk membeli perlengkapan
pesta kejutan untuk Raekha. Ulang tahun Raekha tahun ini jatuh di hari sabtu,
maka pestanya akan dilakukan malam hari sekitar pukul 9 KST. Sarang dan
teman-temannya berbagi tugas, dari rancangan pesta sampai tempat diadakannya.
Mereka kerja keras mengingat waktu mereka sangat sempit. Hampir setiap hari
mereka sampai rumah masing-masing lewat tengah malam karena waktu yang mereka
punya ya setelah pulang kerja. Raekha membatin mengapa sulit sekali mengajak
sahabat-sahabtnya pulang bersama atau sekedar makan malam sepulang kerja, dan
Raekha pun masih belum menyadari bahwa ulang tahunnya tidak kurang dari 2 hari
lagi. Donghae semakin gugup, padahal ini bukan ulang tahunnya. Dia berencana
menyatakan cinta kepada Raekha tetapi masih sangat ragu untuk itu. “aku tidak
melarangmu untuk tidak menyatakan cinta pada saat pesta, ada baiknya kau
melakukan pendekatan dulu Hae” ucap Hyukjae sahabat Donghae sekaligus kekasih
Sarang. “aku setuju dengan pendapat Hyukjae hyung” sambung Ryeowook, yang juga
sahabat Donghae dan juga kekasih Habyung. “bagaimana caranya, kalian tahu
betapa sulitnya mencairkan hati Raekha” ucap Donghae frustasi terhadap makan
malam didepannya. “kau merasa sendiri betapa sulitnya untuk mendekatinya, lalu
kau mau langsung menyatakan cinta? Apa kau gila Hae?” sahut Siwon sahabat
Donghae juga dan kekasih Eungyo. “haish, beri aku usul jangan justru menekan
aku” ucap Donghae geram. “Habyung bilang Raekha suka berbau romantic, coba
berikan dia kado atau bunga mawar atau apa saja yang berbau romantic” usul
Ryeowook kepada Donghae. “hhmm….romantis… apa ya?” gumam Donghae. “ya! Babo!
Makan saja dulu makananmu, lalu kau bisa berpikir nanti” ucap Hyukjae. Hari
demi hari berlalu, ini sudah hari ulang tahun Raekha
Author Pov End
Raekha Pov
“hoaahhmm.. haish
sudah jam segini? Mengapa dihari sabtu aku masih harus bekerja? Ya walau
setengah hari” gumamku yang masih menggeliat diranjang. “raekha-ya! Irona
palli! Jam berapa ini! Kau harus kerja” teriak eomma dari luar kamar. “ne
eomma! Aku sudah bangun” sahutku juga teriak. Lalu aku lekas mandi dan
bersiapsiap berangkat kekantorku. Aku sarapan kilat karena memang aku tidak
terlalu lapar. Setelah sarapan aku mengambil kunci mobilku dan melajukannya
kekantor. Jalanan Seoul dihari sabtu pagi tidak terlalu ramai maka dari itu aku
sengaja bangun siang, sekalinya kesiangan dikantorpun bos tidak ada hahaha.
Sesampainya dikantor karyawan-karyawan lainnya menatapku penuh senyum. “waeyo?”
tanyaku sendiri dalam hati. Pekerjaan dihari sabtu tidak begitu banyak.
“raekha-ya, ikut aku ne pulang kerja nanti, jebal” ucap Hyejin eonni yang duduk
disebelahku persis. (author: rika a.ka raekha, you should know who is Hyejin
that I made here okay? Kkk) “eodi eonni?” tanyaku. “um kesalah satu tempat
untuk bertemu temanku dan mengambil pesananku” sahut Hyejin eonni. “ah,
arraseo, kebetulan hari ini aku tidak ada rencana kemana-mana” sahutku
mengiyakan permintaan Hyejin eonni. Setelah jam kerja berakhir aku dan Hyejin
eonni pergi kesalah satu mall ternama di Korea “yadong mall”, ya namanya memang
terbilang aneh, tapi mall ini sangat bagus dan indah. Aku dan Hyejin eonni
bertemu dengan temannya untuk mengambil pesanan dan menghabiskan sore di mall
tersebut bersama. “eonni, sudah jam 8, aku ingin pulang” ucapku karena sudah
cukup lama dan lelah. “ani, aku masih menunggu satu teman lagi, gidalyeo jebal”
ucap Hyejin eonni. “arra arra, aku lapar, sambil di restaurant saja ne
menunggunya?” ajak aku disambung anggukan kepala Hyejin eonni. Kami makan malam
disalah satu restaurant sushi yang cukup terkenal kelezatannya disini. “haish,
siapa ini? Apa mau kau! Aku sedang makan!” ucapku memegangi tangan yang sedang
menutupi mataku ini. “hyejin eonni! Siapa yang sedang menutup mataku ini
hishhh” seruku pada perempuan yang seharusnya duduk dihadapanku. “um aku tidak
akan memberi tahu siapa dia, sudah, kau ikuti saja Raekha” ucap Hyejin eonni.
“mwo? Haish! Tunggu, aku mau minum dulu” ucapku meraba meja dimana gelas
minumanku tadi. Sekarang mataku sudah tertutup kain berwarna hitam, dan tangan
kanan kiriku dipegangi oleh dua orang. Sebelah kananku aku tahu ini Hyejin
eonni, karena tangannya begitu lembut, sedangkan sebelah kiriku aku tidak tau
siapa. Kami terus berjalan kirakira um mungkin sudah 10 menit. “kita sudah
sampai, akan kubuka kain penutup matamu” “hem, palli” terdengar suara bising
ada suara orang berbisik, entah siapa. “hana…dul….set” “SAENGIL CHUKHAE!!!!!!”
tiba-tiba semua orang sudah berkumpul dan aku sedang berdiri didepan kue ulang
tahun dengan lilin angka 21. “raekha-ya! Babo! Kau ulang tahun!” ucap Sarang.
“jinjja? Sekarang tanggal berapa?” aku masih tidak menyadari bahwa ternyata
hari ini aku berulang tahun. Dan ternyata yang berdiri disebelahku itu Donghae
oppa… Jadi dia yang menutup mataku tadi. “babo-ya! Apa yang sedang kau
pikirkan? Cepat tiup lilinnya” ucah Hyejin eonni disebelahku. Semua bernyanyi
dan bertepuk tangan aku membaca doa dalam hati. Lalu aku tiup lilinnya, tepuk
tangan semakin meriah. Semua mengucapkan selamat kepadaku, tidak terkecuali
Donghae oppa. “um.. Raekha-ya, saengil chukae” ucapnya lembut. “ne, gamsha”
sahutku sambil tersenyum. “eomma! Siapa semua dibalik ini?” tanyaku datang
memeluk eomma yang juga hadir. “semua sahabatmu” ucap eomma singkat. Tidak lama
kemudian eomma dan appa berpamitan terlebih dulu. “kalian menghabiskan uang
berapa?” aku bertanya pada Sarang. “jika kami menjawab, akankah kau
menggantinya? Hahaha” jawab Sarang meledekku. “kami bahkan baru membayar down
payment tempat ini, kau harus melunasinya ya” sambung Eungyo. “haish, arraseo.
Jeongmal jeongmal jeongmal gomawo” ucapku sumringah. Waktu cepat berlalu, jam
sudah menunjukan tepat tengah malam. Tinggal aku dan Sarang. Aku sedang
melunasi tagihan yang harganya sepertinya tidak perlu aku beri tahu. “Sarangie,
menginap dirumahku jebal” “jeongmal? Arraseo”. Selama diperjalanan, aku
menyetel CD koleksiku agar kami tidak mengantuk. Sesampai dirumah aku lekas
berganti pakaian, begitu juga Sarang.
Raekha Pov End
Author Pov
Raekha masih
terngiang pesta kejutan ulang tahunnya semalam suntuk selagi Sarang terlelap
dalam mimpi disebelahnya. Secara diam,
dia mengucapkan banyak syukur dengan semua yang sudah dia peroleh kepada Tuhan.
Beberapa detik kemudian telepon genggamnya berbunyi. “yeoboseo” “yeoboseo,
saengil chukhae Raekha-ya” “ne, gomawoyo oppa, aku fikir oppa lupa dengan ulang
tahunku. Bagaimana Jepang?” “bagaimana bisa aku lupa dengan ulang tahun
kekasihku? Mian, jika aku terlambat mengucapkannya. Jepang sangat indah, lain
kali kita harus berlibur bersama kesini” “ah ani, kau masih mengingatnya aku
sudah bersyukur oppa. Janji akan berlibur bersama?” “ne, aku berjanji, um
raekha, kau ingin hadiah apa untuk ulang tahunmu?” “aku hanya ingin kau cepat
pulang” “minggu depan aku sudah pulang chagi” “jinjja? Ah arraseo, oppa, um,
aku mengantuk, aku tidur dulu, kau juga jangan lupa untuk beristirahat, jangan tidur
terlalu malam, tidak baik untuk kesehatanmu” “ne chagi, jaljayo, saranghae kim
raekha” “nado saranghaeo lu han oppa”. Ditempat lain Donghae memutar otaknya
bagaimana cara mendekati Raekha yang dari dulu dia kagumi. Eomma Donghae terus
mendesak anaknya untuk menyatakan cinta pada Raekha, tapi ternyata tanpa
diketahui siapapun, termasuk sahabatnya, Raekha sudah menjalin kekasih dengan
Luhan selama 8bulan. Raekha dan Luhan sama-sama merahasiakan hubungan mereka
dengan alasan cukup mereka berdua dan keluarga mereka saja yang mengetahuinya.
Bahkan Luhan sudah merencanakan untuk segera bertunangan dengan Raekha
sepulangnya dari Jepang. Keesokan harinya sepulangnya Sarang kerumah yang
dijemput Hyukjae, hari sepi mulai dirasa oleh Raekha. Eomma dan Appanya bertolak
keBusan untuk urusan keluarga. Hari-hari sibuk Raekha dimulai lagi dikantornya,
email, telepon masuk, chat dengan client nya yang tidak kungjung berhenti,
Raekha cukup dipercaya oleh clientnya dikantor. “chagi, hari ini aku pulang,
bisa menjemputku dibandara setelah kau pulang dari kantor?” pesan singkat dari
Luhan. “ne oppa, aku keluar jam 5 dari kantor, aku akan langsung menjemputmu,
sampai nanti” Raekha membalasnya. Jam sudah mendekati pukul 5, Raekha sudah
merampungkan pekerjaannya dan bersiap bergegas meninggalkan kantor. “raekha-ya,
ikut aku makan malam bersama dengan Habyung, Ryeowook, Donghae & Hyukjae
ne?” ajak Sarang. “ani, tidak bisa malam ini Sarang, bagaimana kalau besok?”
sahut Raekha. “wae Raekha? Kau ada urusan? Sepertinya jika besok tidak bisa”
ucap Sarang. “ne, aku ada urusan mendadak menjemput seseorang dibandara” sahut
Raekha mengambil tasnya dan
meletakkannya dibahunya. “hem, arraseo kalau begitu lain kali kau harus ikut
ne?” “ne, jika ada waktu dan kesempatan pasti aku ikut, sampai bertemu besok,
Sarang, annyeong” ucap Raekha meninggalkan ruang kerjanya itu dan berlenggak
keparkiran mobil dan mengacukan mobilnya ke bandara Incheon untuk menjemput
Luhan, kekasihnya. Ditempat lain, Sarang, Hyukjae, Habyung, Ryeowook dan
Donghae sudah berkumpul disuatu restaurant. “mana Raekha?” tanya Donghae “dia
bilang tidak bisa ikut karena ada urusan mendadak” jawab Sarang “jinjja? Tidak
seperti biasanya” sahut Donghae “mungkin urusan keluarganya, seperti minggu
lalu orang tuanya bertolak ke Busan dengan sangat mendadak sehari setelah ulang
tahun Raekha” tambah Habyung. “oh, ne” jawab Donghae singkat dan mereka memulai
makan malam mereka. Diwaktu dan tempat lain Raekha sudah menunggu sambil
mendengarkan lagu kesukaannya dikedatangan internasional. “ya oppa! Lepaskan
tanganmu” ucap Raekha yang memukul kecil tangan Luhan yang menutupi matanya.
“bogoshipeo” “nado bogoshipeo raekha” lalu mereka berpelukan dengan mesranya
dan diakhiri kecupan dikening Raekha dari Luhan. “jja, kita pulang” ajak Raekha
“aku lapar, makan dulu ya” sahut Luhan merangkul Raekha dan tangan lainnya
menggeret koper baju miliknya. “ne, kajja” ucap Raekha semangat. Sesampainya
direstaurant mereka makan malam dengan hangat dan mesranya, melampiaskan rasa
rindu mereka setelah 3minggu tidak bertatap muka. Sumringah dan bahagia
terlihat jelas diwajah mereka berdua, terutama Raekha. “aku ingin menikah
denganmu” ucap Luhan tiba-tiba. “mwo? Jangan bercanda oppa” sahut Raekha
terkejut “apa aku terlihat seperti sedang bercanda?” jawab Luhan dan mengeluarkan
sebuah kotak berwarna merah dan membukanya dihadapan kekasinya yang sangat
dicintainya itu. Raekha bergidik terkejut menutup mulutnya yang sedikit
menganga karena secara sangat tiba-tiba kekasihnya itu melamarnya malam itu.
“mau kah kau menikah denganku?” tanya Luhan sangat mantap. “ne oppa” ucap
Raekha dengan senyum yang mengembang lebar dibibirnya, sedetik kemudian Luhan
mencium punggung tangan Raekha dan lalu memasangkan cincin yang pas dijari
manis Raekha. “tapi bagaimana dengan teman-teman kita oppa? Mereka tidak
mengetahuinya” “um biarkan saja, kita beritahu mereka dengan undangan
pernikahan kita saja langsung, bagaimana?” “hm, apa tidak keterlaluan?”
“menurutku tidak, toh hubungan ini kita yang menjalankannya, bukan mereka, dari
pada tidak mengundangnya sama sekali kan?” “ah ne, benar juga. Oppa harus
menemui orang tuaku. Eh tapi eomma dan appa masih berada diBusan sampai hari
Jumat” “kalau begitu aku dan orangtuaku akan datang hari Sabtu, bagaimana?”
“ne, terserah oppa saja” “aku mencintaimu” “aku juga, cepat habiskan makanmu
lalu kita pulang” pembicaraan singkat mereka tentang rencana pernikahan mereka.
Tadinya Luhan hanya berniat untuk bertungan dulu tapi justru begitu bertemu
kekasihnya itu, dia langsung ingin meminangnya saja. Setelah makan malam,
Raekha mengantar Luhan pulang kemudian dia juga kembali kerumahnya yang hanya
ada dirinya dan pekerjanya itu. Raekha mengembangkan senyumnya lebar ketika
melihat jari manisnya itu ada cincin yang bertanggar pas. Dilihatnya cincin itu
dan diamatinya, ternyata disudut dalamnya ada ukiran Raekha&Luhan.
Senyumnya semakin mengembang saja, hatinya berbunga, rasa bahagia yang teramat
sangat dan sulit untuk dijelaskan. Semenjak hari itu, Luhan selalu mengantar
dan menjemput Raekha kekantor atau kemanapun, tapi, tetap, tidak ada 1pun dari
teman atau sahabat mereka yang mengetahuinya, entah mengapa mereka begitu
pandai menutupinya. Sabtu malam Raekha dan Luhan berencana untuk menonton film
bersama, tetapi secara tiba-tiba Luhan harus meeting bersama Park Corp untuk
urusan bisnis. Kekecewaan tersirat diwajah Raekha, tapi dengan begitu Raekha
tetap memaklumi pekerjaan tunangannya yang sibuk itu. Orang tua mereka sudah
bertemu dan sudah memilih tanggal pernikahan mereka, 1 Juni kurang lebih
sekitar 5bulan lagi. “Raekha-ya, apa hari ini kau sibuk?” pesan singkat dari
Donghae “ani, aku hari ini libur kerja dan hanya berdiam diri dirumah oppa,
wae?” jawab Raekha yang karena memang tidak mempunyai jadwal apapun hari itu.
“temani aku menonton mau? Adikku mendadak pergi dengan kekasihnya” jawab Donghae.
“ne, kita bertemu dimana oppa?” jawab Raekha lagi. “jinjja? Aku akan
menjemputmu sekarang. See you” pesan balasan dari Donghae dan Raekha lalu
bersiap-siap. 20 menit kemudian mereka sudah bersama dan sedang dalam perjalanan
kesebuah mall dipusat Seoul. Udara malam itu begitu menyejukkan, mereka memesan
tiket menonton dan menonton bersama. Setelah menonton film, mereka memutuskan
untuk makan malam. Donghae tahu bahwa Raekha sangat menyukai steak. Kebahagiaan
luar biasa tersirat diwajah Donghae karena dapat melihat pujaan hatinya
tersenyum sumringah dihadapannya saat ini. “oppa, gomawoyo” “ne, seharusnya aku
yang berterimakasih karena kamu sudah mau menemaniku” “kalau begitu kita
sama-sama saja hahaha” “memang Jina pergi kemana?” “um dia pergi bersama
kekasihnya yang mendadak datang menjemputnya dan merusak ‘kencan’ ku bersama
Jina” “oh Kibum? Bocah tengil itu?” “ne, kau masih ingat rupanya?” “tentu saja,
baru-baru ini dia bekerja dekat dengan kantorku, rupanya awet juga hubungan
mereka” “ya, aku harap aku dapat cepat menjalin kasih juga seperti Jina” deg.
Raekha merasakan ada sindiran atau siratan halus dari kata Donghae. Raekha tahu
bahwa Donghae menyimpan suatu perasaan terhadapnya, tapi Raekha hanya
menganggap Donghae sebagai kakaknya saja, tidak lebih. “kalau begitu, cari dong
oppa” “um…..nanti saja” “ah mengapa topic pembicaraan kita menjadi seperti ini?
Hahaha, ayo makan pesananmu itu oppa” “hm, setelah ini kita kemana?” “aku ingin
pulang hehehe” “arraseo” setelah makan malam, Donghae mengantar Raekha pulang. Keesokan
harinya, hari-hari hampa Donghae dimulai, karena Raekha menjadi sangat sulit
untuk dihubungi. Begitu juga dengan sahabat-sabahat Raekha yang mulai curiga
mengapa sulit sekali mengajak Raekha pergi untuk sekedar menonton film atau
makan bersama, kecuali makan siang bersama dikantor. Raekha dan Luhan mulai
sangat sibuk mengurus pernikahan mereka yang sudah cukup dekat. Hari pecan
mereka sama saja seperti hari biasa, tidak bisa beristirahat dirumah karena
mereka pergi kesana-kesini untuk pernikahan mereka. Dimulai dari mencari gaun
pernikahan, gedung pernikahan, cincin pernikahan sampai undangan pernikahan.
“chagi, kau terlihat begitu kurus” “jinjja? Ah perasaan oppa saja” “ani, berat
badanmu sekarang berapa?” “um…..45mungkin” “jeongmal? Berat badanmu bulan lalu
50, berarti kau benar kurusan, makanlah lebih banyak, aku tidak mau kau sakit”
“oppa ini berlebihan, bagus kan kalau aku kurusan? Aku tidak mau terlihat gemuk
dipernikahan kita nanti” “tapi sekarang kamu terlalu kurus chagi, jja makan
lebih makan” Luhan yang sangat memperhatikan kesehatan calon istrinya itu mulai
khawatir karena berat badan Raekha yang menyusut. Raekha kehilangan beberapa
kilo berat badannya itu karena terlalu sibuk menyiapkan pernikahan yang sangat
ia impikan, dia ingin semua terlihat sempurna. “raekha-ya! mengapa sulit sekali
mengajakmu jalan sih?” “mianhae habyung-ah, aku saat ini sibuk sekali” “sibuk
apa? Sekedar makan malampun sulit sekali” “sarangi, aku tidak bisa
menjelaskannya sekarang, mianhae” “ah arraseo, mungkin kau masih belum mau
berbagi saat ini, aku mengerti, eh kau kurus sekali” “ish habyung! Semua orang
bicara seperti itu, memangnya aku sekurus apa?” “sangat kurus, kau harus makan
lebih banyak” “gomawo sarang, aku akan makan lebih banyak kalau begitu, sini
mana makan siang mu hahahaha” “ish, beli sana”. Pembicaraan Raekha dengan
Habyung dan Sarang saat makan siang dikantor mereka, lebih banyak keluhan akan
susustnya berat badan Raekha yang cukup terlihat. Empat bulan berlalu sangat
cepat. Raekha berhasil mengembalikan berat badannya seperti semula. Luhan
sumringah begitu melihat pantulan dirinya dan Raekha dicermin menggunakan
pakaian pernikahan mereka. “kau cantik” puji Luhan kepada Raekha “oppa pun
terlihat tampan” sahut Raekha “kalian berdua cocok sekali” sambung eomma Raekha
yang hari itu menemani mereka untuk mencoba pakaian pernikahan mereka yang
terakhir sebelum harinya tiba. Luhan dan Raekha sedang makan malam bersama,
“oppa, kapan undangan-undangan ini kita kirim?” “besok? Bagaimana?” “ah jinjja?
Baiklah kalau begitu” “aku jemput jam 8pagi” “kita mulai dari mana besok?”
“sahabat-sahabatmu? Lalu sahabat-sahabatku? Bagaimana?” “ya, kalau begitu aku
akan menghubungi mereka semua untuk bertemu disalah satu restoran saja, boleh?”
“terserah padamu chagi”. Raekha mulai mengirimi pesan singkat kepada sahabat
terdekatnya untuk bertemu besok di super yadong restoran pukul 11siang, begitu
juga dengan Luhan yang akan bertemu dengan sahabatnya dihari yang sama tetapi
pukul 4sore. Keesokan harinya, Raekha bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan
untuk keluarganya, meskipun tidak begitu mahir, tapi dia sudah cukup yakin
untuk memasakkan makanan untuk suaminya kelak. Setelah mereka sarapan, Raekha
menyiapkan undangan yang akan dibawa olehnya hari ini bersama Luhan, dia juga
menyiapkan undangan untuk sahabat terdekat Luhan. Sedatangnya Luhan dengan
bunyi klakson mobilnya itu, Raekha berpamitan kepada eomma dan masuk kedalam
mobil. Raekha dan Luhan sengaja datang terlambat untuk memberikan ‘sedikit
kejutan’ kepada sahabatnya itu. “raekha-ya eodi?” “ne sarang, aku sedang
dijalan, semua sudah datang?” “sudah, masih lamakah? Apa ada sesuatu yang
penting sampai kami semua berkumpul seperti ini eoh?” “baguslah kalau sudah
sampai semua, um, nanti saja aku jelaskan, aku 10menit lagi sampai kok. Sampai
nanti ya” pembicaraan singkat Raekha dan Sarang ditelepon. Hari ini tepat
2minggu sebelum pernikahan Raekha dan Luhan dilaksanakan, jantung Raekha
berdegup kencang saat mobil Luhan sudah memasuki area parkiran restoran yang
dimaksud. Dia bingung dan penasaran bagaimana ekspresi wajah sahabatnya nanti,
disitu pasti juga ada Donghae yang dia tau ada rasa yang disimpan Donghae
dengan baik dan rapat. “chagi, gwaenchana?” “ne, gwaenchana oppa” “tidak
apa-apa, kau tidak perlu gugup” “tapi bagaimana respon mereka nanti?” “semuanya
akan baik-baik saja” “ne, jja”. Luhan membukakan pintu mobilnya dengan lembut
mempersilahkan calon istrinya keluar. Mereka berjalan bersama memasuki restoran
tersebut. Dipojok restoran tersebut berkumpullan sahabat-sahabat tercinta
Raekha. “annyeong” sapa Raekha dan ekspresi bingung dikeluarkan oleh
sahabat-sahabatnya itu secara bersamaan. “a…anyeong” jawab Sarang terbata. “kalian
kenapa? Wah aku belum memesan. Pelayan! Aku pesan ice cappucinno 2 ya” ucap
Raekha berusaha menutupi kegugupannya. Jutaan pertanyaan bergelayut dipikiran
sahabat-sahabatnya itu seperti “ada apa ini?” “siapa namja yang bersama Raekha?
Sahabatnya? Kekasihnya? Saudara?” dan lainnya. “ra..raekha-ya” ucap Habyung
memulai pembicaraan. “ne, ya akhirnya kita bisa makan siang bersama selain
dikantor hahaha” sahut Raekha masih berusaha menutupi kegugupannya. “nu..nugu?”
tanya Habyung. “ya, aku pada intinya saja ya, aku mengumpulkan kalian semua
disini untuk ini” ucap Raekha sambil merogoh tasnya untuk mengeluarkan undangan
pernikahannya itu. “ini, untuk kalian” ucap Raekha sambil memberikan undangan
pernikahan sesuai nama yang tertera. Mulut Sarang Habyung Nara Eungyo dan
Hyunjae menganga lebar ketika memegang barang itu. “ne, namaku Luhan, senang
berkenalan dengan kalian, Raekha sudah banyak bercerita tentang kalian semua”
ucap Luhan senyum seraya memperkenalkan diri. Di ujung, Donghae menahan kuat
air matanya agar tidak terjatuh, dia terbilang lelaki cengeng, membuka undangan
pernikahan Raekha seolah dia tidak terluka. “sejak kapan kalian kenal? Sejak kapan
kalian menjalin kasih? Dan mengapa secara tiba-tiba kalian menikah? Raekha-ya,
kau tidak hamil duluan kan?” rentetan pertanyaan keluar dari mulut Sarang tidak
tertahankan. “haish, tentu saja aku tidak hamil duluan. Aku mengenal Luhan
sudah 2 tahun lebih dan kami menjalin hubungan sudah kurang lebih 1tahun. Kami bertemu
disebuah toko buku waktu itu. Aku bukannya merahasiakan hubungan ini, dan
kalian pun tidak pernah bertanya aku sudah punya kekasih atau belum kan?” jawab
Raekha panjang. Obrolan mereka terus berlanjut. Jutaan pertanyaan yang
menggelayut dipikiran sahabat Raekha terjawab sudah, meskipun mereka masih
belum puas masih sangat terkejut secara tiba-tiba Raekha memberikan undangan
pernikahan. Donghae diam seribu bahasa mendengarkan pertanyaan dan jawaban yang
terus keluar dari mulut orang yang ada disitu. Hatinya teriris sebuah pedang
panjang dan tajam yang seolah Raekha bawa saat itu. Setelah pertemuan tu,
Raekha dan Luhan pamit terlebih dahulu lalu bertemu dengan sahabat Luhan. Ekspresi
sama dan pertanyaan sama persis terlontar dari sahabat-sahabat Luhan. Hari itu
Raekha dan Luhan merasakan lelah teramat sangat terutama bibir mereka yang menjelaskan
panjang sekali mengapa tiba-tiba mereka menikah. “oppa” “ne? wae chagi?” “apakah
mereka akan datang kepernikahan kita?” “um, tentu saja. Mereka kan sahabat kita”
“aku masih merasa tidak enak” “chagi, kau bepikir terlalu jauh. Sudah, aku
tidak ingin kau stress memikirkan itu. Kita harus focus untuk pernikahan kita,
arra?” “ne oppa” percakapan kecil Luhan dan Raekha diperjalanan pulang. Ditempat
lain, tepatnya Donghae. Dia pulang dengan lesu. “donghae-ya, wae? Wajahmu murung
sekali?” “ani eomma, ini” “mwo? Raekha menikah?” “ya seperti yang eomma lihat
diundangan itu” “kau akan datang?” “tidak” “kau harus datang” “tidak eomma, aku
tidur dulu ne” eomma Donghae yang juga terkejut dengan berita pernikahan Raekha,
Donghae hanya meratapi langit-langit kamarnya yang tidak apa-apa itu dengan
murung, sedetik kemudian dia menangis, menetes juga air matanya. Donghae berpikir
selesai sudah perjuangannya, dia kalah telak saat ini. Dua minggu lagi Raekha
menikah, dia sudah tidak punya kesempatan. Donghae masih terus berpikir apakah
dia akan datang kepernikahan Raekha atau tidak. Jika dia datang, akan lebih
terasa sakit, tetapi jika tidak datang, dia akan merasa tidak enak dengan
Raekha.
Author Pov End
Raekha Pov
Kepalaku sakit sekali
akhir-akhir ini, pikiranku terus berada di Donghae oppa ketimbang Luhan oppa. Ekspresi
wajahnya saat itu masih tercetak jelas diotakku. Dia tidak berkata apapun,
memberikan selamatpun tidak. Sebegitu sakit hatinyakah dia? Tapi mau bagaimana
lagi? Aku hanya menganggapnya sebagai kakakku saja, tidak lebih. Geurae wolf naega wolf awuuu ponselku bordering,
nama Sarang terpampang dilayar ponselku. “ne yeoboseo” “yeoboseo Raekha, sedang
apa?” “aku sedang melihat dekorasi bunga pilihan eomma untuk berjalan dialtar
nanti, wae Sarang?” “oh tidak, aku pikir aku bermimpi ketika kita bertemu
direstoran waktu itu, ternyata ini sungguhan kau akan menikah” “hahaha ada-ada
saja sarangie, wae?” “ani, kau sungguh-sungguh mencintai Luhanmu itu?” “ya
tentu saja, kau meragukan kami eoh?” “bukan begitu maksudku, jujur saja, aku
sangat terkejut akan berita pernikahanmu ini, aku pikir kau akan menjalin kasih
dengan Donghae, eh ternyata kau sudah mempunyai calon suami” “ya, bukannya aku
menutupi hubunganku dengan Luhan oppa, tapi dari awal memang tidak ada yang
tahu hubungan kami, ini berjalan begitu saja. Kau kan tahu aku bukan tipikal
orang yang suka mengumbar Sarang” “ne, aku mengerti itu Raekha, um omong-omong
Donghae, semenjak bertemu kemarin, aku atau Hyukjae oppa tidak bisa
menghubunginya, sepertinya dia sakit hati sekali Raekha” “lalu apa yang harus
aku lakukan? Mengapa kau mengatakan ini padaku?” “ani, aku tidak bermaksud
apa-apa mengatakan ini, aku hanya ingin memberitahumu saja. Sungguh aku tidak
bermaksud apa-apa” “hahaha tenang saja Sarang, aku tidak marah kok” “aigoo, aku
pikir kau akan marah padaku. Um, aku sedang ditoko baju untuk membeli gaun
kepernikahanmu nanti Raekha” “jinjja? Sama Hyukjae?” “ne, ah aku bahagia sekali
kau akan menikah, aku akan segera menyusulmu beberapa bulan lagi, tapi jaga
rahasia ini ya, yang tahu hanya kau, aku dan Hyukjae oppa saja” “waaah aku ikut
bahagia mendengarnya, ne ne aku akan jaga rahasia ini Sarang” “ah baiklah,
segitu dulu Raekha, aku akan pergi makan siang. Sampai bertemu dipernikahanmu
nanti ya, berhubung kau sudah cuti hahaha, annyeong” “annyeong Sarangie”. Hm,
Donghae oppa tidak bisa dihubungi? Ah mungkin dia sedang sibuk, aku dengar
perusahaannya sedang diatas langit saat ini. Seperti yang Sarang bilang tadi,
aku sudah mengambil cuti menikah 2minggu mengingat sekarang sudah h-3 hari
pernikahanku. Jantungku akhir-akhir ini berdetak tidak menentu jika aku ingat
aku akan segera menikah. Geurae wolf
naega wolf awuuu “ne, yeoboseo oppa” “yeoboseo chagi, sedang apa?” “aku
sedang memilih dekorasi buke bunga untuk dialtar nanti” “wah pasti menyenangkan
ya, kau sudah makan siang?” “ne, aku cukup bingung untuk menentukan yang mana. Sudah,
oppa sudah makan?” “ini aku sedang makan siang dengan Kris. Aku merindukanmu” “salam
untuk Kris ya. hem, baru saja kemarin kita bertemu, kau sudah merindukanku? Tahan
rindumu sampai hari sabtu nanti oppa” “haish, tidak bisa, aku sangat
merindukanmu. Mengapa sih kita tidak boleh bertemu menjelang pernikahan?” “aku
tidak tahu, tanya saja pada eommaku dan eommamu” “chagi, bulan madu kita nanti
kemana?” “mwo? Kau sudah memikirkan bulan madu saja? Oppa yadong” “hahahaha,
bagaimana ke Jepang saja? Kan aku berjanji akan mengajakmu liburan bersama ke
Jepang?” “ya boleh saja, tapi cutiku setelah hari pernikahan hanya tinggal 7
hari, sebulan kemudian aku baru bisa mengambil cuti lagi oppa” “tidak apa-apa
chagi, yasudah, aku kembali kekantor dulu ya. jeongmal saranghaeyo Kim Raekha” “ne,
nado saranghaeo”. Beberapa hari kemudian. Waktu berjalan sangat cepat, besok
hari pernikahanku. Rumah saat ini ramai sekali dengan segala peralatan untuk
besok. Aku harus tidur dengan cukup agar mataku tidak besar dan membengkak
besok. Keesokan paginya. “raekha-ya!!! ireona!” “hhmm eomma, aku masih
mengantuk” “ini hari pernikahanmu pabo! Ireona!” “waaaaaa aku lupa, ne ne aku
bangun” aku lupa bahwa hari ini hari pernikahanku. Eomma sudah mandi dan
membangunkanku diwaktu yang mepet ini. Semua kakakku pun rupanya sudah sampai
dan sedang bersolek didepan kaca. Aku cepat masuk kamar mandi dan segera
membersihkan badanku ini. Pemberkatan berlangsung pukul 11 di Gereja dan
resepsi langsung bersambung diruang serba guna milik Gereja tersebut. Dua jam
kemudian aku sudah seperti tuan putri seperti didongeng anak-anak. “kau cantik
sekali” ucap eomma memuji. “gomawo eomma, eomma juga terlihat cantik” jawabku
dan memuji penampilan eomma. Gaun putih panjang tanpa lengan melekat ditubuhku,
dikepala terdapat kain berenda tipis yang indah. Pilihan Luhan oppa memang
selalu baik. “kajja, jangan sampai pangeranmu menunggu dialtar terlalu lama”
ucap eomma. Aku, eomma dan appa masuk kedalam salah satu mobil dan segera
berangkat ke gereja yang dituju. Jalanan hari ini sangat mendukung, tidak
macet, hanya memakan waktu 15menit saja yang biasanya 30menit. Jantungku terus
berdetak tidak karuan. Appa membantuku keluar dari mobil, aku mengaitkan
tanganku pada lengannya. Sepertinya acara sudah mulai. Keponakanku melemparkan
lembaran-lembaran kelopak bunga kearahku dan appa. Sementara eomma sudah
didepan altar menungguku. Lagu gereja mulai terdengar. “anak appa siap?” tanya
appa. “ne, Raekha siap” ucapku mantap. Kami mulai melangkah perlahan. Sepatu hak
tinggi ini sedikit menggangguku karena terlalu tinggi tapi Luhan oppa tetap
ngotot untuk aku memakainya. Suasanya sangat haru ketika aku mulai memasuki
ruangan gereja, dekorasi sangat sempurna sesuai dengan keinginanku dan
keinginan Luhan oppa. Dia, lelaki itu berdiri diujung altar dengan setelan jas
berwarna hitam dengan sangat sempurna menungguku. Jantungku kali ini berdebar
sangat cepat, lebih cepat dari sebelumnya. Aku tersenyum begitu melihatnya
tersenyum manis kearahku. Sahabatku dan sahabat Luhan oppa hadir. Kebahagiaanku
sempurna saat ini. Aku sampai diujung altar, menatapnya senyum. “aku serahkah
Raekha padamu” ucap appa dan appa mengecup pipiku lembut. Luhan oppa
menjulurkan tangannya, aku menyambutnya. Kami mengucap janji setia sehidup
semati dihadapan Pastur dan semua yang ada disini. Tepuk tangan meriah
terdengar setelahnya. Lagi, lembaran kelopak bunga hadir ditengah aku dan Luhan
oppa. Aku resmi sudah menjadi istrinya saat ini.
to be continue ^^
No comments:
Post a Comment