Monday, 9 September 2013

triangle love part 1

HEY YOW! seperti yang saya janjikan, here is the newest ff from me. i decided to make 2 parts of this FF. gonna make the next part after i get another free time kkkk. Cast: Kim Raekha, Lee Donghae and Luhan. sorry for the weird story also the typo. enjoy!





Raekha Pov

Hai, perkenalkan, namaku Kim Raekha panggil saja aku Raekha. Usiaku baru mau menginjak 20. Sekarang aku bekerja di salah satu travel agent ternama di Korea. Mengapa aku bekerja dan tidak melanjutkan kuliah saja? Aku masih belum ada hasrat untuk melakukan itu. “raekha-ya! Mengapa kau melamun? Wae?” tanya Sarang, sahabatku. “ani, aku hanya mengantuk” jawabku seadanya. “jinjja? Apa kau kurang tidur?” tanyanya lagi sambil menyantap makan siangnya “ya, aku rasa dia kurang tidur, lihat lingkar hitam matanya yang mengerikan” sahut Habyung yang juga sahabatku. “haish, ne, aku kurang tidur” jawabku lesu, aku malas sekali hari ini rasanya. Pekerjaanku cukup mudah, ya sebagaimana bekerja di travel agent lainnya saja. Aku anak terakhir dari 3 bersaudara. Semua kakakku sudah menikah, jadi aku hanya bersama appa dan eommaku saja dirumah. Sekarang aku sedang makan siang bersama dua sahabatku dan satu seniorku, Hyejin eonni. “raekha-ya, sebaiknya kamu menambahkan lagi jam tidurmu, tidak baik untuk kesehatanmu jika kamu terus-terusan kurang tidur seperti itu” ucap Hyejin eonni menasihatiku. “haish, arra arra aku mengerti. Ah aku duluan ne?” ucapku meninggalkan mereka.

Raekha Pov End

Author Pov

“sarang ya… minggu depan bukan ulang tahun Raekha bukan?” tanya Habyung pada Sarang. “ne, waeyo Byung?” tanya Sarang. “ani, bagaimana kita adakan kejutan untuk Raekha?” usul Habyung. “ah, ide bagus, aku mau ikut berpartisipasi” sambung Hyejin. “eonni-ya, adakah ide?” tanya Sarang kepada Hyejin. “bagaimana kalau………..” usul Hyejin. “ah arra! Ide bagus, aku akan hubungi Eungyo, siapa tahu dia juga mau ikut” ucap Sarang. “jangan lupa Nara, dan juga Hyunjae” sambung Habyung. “arraseo” sahut Sarang. Sarang, Habyung dan Hyejin melanjutkan makan siang mereka dan segera kembali kekantor untuk melanjutkan kerja mereka. Sekembalinya ke meja kerja masing-masing, Sarang segera menghubungi Eungyo, Nara dan Hyunjae untuk memberitahu mereka akan membuat pesta kejutan ulang tahun untuk Raekha. Sedangkan Habyung dan Hyejin sudah mulai melaksanakan rencana tersebut. Sampai saat ini Raekha sendiri belum ingat bahwa sebentar lagi usianya bertambah semakin tua. Dia terlalu sibuk untuk menggapai target pada pekerjaannya. Dia tidak ingin mengecewakan kedua orangtuanya yang sangat membanggakan dirinya. Setelah menghubungi teman-temannya, dan semua setuju dengan rencana, mulailah sahabat-sahabat tercinta Raekha ‘bekerja’ untuk pesta kejutan tersebut. Tidak lupa, Sarang menghubungi kedua orang tua Raekha agar ikut membantu pesta kejutan tersebut. “yeoboseo” “ne, yeoboseo. Waeyo Sarang?” “Donghae-ya, bisa bantu aku memesan barang-barang ini untuk pesta kejutan untuk Raekha?” “mwo? Raekha? Jinjja? Apa saja untuk dia” “hahaha arraseo, bisa kita ketemu malam ini, jemput aku dikantor ne?” “mengapa dikantor? Bagaimana jika Raekha tau?” “jemput aku tepat waktu, karena sepertinya Raekha akan lembur malam ini” “arraseo, jam 5 sore tepat didepan kantormu, semoga kau masih ingat mobilku ne?” “arraseo, annyeong”. Percakapan singkat Sarang dan Donghae. Donghae sudah lama menyukai Raekha, hanya saja Raekha sepertinya hanya menganggap Donghae sebagai teman baiknya. Itu membuat Donghae merasa sedih, tetapi Donghae merasa yakin akan cintanya suatu saat nanti akan terbalaskan oleh Raekha. 15 menit sebelum jam kerja Sarang berakhir, Donghae sudah sampai untuk menjemput temannya itu. Kemudian mereka pergi ke suatu tempat untuk membeli perlengkapan pesta kejutan untuk Raekha. Ulang tahun Raekha tahun ini jatuh di hari sabtu, maka pestanya akan dilakukan malam hari sekitar pukul 9 KST. Sarang dan teman-temannya berbagi tugas, dari rancangan pesta sampai tempat diadakannya. Mereka kerja keras mengingat waktu mereka sangat sempit. Hampir setiap hari mereka sampai rumah masing-masing lewat tengah malam karena waktu yang mereka punya ya setelah pulang kerja. Raekha membatin mengapa sulit sekali mengajak sahabat-sahabtnya pulang bersama atau sekedar makan malam sepulang kerja, dan Raekha pun masih belum menyadari bahwa ulang tahunnya tidak kurang dari 2 hari lagi. Donghae semakin gugup, padahal ini bukan ulang tahunnya. Dia berencana menyatakan cinta kepada Raekha tetapi masih sangat ragu untuk itu. “aku tidak melarangmu untuk tidak menyatakan cinta pada saat pesta, ada baiknya kau melakukan pendekatan dulu Hae” ucap Hyukjae sahabat Donghae sekaligus kekasih Sarang. “aku setuju dengan pendapat Hyukjae hyung” sambung Ryeowook, yang juga sahabat Donghae dan juga kekasih Habyung. “bagaimana caranya, kalian tahu betapa sulitnya mencairkan hati Raekha” ucap Donghae frustasi terhadap makan malam didepannya. “kau merasa sendiri betapa sulitnya untuk mendekatinya, lalu kau mau langsung menyatakan cinta? Apa kau gila Hae?” sahut Siwon sahabat Donghae juga dan kekasih Eungyo. “haish, beri aku usul jangan justru menekan aku” ucap Donghae geram. “Habyung bilang Raekha suka berbau romantic, coba berikan dia kado atau bunga mawar atau apa saja yang berbau romantic” usul Ryeowook kepada Donghae. “hhmm….romantis… apa ya?” gumam Donghae. “ya! Babo! Makan saja dulu makananmu, lalu kau bisa berpikir nanti” ucap Hyukjae. Hari demi hari berlalu, ini sudah hari ulang tahun Raekha

Author Pov End

Raekha Pov

“hoaahhmm.. haish sudah jam segini? Mengapa dihari sabtu aku masih harus bekerja? Ya walau setengah hari” gumamku yang masih menggeliat diranjang. “raekha-ya! Irona palli! Jam berapa ini! Kau harus kerja” teriak eomma dari luar kamar. “ne eomma! Aku sudah bangun” sahutku juga teriak. Lalu aku lekas mandi dan bersiapsiap berangkat kekantorku. Aku sarapan kilat karena memang aku tidak terlalu lapar. Setelah sarapan aku mengambil kunci mobilku dan melajukannya kekantor. Jalanan Seoul dihari sabtu pagi tidak terlalu ramai maka dari itu aku sengaja bangun siang, sekalinya kesiangan dikantorpun bos tidak ada hahaha. Sesampainya dikantor karyawan-karyawan lainnya menatapku penuh senyum. “waeyo?” tanyaku sendiri dalam hati. Pekerjaan dihari sabtu tidak begitu banyak. “raekha-ya, ikut aku ne pulang kerja nanti, jebal” ucap Hyejin eonni yang duduk disebelahku persis. (author: rika a.ka raekha, you should know who is Hyejin that I made here okay? Kkk) “eodi eonni?” tanyaku. “um kesalah satu tempat untuk bertemu temanku dan mengambil pesananku” sahut Hyejin eonni. “ah, arraseo, kebetulan hari ini aku tidak ada rencana kemana-mana” sahutku mengiyakan permintaan Hyejin eonni. Setelah jam kerja berakhir aku dan Hyejin eonni pergi kesalah satu mall ternama di Korea “yadong mall”, ya namanya memang terbilang aneh, tapi mall ini sangat bagus dan indah. Aku dan Hyejin eonni bertemu dengan temannya untuk mengambil pesanan dan menghabiskan sore di mall tersebut bersama. “eonni, sudah jam 8, aku ingin pulang” ucapku karena sudah cukup lama dan lelah. “ani, aku masih menunggu satu teman lagi, gidalyeo jebal” ucap Hyejin eonni. “arra arra, aku lapar, sambil di restaurant saja ne menunggunya?” ajak aku disambung anggukan kepala Hyejin eonni. Kami makan malam disalah satu restaurant sushi yang cukup terkenal kelezatannya disini. “haish, siapa ini? Apa mau kau! Aku sedang makan!” ucapku memegangi tangan yang sedang menutupi mataku ini. “hyejin eonni! Siapa yang sedang menutup mataku ini hishhh” seruku pada perempuan yang seharusnya duduk dihadapanku. “um aku tidak akan memberi tahu siapa dia, sudah, kau ikuti saja Raekha” ucap Hyejin eonni. “mwo? Haish! Tunggu, aku mau minum dulu” ucapku meraba meja dimana gelas minumanku tadi. Sekarang mataku sudah tertutup kain berwarna hitam, dan tangan kanan kiriku dipegangi oleh dua orang. Sebelah kananku aku tahu ini Hyejin eonni, karena tangannya begitu lembut, sedangkan sebelah kiriku aku tidak tau siapa. Kami terus berjalan kirakira um mungkin sudah 10 menit. “kita sudah sampai, akan kubuka kain penutup matamu” “hem, palli” terdengar suara bising ada suara orang berbisik, entah siapa. “hana…dul….set” “SAENGIL CHUKHAE!!!!!!” tiba-tiba semua orang sudah berkumpul dan aku sedang berdiri didepan kue ulang tahun dengan lilin angka 21. “raekha-ya! Babo! Kau ulang tahun!” ucap Sarang. “jinjja? Sekarang tanggal berapa?” aku masih tidak menyadari bahwa ternyata hari ini aku berulang tahun. Dan ternyata yang berdiri disebelahku itu Donghae oppa… Jadi dia yang menutup mataku tadi. “babo-ya! Apa yang sedang kau pikirkan? Cepat tiup lilinnya” ucah Hyejin eonni disebelahku. Semua bernyanyi dan bertepuk tangan aku membaca doa dalam hati. Lalu aku tiup lilinnya, tepuk tangan semakin meriah. Semua mengucapkan selamat kepadaku, tidak terkecuali Donghae oppa. “um.. Raekha-ya, saengil chukae” ucapnya lembut. “ne, gamsha” sahutku sambil tersenyum. “eomma! Siapa semua dibalik ini?” tanyaku datang memeluk eomma yang juga hadir. “semua sahabatmu” ucap eomma singkat. Tidak lama kemudian eomma dan appa berpamitan terlebih dulu. “kalian menghabiskan uang berapa?” aku bertanya pada Sarang. “jika kami menjawab, akankah kau menggantinya? Hahaha” jawab Sarang meledekku. “kami bahkan baru membayar down payment tempat ini, kau harus melunasinya ya” sambung Eungyo. “haish, arraseo. Jeongmal jeongmal jeongmal gomawo” ucapku sumringah. Waktu cepat berlalu, jam sudah menunjukan tepat tengah malam. Tinggal aku dan Sarang. Aku sedang melunasi tagihan yang harganya sepertinya tidak perlu aku beri tahu. “Sarangie, menginap dirumahku jebal” “jeongmal? Arraseo”. Selama diperjalanan, aku menyetel CD koleksiku agar kami tidak mengantuk. Sesampai dirumah aku lekas berganti pakaian, begitu juga Sarang.

Raekha Pov End

Author Pov

Raekha masih terngiang pesta kejutan ulang tahunnya semalam suntuk selagi Sarang terlelap dalam mimpi disebelahnya.  Secara diam, dia mengucapkan banyak syukur dengan semua yang sudah dia peroleh kepada Tuhan. Beberapa detik kemudian telepon genggamnya berbunyi. “yeoboseo” “yeoboseo, saengil chukhae Raekha-ya” “ne, gomawoyo oppa, aku fikir oppa lupa dengan ulang tahunku. Bagaimana Jepang?” “bagaimana bisa aku lupa dengan ulang tahun kekasihku? Mian, jika aku terlambat mengucapkannya. Jepang sangat indah, lain kali kita harus berlibur bersama kesini” “ah ani, kau masih mengingatnya aku sudah bersyukur oppa. Janji akan berlibur bersama?” “ne, aku berjanji, um raekha, kau ingin hadiah apa untuk ulang tahunmu?” “aku hanya ingin kau cepat pulang” “minggu depan aku sudah pulang chagi” “jinjja? Ah arraseo, oppa, um, aku mengantuk, aku tidur dulu, kau juga jangan lupa untuk beristirahat, jangan tidur terlalu malam, tidak baik untuk kesehatanmu” “ne chagi, jaljayo, saranghae kim raekha” “nado saranghaeo lu han oppa”. Ditempat lain Donghae memutar otaknya bagaimana cara mendekati Raekha yang dari dulu dia kagumi. Eomma Donghae terus mendesak anaknya untuk menyatakan cinta pada Raekha, tapi ternyata tanpa diketahui siapapun, termasuk sahabatnya, Raekha sudah menjalin kekasih dengan Luhan selama 8bulan. Raekha dan Luhan sama-sama merahasiakan hubungan mereka dengan alasan cukup mereka berdua dan keluarga mereka saja yang mengetahuinya. Bahkan Luhan sudah merencanakan untuk segera bertunangan dengan Raekha sepulangnya dari Jepang. Keesokan harinya sepulangnya Sarang kerumah yang dijemput Hyukjae, hari sepi mulai dirasa oleh Raekha. Eomma dan Appanya bertolak keBusan untuk urusan keluarga. Hari-hari sibuk Raekha dimulai lagi dikantornya, email, telepon masuk, chat dengan client nya yang tidak kungjung berhenti, Raekha cukup dipercaya oleh clientnya dikantor. “chagi, hari ini aku pulang, bisa menjemputku dibandara setelah kau pulang dari kantor?” pesan singkat dari Luhan. “ne oppa, aku keluar jam 5 dari kantor, aku akan langsung menjemputmu, sampai nanti” Raekha membalasnya. Jam sudah mendekati pukul 5, Raekha sudah merampungkan pekerjaannya dan bersiap bergegas meninggalkan kantor. “raekha-ya, ikut aku makan malam bersama dengan Habyung, Ryeowook, Donghae & Hyukjae ne?” ajak Sarang. “ani, tidak bisa malam ini Sarang, bagaimana kalau besok?” sahut Raekha. “wae Raekha? Kau ada urusan? Sepertinya jika besok tidak bisa” ucap Sarang. “ne, aku ada urusan mendadak menjemput seseorang dibandara” sahut Raekha mengambil  tasnya dan meletakkannya dibahunya. “hem, arraseo kalau begitu lain kali kau harus ikut ne?” “ne, jika ada waktu dan kesempatan pasti aku ikut, sampai bertemu besok, Sarang, annyeong” ucap Raekha meninggalkan ruang kerjanya itu dan berlenggak keparkiran mobil dan mengacukan mobilnya ke bandara Incheon untuk menjemput Luhan, kekasihnya. Ditempat lain, Sarang, Hyukjae, Habyung, Ryeowook dan Donghae sudah berkumpul disuatu restaurant. “mana Raekha?” tanya Donghae “dia bilang tidak bisa ikut karena ada urusan mendadak” jawab Sarang “jinjja? Tidak seperti biasanya” sahut Donghae “mungkin urusan keluarganya, seperti minggu lalu orang tuanya bertolak ke Busan dengan sangat mendadak sehari setelah ulang tahun Raekha” tambah Habyung. “oh, ne” jawab Donghae singkat dan mereka memulai makan malam mereka. Diwaktu dan tempat lain Raekha sudah menunggu sambil mendengarkan lagu kesukaannya dikedatangan internasional. “ya oppa! Lepaskan tanganmu” ucap Raekha yang memukul kecil tangan Luhan yang menutupi matanya. “bogoshipeo” “nado bogoshipeo raekha” lalu mereka berpelukan dengan mesranya dan diakhiri kecupan dikening Raekha dari Luhan. “jja, kita pulang” ajak Raekha “aku lapar, makan dulu ya” sahut Luhan merangkul Raekha dan tangan lainnya menggeret koper baju miliknya. “ne, kajja” ucap Raekha semangat. Sesampainya direstaurant mereka makan malam dengan hangat dan mesranya, melampiaskan rasa rindu mereka setelah 3minggu tidak bertatap muka. Sumringah dan bahagia terlihat jelas diwajah mereka berdua, terutama Raekha. “aku ingin menikah denganmu” ucap Luhan tiba-tiba. “mwo? Jangan bercanda oppa” sahut Raekha terkejut “apa aku terlihat seperti sedang bercanda?” jawab Luhan dan mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah dan membukanya dihadapan kekasinya yang sangat dicintainya itu. Raekha bergidik terkejut menutup mulutnya yang sedikit menganga karena secara sangat tiba-tiba kekasihnya itu melamarnya malam itu. “mau kah kau menikah denganku?” tanya Luhan sangat mantap. “ne oppa” ucap Raekha dengan senyum yang mengembang lebar dibibirnya, sedetik kemudian Luhan mencium punggung tangan Raekha dan lalu memasangkan cincin yang pas dijari manis Raekha. “tapi bagaimana dengan teman-teman kita oppa? Mereka tidak mengetahuinya” “um biarkan saja, kita beritahu mereka dengan undangan pernikahan kita saja langsung, bagaimana?” “hm, apa tidak keterlaluan?” “menurutku tidak, toh hubungan ini kita yang menjalankannya, bukan mereka, dari pada tidak mengundangnya sama sekali kan?” “ah ne, benar juga. Oppa harus menemui orang tuaku. Eh tapi eomma dan appa masih berada diBusan sampai hari Jumat” “kalau begitu aku dan orangtuaku akan datang hari Sabtu, bagaimana?” “ne, terserah oppa saja” “aku mencintaimu” “aku juga, cepat habiskan makanmu lalu kita pulang” pembicaraan singkat mereka tentang rencana pernikahan mereka. Tadinya Luhan hanya berniat untuk bertungan dulu tapi justru begitu bertemu kekasihnya itu, dia langsung ingin meminangnya saja. Setelah makan malam, Raekha mengantar Luhan pulang kemudian dia juga kembali kerumahnya yang hanya ada dirinya dan pekerjanya itu. Raekha mengembangkan senyumnya lebar ketika melihat jari manisnya itu ada cincin yang bertanggar pas. Dilihatnya cincin itu dan diamatinya, ternyata disudut dalamnya ada ukiran Raekha&Luhan. Senyumnya semakin mengembang saja, hatinya berbunga, rasa bahagia yang teramat sangat dan sulit untuk dijelaskan. Semenjak hari itu, Luhan selalu mengantar dan menjemput Raekha kekantor atau kemanapun, tapi, tetap, tidak ada 1pun dari teman atau sahabat mereka yang mengetahuinya, entah mengapa mereka begitu pandai menutupinya. Sabtu malam Raekha dan Luhan berencana untuk menonton film bersama, tetapi secara tiba-tiba Luhan harus meeting bersama Park Corp untuk urusan bisnis. Kekecewaan tersirat diwajah Raekha, tapi dengan begitu Raekha tetap memaklumi pekerjaan tunangannya yang sibuk itu. Orang tua mereka sudah bertemu dan sudah memilih tanggal pernikahan mereka, 1 Juni kurang lebih sekitar 5bulan lagi. “Raekha-ya, apa hari ini kau sibuk?” pesan singkat dari Donghae “ani, aku hari ini libur kerja dan hanya berdiam diri dirumah oppa, wae?” jawab Raekha yang karena memang tidak mempunyai jadwal apapun hari itu. “temani aku menonton mau? Adikku mendadak pergi dengan kekasihnya” jawab Donghae. “ne, kita bertemu dimana oppa?” jawab Raekha lagi. “jinjja? Aku akan menjemputmu sekarang. See you” pesan balasan dari Donghae dan Raekha lalu bersiap-siap. 20 menit kemudian mereka sudah bersama dan sedang dalam perjalanan kesebuah mall dipusat Seoul. Udara malam itu begitu menyejukkan, mereka memesan tiket menonton dan menonton bersama. Setelah menonton film, mereka memutuskan untuk makan malam. Donghae tahu bahwa Raekha sangat menyukai steak. Kebahagiaan luar biasa tersirat diwajah Donghae karena dapat melihat pujaan hatinya tersenyum sumringah dihadapannya saat ini. “oppa, gomawoyo” “ne, seharusnya aku yang berterimakasih karena kamu sudah mau menemaniku” “kalau begitu kita sama-sama saja hahaha” “memang Jina pergi kemana?” “um dia pergi bersama kekasihnya yang mendadak datang menjemputnya dan merusak ‘kencan’ ku bersama Jina” “oh Kibum? Bocah tengil itu?” “ne, kau masih ingat rupanya?” “tentu saja, baru-baru ini dia bekerja dekat dengan kantorku, rupanya awet juga hubungan mereka” “ya, aku harap aku dapat cepat menjalin kasih juga seperti Jina” deg. Raekha merasakan ada sindiran atau siratan halus dari kata Donghae. Raekha tahu bahwa Donghae menyimpan suatu perasaan terhadapnya, tapi Raekha hanya menganggap Donghae sebagai kakaknya saja, tidak lebih. “kalau begitu, cari dong oppa” “um…..nanti saja” “ah mengapa topic pembicaraan kita menjadi seperti ini? Hahaha, ayo makan pesananmu itu oppa” “hm, setelah ini kita kemana?” “aku ingin pulang hehehe” “arraseo” setelah makan malam, Donghae mengantar Raekha pulang. Keesokan harinya, hari-hari hampa Donghae dimulai, karena Raekha menjadi sangat sulit untuk dihubungi. Begitu juga dengan sahabat-sabahat Raekha yang mulai curiga mengapa sulit sekali mengajak Raekha pergi untuk sekedar menonton film atau makan bersama, kecuali makan siang bersama dikantor. Raekha dan Luhan mulai sangat sibuk mengurus pernikahan mereka yang sudah cukup dekat. Hari pecan mereka sama saja seperti hari biasa, tidak bisa beristirahat dirumah karena mereka pergi kesana-kesini untuk pernikahan mereka. Dimulai dari mencari gaun pernikahan, gedung pernikahan, cincin pernikahan sampai undangan pernikahan. “chagi, kau terlihat begitu kurus” “jinjja? Ah perasaan oppa saja” “ani, berat badanmu sekarang berapa?” “um…..45mungkin” “jeongmal? Berat badanmu bulan lalu 50, berarti kau benar kurusan, makanlah lebih banyak, aku tidak mau kau sakit” “oppa ini berlebihan, bagus kan kalau aku kurusan? Aku tidak mau terlihat gemuk dipernikahan kita nanti” “tapi sekarang kamu terlalu kurus chagi, jja makan lebih makan” Luhan yang sangat memperhatikan kesehatan calon istrinya itu mulai khawatir karena berat badan Raekha yang menyusut. Raekha kehilangan beberapa kilo berat badannya itu karena terlalu sibuk menyiapkan pernikahan yang sangat ia impikan, dia ingin semua terlihat sempurna. “raekha-ya! mengapa sulit sekali mengajakmu jalan sih?” “mianhae habyung-ah, aku saat ini sibuk sekali” “sibuk apa? Sekedar makan malampun sulit sekali” “sarangi, aku tidak bisa menjelaskannya sekarang, mianhae” “ah arraseo, mungkin kau masih belum mau berbagi saat ini, aku mengerti, eh kau kurus sekali” “ish habyung! Semua orang bicara seperti itu, memangnya aku sekurus apa?” “sangat kurus, kau harus makan lebih banyak” “gomawo sarang, aku akan makan lebih banyak kalau begitu, sini mana makan siang mu hahahaha” “ish, beli sana”. Pembicaraan Raekha dengan Habyung dan Sarang saat makan siang dikantor mereka, lebih banyak keluhan akan susustnya berat badan Raekha yang cukup terlihat. Empat bulan berlalu sangat cepat. Raekha berhasil mengembalikan berat badannya seperti semula. Luhan sumringah begitu melihat pantulan dirinya dan Raekha dicermin menggunakan pakaian pernikahan mereka. “kau cantik” puji Luhan kepada Raekha “oppa pun terlihat tampan” sahut Raekha “kalian berdua cocok sekali” sambung eomma Raekha yang hari itu menemani mereka untuk mencoba pakaian pernikahan mereka yang terakhir sebelum harinya tiba. Luhan dan Raekha sedang makan malam bersama, “oppa, kapan undangan-undangan ini kita kirim?” “besok? Bagaimana?” “ah jinjja? Baiklah kalau begitu” “aku jemput jam 8pagi” “kita mulai dari mana besok?” “sahabat-sahabatmu? Lalu sahabat-sahabatku? Bagaimana?” “ya, kalau begitu aku akan menghubungi mereka semua untuk bertemu disalah satu restoran saja, boleh?” “terserah padamu chagi”. Raekha mulai mengirimi pesan singkat kepada sahabat terdekatnya untuk bertemu besok di super yadong restoran pukul 11siang, begitu juga dengan Luhan yang akan bertemu dengan sahabatnya dihari yang sama tetapi pukul 4sore. Keesokan harinya, Raekha bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan untuk keluarganya, meskipun tidak begitu mahir, tapi dia sudah cukup yakin untuk memasakkan makanan untuk suaminya kelak. Setelah mereka sarapan, Raekha menyiapkan undangan yang akan dibawa olehnya hari ini bersama Luhan, dia juga menyiapkan undangan untuk sahabat terdekat Luhan. Sedatangnya Luhan dengan bunyi klakson mobilnya itu, Raekha berpamitan kepada eomma dan masuk kedalam mobil. Raekha dan Luhan sengaja datang terlambat untuk memberikan ‘sedikit kejutan’ kepada sahabatnya itu. “raekha-ya eodi?” “ne sarang, aku sedang dijalan, semua sudah datang?” “sudah, masih lamakah? Apa ada sesuatu yang penting sampai kami semua berkumpul seperti ini eoh?” “baguslah kalau sudah sampai semua, um, nanti saja aku jelaskan, aku 10menit lagi sampai kok. Sampai nanti ya” pembicaraan singkat Raekha dan Sarang ditelepon. Hari ini tepat 2minggu sebelum pernikahan Raekha dan Luhan dilaksanakan, jantung Raekha berdegup kencang saat mobil Luhan sudah memasuki area parkiran restoran yang dimaksud. Dia bingung dan penasaran bagaimana ekspresi wajah sahabatnya nanti, disitu pasti juga ada Donghae yang dia tau ada rasa yang disimpan Donghae dengan baik dan rapat. “chagi, gwaenchana?” “ne, gwaenchana oppa” “tidak apa-apa, kau tidak perlu gugup” “tapi bagaimana respon mereka nanti?” “semuanya akan baik-baik saja” “ne, jja”. Luhan membukakan pintu mobilnya dengan lembut mempersilahkan calon istrinya keluar. Mereka berjalan bersama memasuki restoran tersebut. Dipojok restoran tersebut berkumpullan sahabat-sahabat tercinta Raekha. “annyeong” sapa Raekha dan ekspresi bingung dikeluarkan oleh sahabat-sahabatnya itu secara bersamaan. “a…anyeong” jawab Sarang terbata. “kalian kenapa? Wah aku belum memesan. Pelayan! Aku pesan ice cappucinno 2 ya” ucap Raekha berusaha menutupi kegugupannya. Jutaan pertanyaan bergelayut dipikiran sahabat-sahabatnya itu seperti “ada apa ini?” “siapa namja yang bersama Raekha? Sahabatnya? Kekasihnya? Saudara?” dan lainnya. “ra..raekha-ya” ucap Habyung memulai pembicaraan. “ne, ya akhirnya kita bisa makan siang bersama selain dikantor hahaha” sahut Raekha masih berusaha menutupi kegugupannya. “nu..nugu?” tanya Habyung. “ya, aku pada intinya saja ya, aku mengumpulkan kalian semua disini untuk ini” ucap Raekha sambil merogoh tasnya untuk mengeluarkan undangan pernikahannya itu. “ini, untuk kalian” ucap Raekha sambil memberikan undangan pernikahan sesuai nama yang tertera. Mulut Sarang Habyung Nara Eungyo dan Hyunjae menganga lebar ketika memegang barang itu. “ne, namaku Luhan, senang berkenalan dengan kalian, Raekha sudah banyak bercerita tentang kalian semua” ucap Luhan senyum seraya memperkenalkan diri. Di ujung, Donghae menahan kuat air matanya agar tidak terjatuh, dia terbilang lelaki cengeng, membuka undangan pernikahan Raekha seolah dia tidak terluka. “sejak kapan kalian kenal? Sejak kapan kalian menjalin kasih? Dan mengapa secara tiba-tiba kalian menikah? Raekha-ya, kau tidak hamil duluan kan?” rentetan pertanyaan keluar dari mulut Sarang tidak tertahankan. “haish, tentu saja aku tidak hamil duluan. Aku mengenal Luhan sudah 2 tahun lebih dan kami menjalin hubungan sudah kurang lebih 1tahun. Kami bertemu disebuah toko buku waktu itu. Aku bukannya merahasiakan hubungan ini, dan kalian pun tidak pernah bertanya aku sudah punya kekasih atau belum kan?” jawab Raekha panjang. Obrolan mereka terus berlanjut. Jutaan pertanyaan yang menggelayut dipikiran sahabat Raekha terjawab sudah, meskipun mereka masih belum puas masih sangat terkejut secara tiba-tiba Raekha memberikan undangan pernikahan. Donghae diam seribu bahasa mendengarkan pertanyaan dan jawaban yang terus keluar dari mulut orang yang ada disitu. Hatinya teriris sebuah pedang panjang dan tajam yang seolah Raekha bawa saat itu. Setelah pertemuan tu, Raekha dan Luhan pamit terlebih dahulu lalu bertemu dengan sahabat Luhan. Ekspresi sama dan pertanyaan sama persis terlontar dari sahabat-sahabat Luhan. Hari itu Raekha dan Luhan merasakan lelah teramat sangat terutama bibir mereka yang menjelaskan panjang sekali mengapa tiba-tiba mereka menikah. “oppa” “ne? wae chagi?” “apakah mereka akan datang kepernikahan kita?” “um, tentu saja. Mereka kan sahabat kita” “aku masih merasa tidak enak” “chagi, kau bepikir terlalu jauh. Sudah, aku tidak ingin kau stress memikirkan itu. Kita harus focus untuk pernikahan kita, arra?” “ne oppa” percakapan kecil Luhan dan Raekha diperjalanan pulang. Ditempat lain, tepatnya Donghae. Dia pulang dengan lesu. “donghae-ya, wae? Wajahmu murung sekali?” “ani eomma, ini” “mwo? Raekha menikah?” “ya seperti yang eomma lihat diundangan itu” “kau akan datang?” “tidak” “kau harus datang” “tidak eomma, aku tidur dulu ne” eomma Donghae yang juga terkejut dengan berita pernikahan Raekha, Donghae hanya meratapi langit-langit kamarnya yang tidak apa-apa itu dengan murung, sedetik kemudian dia menangis, menetes juga air matanya. Donghae berpikir selesai sudah perjuangannya, dia kalah telak saat ini. Dua minggu lagi Raekha menikah, dia sudah tidak punya kesempatan. Donghae masih terus berpikir apakah dia akan datang kepernikahan Raekha atau tidak. Jika dia datang, akan lebih terasa sakit, tetapi jika tidak datang, dia akan merasa tidak enak dengan Raekha.

Author Pov End

Raekha Pov

Kepalaku sakit sekali akhir-akhir ini, pikiranku terus berada di Donghae oppa ketimbang Luhan oppa. Ekspresi wajahnya saat itu masih tercetak jelas diotakku. Dia tidak berkata apapun, memberikan selamatpun tidak. Sebegitu sakit hatinyakah dia? Tapi mau bagaimana lagi? Aku hanya menganggapnya sebagai kakakku saja, tidak lebih. Geurae wolf naega wolf awuuu ponselku bordering, nama Sarang terpampang dilayar ponselku. “ne yeoboseo” “yeoboseo Raekha, sedang apa?” “aku sedang melihat dekorasi bunga pilihan eomma untuk berjalan dialtar nanti, wae Sarang?” “oh tidak, aku pikir aku bermimpi ketika kita bertemu direstoran waktu itu, ternyata ini sungguhan kau akan menikah” “hahaha ada-ada saja sarangie, wae?” “ani, kau sungguh-sungguh mencintai Luhanmu itu?” “ya tentu saja, kau meragukan kami eoh?” “bukan begitu maksudku, jujur saja, aku sangat terkejut akan berita pernikahanmu ini, aku pikir kau akan menjalin kasih dengan Donghae, eh ternyata kau sudah mempunyai calon suami” “ya, bukannya aku menutupi hubunganku dengan Luhan oppa, tapi dari awal memang tidak ada yang tahu hubungan kami, ini berjalan begitu saja. Kau kan tahu aku bukan tipikal orang yang suka mengumbar Sarang” “ne, aku mengerti itu Raekha, um omong-omong Donghae, semenjak bertemu kemarin, aku atau Hyukjae oppa tidak bisa menghubunginya, sepertinya dia sakit hati sekali Raekha” “lalu apa yang harus aku lakukan? Mengapa kau mengatakan ini padaku?” “ani, aku tidak bermaksud apa-apa mengatakan ini, aku hanya ingin memberitahumu saja. Sungguh aku tidak bermaksud apa-apa” “hahaha tenang saja Sarang, aku tidak marah kok” “aigoo, aku pikir kau akan marah padaku. Um, aku sedang ditoko baju untuk membeli gaun kepernikahanmu nanti Raekha” “jinjja? Sama Hyukjae?” “ne, ah aku bahagia sekali kau akan menikah, aku akan segera menyusulmu beberapa bulan lagi, tapi jaga rahasia ini ya, yang tahu hanya kau, aku dan Hyukjae oppa saja” “waaah aku ikut bahagia mendengarnya, ne ne aku akan jaga rahasia ini Sarang” “ah baiklah, segitu dulu Raekha, aku akan pergi makan siang. Sampai bertemu dipernikahanmu nanti ya, berhubung kau sudah cuti hahaha, annyeong” “annyeong Sarangie”. Hm, Donghae oppa tidak bisa dihubungi? Ah mungkin dia sedang sibuk, aku dengar perusahaannya sedang diatas langit saat ini. Seperti yang Sarang bilang tadi, aku sudah mengambil cuti menikah 2minggu mengingat sekarang sudah h-3 hari pernikahanku. Jantungku akhir-akhir ini berdetak tidak menentu jika aku ingat aku akan segera menikah. Geurae wolf naega wolf awuuu “ne, yeoboseo oppa” “yeoboseo chagi, sedang apa?” “aku sedang memilih dekorasi buke bunga untuk dialtar nanti” “wah pasti menyenangkan ya, kau sudah makan siang?” “ne, aku cukup bingung untuk menentukan yang mana. Sudah, oppa sudah makan?” “ini aku sedang makan siang dengan Kris. Aku merindukanmu” “salam untuk Kris ya. hem, baru saja kemarin kita bertemu, kau sudah merindukanku? Tahan rindumu sampai hari sabtu nanti oppa” “haish, tidak bisa, aku sangat merindukanmu. Mengapa sih kita tidak boleh bertemu menjelang pernikahan?” “aku tidak tahu, tanya saja pada eommaku dan eommamu” “chagi, bulan madu kita nanti kemana?” “mwo? Kau sudah memikirkan bulan madu saja? Oppa yadong” “hahahaha, bagaimana ke Jepang saja? Kan aku berjanji akan mengajakmu liburan bersama ke Jepang?” “ya boleh saja, tapi cutiku setelah hari pernikahan hanya tinggal 7 hari, sebulan kemudian aku baru bisa mengambil cuti lagi oppa” “tidak apa-apa chagi, yasudah, aku kembali kekantor dulu ya. jeongmal saranghaeyo Kim Raekha” “ne, nado saranghaeo”. Beberapa hari kemudian. Waktu berjalan sangat cepat, besok hari pernikahanku. Rumah saat ini ramai sekali dengan segala peralatan untuk besok. Aku harus tidur dengan cukup agar mataku tidak besar dan membengkak besok. Keesokan paginya. “raekha-ya!!! ireona!” “hhmm eomma, aku masih mengantuk” “ini hari pernikahanmu pabo! Ireona!” “waaaaaa aku lupa, ne ne aku bangun” aku lupa bahwa hari ini hari pernikahanku. Eomma sudah mandi dan membangunkanku diwaktu yang mepet ini. Semua kakakku pun rupanya sudah sampai dan sedang bersolek didepan kaca. Aku cepat masuk kamar mandi dan segera membersihkan badanku ini. Pemberkatan berlangsung pukul 11 di Gereja dan resepsi langsung bersambung diruang serba guna milik Gereja tersebut. Dua jam kemudian aku sudah seperti tuan putri seperti didongeng anak-anak. “kau cantik sekali” ucap eomma memuji. “gomawo eomma, eomma juga terlihat cantik” jawabku dan memuji penampilan eomma. Gaun putih panjang tanpa lengan melekat ditubuhku, dikepala terdapat kain berenda tipis yang indah. Pilihan Luhan oppa memang selalu baik. “kajja, jangan sampai pangeranmu menunggu dialtar terlalu lama” ucap eomma. Aku, eomma dan appa masuk kedalam salah satu mobil dan segera berangkat ke gereja yang dituju. Jalanan hari ini sangat mendukung, tidak macet, hanya memakan waktu 15menit saja yang biasanya 30menit. Jantungku terus berdetak tidak karuan. Appa membantuku keluar dari mobil, aku mengaitkan tanganku pada lengannya. Sepertinya acara sudah mulai. Keponakanku melemparkan lembaran-lembaran kelopak bunga kearahku dan appa. Sementara eomma sudah didepan altar menungguku. Lagu gereja mulai terdengar. “anak appa siap?” tanya appa. “ne, Raekha siap” ucapku mantap. Kami mulai melangkah perlahan. Sepatu hak tinggi ini sedikit menggangguku karena terlalu tinggi tapi Luhan oppa tetap ngotot untuk aku memakainya. Suasanya sangat haru ketika aku mulai memasuki ruangan gereja, dekorasi sangat sempurna sesuai dengan keinginanku dan keinginan Luhan oppa. Dia, lelaki itu berdiri diujung altar dengan setelan jas berwarna hitam dengan sangat sempurna menungguku. Jantungku kali ini berdebar sangat cepat, lebih cepat dari sebelumnya. Aku tersenyum begitu melihatnya tersenyum manis kearahku. Sahabatku dan sahabat Luhan oppa hadir. Kebahagiaanku sempurna saat ini. Aku sampai diujung altar, menatapnya senyum. “aku serahkah Raekha padamu” ucap appa dan appa mengecup pipiku lembut. Luhan oppa menjulurkan tangannya, aku menyambutnya. Kami mengucap janji setia sehidup semati dihadapan Pastur dan semua yang ada disini. Tepuk tangan meriah terdengar setelahnya. Lagi, lembaran kelopak bunga hadir ditengah aku dan Luhan oppa. Aku resmi sudah menjadi istrinya saat ini. 



to be continue ^^

No comments:

Post a Comment